RESTORAN

29.1K 1.5K 33
                                    

Assalamualaikum, Ibu-ibu, Bapak-bapak, gadis-gadis, cowok-cowok yang lagi baca. Jangan lupa vote dan komennya!

📌

📌

📌

"Ha? Lo ngaco, ya? Gue sejak kapan jadi istri lo? Kita juga masih SMA. Mana ada anak SMA udah nikah?"

Ardan membengkokkan lehernya empat puluh lima derajat ke kanan. Mata elangnya intens melihat Audrey datar. Hidung mancungnya menghela napas dengan remeh.

"Bukannya lo ya, yang semalam kepepet banget pengen nikah sama gue?"

Mendengar ucapan yang keluar dari mulut Ardan membuat Audrey melongo di tempat. Audrey semakin puyeng dengan perkataan yang tidak masuk akal. Coba bayangkan jika ini di posisi kalian. Dibilang sudah nikah, tetapi tidak tau kapan kalian nikahnya. Ini namanya apa, ngelantur bukan, sih?

"Hey, jangan ngade-ngade lo. Siapa juga yang mau nikah sama lo?" ujar Audrey sedikit emosi.

"Yang mau nikah sama gue? Banyak. Seharusnya lo nyadar diri. Emang ada gitu yang mau sama lo? Cantik juga kagak," ucap Ardan sedikit sarkas.

"Belajar bersyukur. Jangan belagu," lanjut Ardan.

"Gue punya pacar, ya!" tungkas Audrey tak mau kalah.

"Emang lo aja yang punya pacar?" Ardan memutar bola matanya malas.

Sepuluh jemari Audrey meremas selimut yang ada di tangannya dengan geram. Menghela nafas sambil menahan kesabaran yang sebentar lagi mungkin bakal meletus. Audrey mengakui kalau Ardan memang tampan, hanya saja lelaki ini jatuhnya diakhlaq. Dan dari sini Audrey bisa memetik sebuah pelajaran, bahwa sebenarnya jika berbincang dengan mementingkan ego masing-masing cukup melelahkan.

"Ardan, yang terjadi semalam apa ya? Kok gue gak inget?" Audrey melembut-lembutkan nada bicaranya membuat Ardan menatap Audrey geli.

"Pemain sinetron azab, ya? Busuk banget tau gak sifat lo kayak gitu?" cerca Ardan dingin. Ardan rasa ia tidak perlu berpura-pura hangat pada Audrey, seperti yang diperintahkan Ayahnya yang berangkat ke luar negeri semalam.

Hati Audrey seolah tersambar petir. Emosinya terus menjalar menguasai tubuh Audrey. Darah-darah panas mulai berpusat ke ubun-ubun. Bibirnya sudah tak kuasa menahan lontaran kosakata kasar yang menumpuk di benaknya sedari tadi.

"Busuk? Anj*ng! Seharusnya gue yang nanya, dah berapa cewek lo tidurin dengan paksa, brengsek?"

"Jangan ngegas. Nanti makin jelas kalo lo murahan," balas Ardan cepat dengan santai.

Mulut Audrey sedikit terbuka. Matanya melebar ketika mendengar itu. "Anj*ng! Set*an! Bangs*t! Bin*tang! Lo ini, arrrrrrgggghhhh ..." Audrey sangat marah. Ingin bergulat, tetapi ia pasti kalah telak. Ardan lebih kuat dan besar darinya. Lalu Audrey beranjak dari kasur, pergi untuk mencari udara segar di luar kamar, pikirannya perlu didinginkan.

"Dasar, cowo kurang ajar!" ketus Audrey pelan yang mulai menjauh.

"Yang kurang diajar itu gue apa lo?" sindir Ardan, tau kalau Audrey baru saja mengumpatinya.

***

Audrey terduduk sambil membaringkan kepalanya di sandaran sofa. Memejamkan matanya dengan tenang. Tangannya memijat putar pelipisnya pelan, mencoba mengingat-ingat kejadian semalam. Lalu ia berdecak kesal menyadari ia tidak mengingat apa yang dilakukannya semalam. Ia jadi frustrasi karena sebuah pertanyaan yang tak punya jawaban menempel di otaknya. Bagaimana bisa tanpa sadar ia jadi seorang istri?

POSESIFNYA KETUA OSIS (REPUBLISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang