II. Sudden Marriage

1.1K 66 2
                                    

Happy reading guys. Salam cinta dari penulis

Ninda_Rayanti.

***

"Baik, Bapak Idris, Nona Cashya dan Bapak Zeka bisa masuk sekarang. Namun jika kondisinya memburuk, segera panggil kami. Kami berjaga-jaga di depan." Dokter telah memperingatkan.

Mereka bertiga mengangguk, lalu ketiganya masuk kedalam ruangan ICU tersebut. Di dalam ruangan Serafina menoleh mendengar pintu ICU terbuka. Senyumnya mengembang lemah kala ia tahu jika sahabatnya juga berada di sini.

Air matanya kembali menetes, sementara Cashya yang tau ibunya kembali menangis segera berlari menghampiri. "Aai, Aai jangan nangis. Aai pasti sembuh kok."

Di rabanya rambut Cashya, putri satu-satunya yang ia miliki. "Aai nggak papa, Aai cuma senang sahabat Aai akhirnya pulang."

Dengan suara terbata Serafina menjawab, tangannya tak berhenti mengelus rambut Cashya. Kemudian Zeka mendekat, ia menyentuh sebelah tangan Serafina yang tak menyentuh apapun. "By, kamu itu kenapa lagi? Kamu harus sembuh. Ingat sebelumnya kamu pernah mengalami hal yang jauh lebih berat dari ini."

Air mata Serafina semakin mengalir, ia melepaskan rabaannya pada rambut Cashya dan membalas genggaman tangan Zeka. "Ka, maafin aku. Maafin semua perasaan kamu yang nggak pernah bisa aku balas. Maafkan aku yang memberi harapan kosong buat kamu. Padahal kamu selalu berkorban buat aku, buat Mas Idris dan buat Cashya."

Cashya yang disebutkan menoleh, dalam hati ia bertanya-tanya mengenai apa yang telah Zeka perbuat untuknya.

Zeka menggeleng dan mengedipkan mata untuk menguatkan hati. "Aku ikhlas, Chubby. Semuanya sudah berlalu, sekarang yang harus kamu lakukan adalah berusaha untuk sembuh. Pasti kamu bisa."

Serafina kembali menangis, ia lalu menatap Zeka. "Tidak, Ka. Waktuku sudah tidak banyak lagi. Aku punya satu permintaan untuk kamu, ini permintaan terakhirku, Ka."

"Jangan bicara seperti itu, kamu pasti sembuh."

"Zeka, aku mohon. Turuti permintaan terakhirku."

"Baik, tapi kamu juga harus janji setelah aku menurutinya kamu harus berusaha untuk sembuh."

"Iya, Zeka."

"Sekarang apa? Kamu minta aku untuk donorin sumsum tulang belakang aku lagi untuk kamu? Atau apa? Bilang Chubby."

"Aku mau, kamu jagain Cashya dengan sepenuh hati kamu. Aku titip Cashya sama kamu, Ka. Menikahlah dengan putriku."

Air mata Zeka mengalir, sementara dirinya tertawa menganggap ucapan Serafina adalah sebuah lelucon. Bahkan walaupun Cashya tidak mengetahui benar apa yang terjadi, tapi ia dapat merasakan jika Zeka masih dalam keadaan terluka dalam.

Cashya sebetulnya sudah menebak jika lelaki inilah yang akan menjadi calon suaminya, hanya saja ia tidak menyangka jika teman ayah dan ibunya diluar ekspektasinya. Cashya mengira jika Zeka adalah lelaki dengan perawakan tambun seperti ayahnya sekarang dan dengan kumis tipis menghiasi wajahnya yang sudah sedikit menua.

Tapi Zeka berbeda, Zeka masih terlihat bugar. Tampan walau tidak bisa menutupi usianya yang sudah menginjak kepala empat. Namun tidak bisa dibandingkan jauh dengan lelaki yang masih berusia muda, sebab ia masih terlihat begitu muda.

"Chubby, jangan ngaco! Cashya masih kuliah. Sementara aku? Aku ini sudah kepala empat, dari sisi manapun Cashya jauh lebih cocok menjadi putriku." Tolak Zeka.

Dengan lemah Serafina kembali menatap Zeka. "Kamu tadi sudah berjanji, Ka. Demi aku, demi Mas Idris."

"Bagaimana bisa berhubungan dengan Bang Idris? Bang Idris nggak ada hubungan apapun."

Istri Muda Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