IX. Real Wife

814 38 0
                                    

Happy reading guys. Salam cinta dari penulis

Ninda_Rayanti

***

Suara ayam berkokok terdengar dari jendela kamar, entah suara ayam siapa. Zeka kali ini yang terbangun lebih dulu dari Cashya, membuat lelaki itu menatap istrinya dengan pandangan lembut.

Sebetulnya Zeka sendiri heran, magis apa yang telah Cashya lakukan padanya. Butuh bertahun-tahun, hingga ia memutuskan pergi ke negara yang paling ia benci untuk hanya sekedar melupakan rasa cintanya pada Serafina.

Namun pertemuannya dan Cashya dua tahun lalu, telah meruntuhkan kebekuan dalam hati Zeka. Zeka juga tersenyum pada saat itu. Rasa malu dan gengsi mengurungkan niatnya untuk mencari keberadaan Cashya.

Cashya pada saat itu masih sangat muda, sementara dirinya pada saat itu sudah berusia empat puluh satu tahun.

Tak lama berselang, Cashya turut membuka mata. Ia langsung bertatapan langsung dengan mata abu-abu Zeka. Namun detik berikutnya ia yang mengingat semua detail kejadian semalam menjadi malu, ia menutupi kepalanya dengan selimut.

Tentu saja itu membuat Zeka tertawa, istrinya sungguh lucu. "Tidak perlu malu, lagian apa yang ingin kamu tutupi. Semalam aku sudah melihat semuanya, Cashya."

Cashya semakin merona, sungguh ia malu. Apa yang ia lakukan semalam adalah yang orang-orang sebut sebagai malam pertama. Zeka sangat lembut menyentuhnya, bahkan saat akan menyatukan diri mereka Zeka sempat ragu karena tidak ingin menyakiti Cashya.

"Nggak mau, aku malu!" Cashya berucap di balik selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhnya.

Zeka tersenyum lebar. "Oh yaudah, padahal aku pengen peluk istriku dan kasih morning kiss buat dia. Kalo nggak mau ya udah, biar nanti pelukan sama ciumannya buat Bibi aja."

Seketika Cashya langsung membuka selimut itu, memeluk Zeka dan seraya berteriak. "Eh, jangan!"

Zeka tertawa, bagaimana istri kecilnya ini bisa mudah sekali di tipu. Sementara tangannya membalas pelukkan Cashya, mengecup singkat bibir istrinya yang masih ranum.

"Sayang." Zeka menyelipkan anak-anak rambut Cashya yang menutupi wajah cantiknya ke balik telinga.

"Ya ...." Cashya tentu saja membalas panggilan suaminya secara lembut.

"Kapan awal kuliah kamu?"

"Masih dua minggu lagi, Mas."

"Yaudah, hari ini kamu siap-siap yang cantik. Aku akan ajak kamu ke tempat spesial."

"Kemana?"

"Udah, mandi aja dulu."

***

Beberapa jam berlalu, kini Zeka dan Cashya telah berada di pemakaman Serafina dan Idris. Cashya sebetulnya bingung, mengapa Zeka mengajaknya ke tempat ini. Yang membuat Cashya terkejut lagi adalah saat Zeka tidak membelokkan diri pada dua liang lahat Serafina dan Idris, justru mengajaknya lurus dan berbelok pada sisi yang lain.

Hingga Zeka terhenti di hadapan dua liang lahat yang di jadikan satu nisan panjang. Cashya sendiri membaca namanya, matanya melebar begitu tahu makam siapa ini.

Ini makam Jonathan Auriga dan Tiara Auriga, kedua orangtua Zeka. Zeka akhirnya memutuskan berjongkok, diikuti Cashya yang ikut berjongkok di sebelah suaminya.

"Mami, Papi. Rasanya sudah lama sekali Zeka tidak mengunjungi Mami dan Papi, maaf Zeka baru bisa datang sekarang. Zeka datang tidak sendiri, Zeka datang membawa Cashya. Cashya adalah putri Serafina dan Bang Idris, sekaligus istri Zeka sekarang." Zeka mulai mengenalkan Cashya pada Tiara dan Jonathan.

Cashya mengingatnya, ini bukan kali pertama ia berada di sini. Setiap hari raya, ibu dan ayahnya selalu mengajarkan Cashya pada tradisi ziarah ke makam keluarga. Pada setiap saat itu pula Cashya beserta Idris dan Serafina selalu ziarah ke makam ayah dan ibu dari Idris, keluarga besar Idris yang telah meninggal. Lalu makam terakhir yang mereka datangi adalah dua makam ini.

