Reynold Jaxton
"She was the biggest mistake, until revenge brought him to meet the Queen of him life"
***
The owner of the richest company named Jaxton Company- Reynold Jaxton tiga tahun hidup tanpa warna, Setelah...
Mr. Jaxton (Fall in love with grudge)|Part 06.— See reality again.
***
Playlist: Justin Bieber- Company (Official Music Video) ____________________________
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Doketer yang memeriksa Stella pagi tadi tak banyak yang di bicarakan. Hanya berbicara jika Stella sebenarnya demam, Dan selebihnya hanya berbicara kepada Reynold. Terserah mereka berdua saja. Stella hanya menunggunya di ranjang sambil sesekali melirik kearah perbincangan Dokter wanita itu dengan Reynold yang seakan tak ingin Stella dengar. Dasar, Siapa juga yang ingin mendengarkannya.
Dan kini jam dinding sudah menunjukkan angka satu siang. Sudah dua jam lebih Stella hanya berdiam diri di ruangan membosankan ini. Suhu tubuhnya sudah kembali normal. Hanya saja pusing sering kali datang tiba-tiba. Tak banyak yang Stella lakukan dengan kamar milik Reynold. Hanya membersihkannya hingga semua rapi. Dan ya, Otaknya juga sedang merapihkan semua pikirannya, Mencari jalan keluar yang cepat. Tapi ini sangat sulit bagi Stella. Begitu Reynold meninggalkannya entah kemana, Pria itu berbincang dengan seseorang yang ada di luar ruangan. Tak sengaja Stella mendengarkannya; agar Reynold memperketat penjagaannya. Kalau sudah begini mana mungkin Stella keluar? Dengan alasan apa? Ke kamar mandi? Lapar? Itu semua sudah di fasilitaskan. Hufttt... Stella terus mengembangkan pikirannya untuk lebih pintar untuk mencari cara lagi.
Begitu pintu besar itu Stella buka dengan perasaan segudang menyimpan ragu dan takutnya, Kini Stella sudah benar-benar membukanya. Sontak tak seperti apa yang Stella bayangkan, Lebih dari itu. Ini ada sekitar empat pria sedang berdiri yang sekarang memandangnya datar. sialan, Stella hanya mampu menatapnya satu persatu dengan senyum kikuk. "Apa yang anda butuhkan, Mss?"
Sontak mata Stella langsung menatap pria yang berbicara dengan gelagapan, "Apa? Ah— Tidak. Aku tidak membutuhkan apa-apa." Stella melanjutkan langkahnya dengan menutup kembali pintu ruangan penjaranya dengan perlahan.
"Kalau begitu kau tidak boleh keluar. Tetap di dalam Mss." Huh? Siapa dia bisa melarang Stella? Pria berkulit hitam itu di pandang tak suka oleh Stella. Ikut-ikut saja urusan orang lain. Sialan. Stella terus mengumpat.
"Pertama, Terserahku. Kedua, Apa urusannya dengan kalian semua hingga aku harus berada di ruangan membosankan itu sepanjang hari?" Stella geram hingga tak sadar membuat para penjaga itu menatapnya lebih mengintimidasi lagi.
