Bab 3 - Mendadak Jadian

1.9K 211 36
                                    

Mendadak Jadian

"Kamu ambil POV apa buat topik nomor tiga? Hukum aja, lah, yang telak," sebut Syvia ketika ia, Dino, dan Merry berlatih untuk debat bahasa Inggris mereka di kafetaria.

"Menang telak itu nggak menantang, Vi," balas Dino.

Syvia memutar mata. "Aku nggak mood ngulur waktu pas kompetisi, kamu tahu itu."

Dino menghela napas. "Okay, okay, law point of view," ia mengalah.

"Kalau gitu, aku pro pakai social point of view, kontra pakai economical point of view. Better social apa psychological, ya? Efeknya sama-sama kuat, sih." Syvia menimbang-nimbang.

Merry menyesap jus stroberinya sembari menggeser layar ponsel. "Aku udah dapat evidence yang bagus buat topik nomor tiga. Topik nomor dua nih yang gawat. Kalau dapat kontra evidence-ku nggak kuat."

"Berarti argumenku kudu kuat," balas Dino. "Don't worry, Mer."

"Buat topik nomor lima ..."

"Hei." Panggilan datar itu diikuti tendangan kecil di kursi yang diduduki Syvia.

Seketika, Syvia, Dino, dan Merry menoleh ke arah yang sama.

"Aku nggak tahu apa yang kamu coba lakuin sama aku, tapi kamu bisa berhenti sekarang. Aku nggak suka main-main sama anak kecil kayak kamu." Daniel menatap Syvia dan kedua teman-temannya, lalu menambahkan, "Kayak kalian."

Setelah mengatakan itu, laki-laki itu pergi dengan sekaleng cola di tangannya.

"Kayaknya nggak ada tanda-tanda dia jatuh cinta sama kamu, Vi," singgung Merry sembari menyentuh gagang kacamatanya.

"Belum juga sehari, Mer. Lihat aja, dalam sebulan, aku bisa bikin dia jatuh cinta sama aku," angkuh Syvia.

"Lama amat sebulan," timbrung Dino. "Jangan sampai kita kalah lomba gara-gara kamu nggak fokus, Vi."

Syvia tertawa meremehkan. "Nggak bakal, lah! Gila apa gara-gara masalah begini kita kalah lomba!"

"Buruan jatuh cinta, Vi, please, biar aku juga bisa ketawa," pinta Merry usil.

Syvia mendesis kesal sembari menjitaknya. "Siapin aja evidence-mu!"

Merry balas mendesis kesal sembari mengusap kepalanya yang dijitak Syvia, sementara Dino tersenyum geli dan menepuk puncak kepala Merry.

"Pokoknya kalau sampai kalah gara-gara Syvia jatuh cinta ..."

"Nggak bakal, ya!" potong Syvia galak, membuat kedua temannya itu tergelak bersamaan, puas melihatnya kesal.

Jatuh cinta apanya?

***

Daniel sudah akan masuk ke mobil Angga ketika dia dan tantenya, Ara, menjemputnya sore itu, ketika terdengar suara nyaring,

"Kak Daniel!"

Daniel tahu suara siapa itu dan memutuskan mengabaikannya. Ia masuk ke mobil dan membanting pintunya menutup.

"Ada yang manggil, tuh, Niel," tantenya memberitahu.

"Biarin aja," balas Daniel. "Ayo jalan, Om!"

"Om juga maunya gitu, tapi lihat tuh, di depan!"

Daniel menatap ke depan dan dilihatnya gadis berambut cokelat itu, kali ini matanya berwarna hijau, menatap Daniel sembari memamerkan senyum dengan lesung pipi itu.

To Choose an Enemy (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang