Cinta aja ternyata enggak cukup dalam sebuah hubungan. Secermerlang apapun karier juga ternyata enggak cukup kalau itu hanya untuk ajang pembuktian.
Semuanya rumit bagi Sharefa Yushrin. Inginnya, sang kekasih selalu perhatian dan ada untuk dirinya...
Kak Jano menggandeng tangan gue memasuki ballroom hotel yang besok bakalan kita pakai buat wedding party. Pintu berukuran besar itu terbuka dan menampakkan orang-orang yang sibuk nata property. Banyak artificial tree berdiri disana, gak lupa bunga-bunga yang ditata sedemikian rupa yang menghiasi setiap sudut ballroom.
Oh iya, kita gak ada pingit-pingitan. Jadi gue masih bisa keluyuran sama Kak Jano. Bahkan tadi kita masih makan nasi goreng kaki lima langganan Kak Jano.
"Gausah ditahan, gue tau lo pasti excited." Kata Kak Jano yang ngajak gue keliling ballroom.
Kemudian gue mendekat kelengan Kak Jano dan sambil mainin tangannya, "Cantik banget kak! Aaaaa!"
Dia meliriku malas, kemudian kembali berjalan mengitari Ballroom.
***
Gue udah siap dengan wedding dress warna broken white yang emang designnya simple, gak terlalu mengumbar kulit karena kata designernya kalau mau disesuain sama look gue bagusnya yang gak terlalu ekspos kulit.
"Ini Jano yang milihin? Gue kira bakal tipe ball gown." Kak Rila merapikan bagian bawah gaun gue supaya gak keinjek.
"Dia minta disesuain sama look gue kak."
"Tapi tetep cantik kok." Imbuh Kak Jeni
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Makin deket ke jam acara, jantung gue udah gak karuan. Gue duduk gak tenang. Kak Jeni sama Kak Rila mencoba menangkan, tapi gue tetep grogi.
"Yang grogi bukan cuma lo doang Fa, paling Jano juga lagi mondar-mandir gak jelas." Kata Kak Rila.
Kak Rila dan Kak Jeni ngebantu ngangkat bagian bawah gaun gue yang menyapu lantai lalu ikut berjalan di belakang gue.
"Ini, gue masuk sama Rila gak apa-apa?" Tanya Kak Jeni setelah.
"Iya kak, gapapa." Kata gue kemudian dua orang senior gue itu masuk dari pintu samping.
Gak lama pintu terbuka, jantung gue kembali berdetak gak karuan. Kaki gue mencoba melangkah perlahan. Tamu undangan bertepuk tangan dan sebagian ikut berdiri menyambut gue.