DUA PULUH

5K 232 9
                                    

Happy Reading
_____________________________

Arkan mematikan mesin mobilnya saat sudah sampai di halaman rumah Shania. Ia turun dari mobil dengan membawa beberapa makanan yang ia beli tadi saat menuju kemari. Malam ini Arkan tetap kekeh menjenguk Shania meskipun gadis itu tidak mau dijenguk oleh siapapun.

Dingg Dongg

Ditekannya bel rumah Shania hingga bunyinya terdengar sampai luar.

Dingg Dongg

Arkan menekan untuk kedua kalinya karena tidak ada respon dari sang pemilik rumah.

Cowok itu menghela nafas,"Beneran gak mau ditemuin ya?"

CEKLEK!

Tiba-tiba pintu besar itu pun terbuka membuat Arkan langsung merasa senang. Ternyata yang membuka pintu adalah Johan.

"Hallo, Om. Selamat malam!" sapanya dengan semangat. Ia mencium tangan pria paruh baya itu.

"Halo.. loh kamu kan kalo tidak salah adiknya Dokter Rivan kan? Siapa nama kamu? Saya lupa.."

"Arkan, Om."

"Ah, iya! Nak Arkan ngapain kesini malem-malem?"

"Iya, Om. Tujuan saya kesini cuma mau tahu kondisi Shania aja kok. Bolehkan, saya ketemu sama anak Om?"

Johan tampak menimang-nimang, ia juga merasa tidak enak. "Maaf tapi—..."

"Plis, Om.. kasih Arkan ijin ya! Sebentar doang kok, Om."

"Tapi Nak Arkan—"

"Ayolah Om. Saya cuma pengen liat kondisi Shania."

Johan menghela nafas pasrah. Ia tidak tega melihat Arkan yang berusaha keras untuk ingin bertemu dengan putrinya. Yasudahlah, Johan akan membiarkannya kali ini.

"Yaudah, kamu boleh ketemu sama Shania.."

"Yess! Makasih Om. Oh ya, ini saya bawain makanan." Arkan memberikan kantong kresek yang berwarna putih itu pada Johan.

"Wah terimakasih, harusnya kamu tidak usah repot-repot membawa ini segala."

"Gak papa Om, Arkan nggak merasa direpotkan kok." ia tersenyum padanya. "Ngomong-ngomong, Shanianya dimana Om?"

"Kebetulan Shania lagi menyendiri tuh di gazebo kolam renang. Tolong kamu temani dia ya, dan kalau bisa kamu kasih beberapa saran supaya dia tidak sedih berlarut-larut lagi." Johan menatap Arkan penuh harapan.

"Iya, Om. Saya tahu apa yang harus saya lakukan." Arkan memberikan senyuman setujunya.

"Baiklah kalau begitu, ayo masuk!" tutur Johan.

Shania masih setia meneteskan air matanya sejak setengah jam lalu. Ia sudah mencoba untuk tidak memikirkan kejadian itu lagi, tetapi nihil. Kejadian saat di taman itu terus saja terputar otomatis di otaknya. Shania semakin berkecil hati, apa dia memang tidak pantas untuk dicintai?

"Gue harus gimana sekarang?" ucapnya seraya memandangi air kolam yang terkena pantulan cahaya bulan.

"Lo harus ikhlas,"

Shania terkesiap dan sontak menoleh ke samping. Betapa terkejutnya ia mengetahui ada Arkan disini. Bagaimana bisa? Dengan cepat Shania segera mengusap air matanya yang mengalir.

Arkan pun duduk di samping Shania.

"Kok lo bisa ada di sini?!"

"Gimana, hebat kan gue?" cowok itu malah tersenyum bangga.

Bahagia & Luka (END)Where stories live. Discover now