Dua tahun sudah Cashya tidak ziarah ke makam ini, penyakit Serafina semakin parah pada dua tahun terakhir ini. Ditambah pula Idris yang banyak menyita waktu pekerjaan di Kalimantan untuk mengumpulkan biaya berobat Serafina.

Membuat Cashya tersenyum lembut. "Pagi Opa, Oma atau Mami dan Papi juga sama kaya Mas Zeka panggil? Cashya bingung harus panggil apa. Yang jelas kita ketemu lagi, setelah lama Cashya nggak ke sini. Sekarang yang Cashya punya cuma Mas Zeka, Aai sama Baba pasti udah ada di sana. Di tempat yang sama seperti Oma dan Opa.

Cashya jadi inget, sejak kecil Aai sama Baba selalu ngajak Cashya ke makam Oma sama Opa. Saat Cashya tanya, Oma dan Opa itu siapa? Selalu Aai sama Baba tidak bisa menjawabnya. Aai cuma menjawab, intinya kamu harus menghormati dia.

Lalu sekarang, Cashya akhirnya paham apa maksudnya. Opa dan Oma adalah orang tua kandung suami Cashya, sudah menjadi kewajiban Cashya memang harus menghormati. Cashya juga minta maaf baru bisa datang lagi ke makam Opa sama Oma setelah dua tahun berlalu, Aai sakit dan Cashya harus ada didekat Aai. 

Karena sekarang Cashya adalah istri Mas Zeka, anggaplah kedatangan Cashya selama ini adalah untuk menjadi perwakilan Mas Zeka yang tidak pernah datang menjenguk Opa dan Oma di sini." 

Zeka sebetulnya sedikit tak menyangka dengan apa yang Cashya ucapkan, pada intinya Zeka paham apa yang Cashya maksud. Sebab Zeka pernah turut mengikuti tradisi yang Idris dan Serafina lakukan ketika hari raya berlangsung, dahulu sudah lama sekali. 

"Cashya, bisakah kamu memanggil Mami dan Papi saja? Jika kamu memanggilnya dengan Opa dan Oma, rasanya aku begitu tua." Zeka tersenyum dan Cashya tertawa. 

"Kan memang Mas Zeka sudah tua, temennya Aaikan?" Cashya berucap sambil mengedip-ngedipkan mata dan berhujung mendapatkan cubitan dari Zeka. 

Senyum Zeka memudar, ia kini meraba nisan Tiara dan Jonathan. Cashya yang melihat senyum Zeka menghilang, mendadak ikut melunturkan senyum. "Pi, Mi. Zeka minta maaf kalau terlalu marah pada Papi dan Mami. Jujur, Zeka tidak pernah membenci Papi dan Mami. Zeka juga tidak pernah meminta untuk dilahirkan dari rahim siapa dan dari keluarga apakan? 

Zeka hanya marah pada keadaan, mengapa Tuhan mengambil semua yang Zeka miliki pada saat itu secara sekejap. Zeka kehilangan kehangatan keluarga kita, Zeka kehilangan Papi dan Mami juga. Yang Zeka benci bukan Papi dan Mami, yang Zeka benci adalah mengapa Papi dan Mami harus memutuskan untuk meninggalkan Zeka dan tidak memperdulikan bagaimana Zeka bisa melanjutkan hidup tanpa Papi dan Mami." 

Zeka menghela napas, lalu kembali berucap. "Tapi sekarang Zeka ikhlas. Pi, Mi. Sudah menjadi jalan Tuhan Papi dan Mami meninggal dengan cara seperti itu. Saat Zeka kembali berpikir mengenai hal itu, Zeka rasa ada sesuatu yang terlewat. Zeka marah karena Zeka memikirkan diri Zeka sendiri, Zeka lupa jika Papi dan Mami mungkin lebih merasa terbebani dari Zeka. Lalu sekarang, Zeka sudah tidak sendiri. Ada Cashya, istri kecil Zeka yang harus Zeka ajarkan cara untuk mengikhlaskan kepergian seseorang yang berarti dalam hidup kita." 

Air mata Cashya kembali mengalir, memohon pada Tuhan agar memanjangkan usia Zeka. Sebab ia begitu mencintai lelaki yang ada dihadapannya.

Sebelum meninggalkan pemakaman, tak lupa Cashya dan Zeka mendoakan Tiara dan Jonathan. Mereka juga mampir ke makam Serafina dan Idris, mendoakan untuk ketenangan mereka pula.

***

Jangan lupa taburan kalimat dan bintangnya 🌟

Istri Muda Onde histórias criam vida. Descubra agora