Bab 8 - The World She Lives In

1.7K 213 51
                                    

The World She Lives In

Daniel baru tiba di rumah tantenya pagi itu dan disambut teriakan anak-anak kecil yang berlarian di seluruh rumah. Daniel berjalan ke dapur untuk mengambil minum sembari melewati anak-anak kecil yang berlarian. Daniel hampir saja menabrak anak paling kecil dalam rombongan itu, Tasya, anak bungsu Prita dan Ryan, tapi sulung mereka, Aryan muncul dan menyelamatkan Tasya.

"Sori, Kak," ucap Aryan sembari menggendong Tasya menjauh.

Daniel melanjutkan langkah. Namun, di bawah tangga, Ara menghentikannya.

"Niel, tolong kamu ke atas dan panggil Syvia buat sarapan, ya?" pinta tantenya.

Daniel mengerang protes. "Kenapa aku, sih? Lagian, nanti juga dia turun sendiri, kok."

"Mungkin dia malu mau turun, ramai gini," kata Ara.

Daniel menatap ke depan dan memang, ramai. Serasa pasar pindah ke rumah tantenya. Setidaknya ada tujuh pasangan menyebalkan, seorang bayi, tiga balita dan seorang anak yang bertanggung jawab. Sepertinya hanya Aryan yang bisa diandalkan. Dan ibunya. Dari semua orang ini, Prita yang paling normal. Nessa? Tidak. Gadis normal mana yang suka pada pria yang perbedaan umurnya hampir dua kali lipat?

Daniel menghela napas pasrah dan sudah akan naik ke tangga ketika melihat sosok lain menuruni tangga. Daniel mendongak dan sesaat ia terpaku. Ia tidak salah lihat, kan? Itu ... Syvia, kan?

Seorang gadis berambut cokelat yang ditata bergelombang di sisi lehernya, menuruni tangga. Ia mengenakan one piece dress berlengan panjang dan berwarna pastel. Gadis itu berhenti di depan Daniel, di anak tangga terbawah. Tatapannya lurus ke depan dan ternganga.

"Ini ... apa?"

Daniel tersadar dan ikut menatap ke arah tatapan gadis itu. Daniel berdehem. "Well, kayak gini keluargaku kalau kumpul. Kemarin mungkin nggak begitu kelihatan karena di luar, tapi setiap pagi kalau mereka kumpul selalu sekacau ini."

Seolah itu belum cukup, tiba-tiba terdengar tangisan keras bayi, diikuti seruan kesal Febi, "Raka! Berhenti gangguin Rafa!"

"Aku cuma bercanda, Sayang," jawab Raka yang sudah menggendong dan menimang bayinya.

Syvia mendengus pelan. "Kacau, yeah."

Daniel ikut mendengus. Apa gadis itu akhirnya menyerah menghadapi keluarga Daniel?

Namun, Syvia kemudian berkata, "Tapi, aku suka." Gadis itu menoleh pada Daniel dan tersenyum. "Aku suka di sini."

Daniel memalingkan wajah satu detik setelah matanya bertemu mata cokelat gadis itu. Ia tak memakai contact lens lagi.

"Kamu pasti senang punya keluarga seseru ini," celetuk Syvia.

Daniel menoleh dan dilihatnya Syvia sudah menatap kekacauan di depan sana sambil tersenyum, menampakkan lesung pipi. Daniel ikut menatap ke depan untuk melihat Rendra dan Crystal berebut ponsel, entah milik siapa, dan ponsel itu berakhir terlempar di lantai dengan keras.

Lalu, terdengar seruan Anna, "Rendra! Itu HP ketiga Tante yang kamu banting sebulan ini!"

Daniel mendengar suara tawa Syvia di sebelahnya. Daniel mendengus pelan, sebelum bibirnya sudah melengkung tersenyum tanpa sadar.

***

Syvia tak bisa menyembunyikan kesedihannya ketika ia harus pulang sore itu. Crystal dan keluarganya juga harus kembali ke Jakarta. Sungguh, Syvia tak pernah merasakan perpisahan seberat ini sebelumnya. Ia yakin ia pasti akan sangat merindukan keluarga ini.

To Choose an Enemy (End)Where stories live. Discover now