03

10.4K 1.5K 115
                                    



"Kita mau kemana Kak?" tanyaku akhirnya.

"Jemput bocil," jawabnya.

Sekitar sepuluh menit, mobil Kak Jano memasuki kawasan TK. Beberapa orangtua yang kelihatan menjemput anaknya berdiri di dekat kendaraan mereka masing-masing. Kak Jano kemudian keluar mobil, dan gue cuma bisa ngekorin dia ngedeket ke arah TK.

"Jemput keponakan?"

"Iya, yang biasanya jemput lagi lembur."

Gak lama anak-anak kecil berlarian keluar dari kelas mereka.

"Nino!" panggil Kak Jano.

"Om ngapain?" tanya anak kecil itu.

"Ya jemput kamu lah," jawab Jano yang tanpa diminta langsung menggendong anak itu.

"Om Reno mana?"

"Lembur, kerja cari uang. Tau gak buat apa?"

"Buat jajan kayak Om Jano!" seru Nino.

Gue ketawa pelan. Kayaknya keponakannya juga tau kalau Om-nya itu suka jajan.

"Bukan, buat nikahin Bunda kamu itu loh," jawab Jano sambil membuka pintu mobil bagian belakang.

Bunda?

Oh mungkin Bunda-nya Nino janda ya? Terus ada cowok namanya Reno lagi deketin.

"Nino, ikut Om ke kantor sebentar ya?"

"Gak mau! Di sana orangnya serem-serem!" kata Nino dengan suara meninggi.

"Om gak boleh ke kantor?" tanya Kak Jano sambil melipat tangannya ke dada dan memasang wajah tidak terima.

Bisa gemes juga ternyata.

"Enggak boleh!"

"Ini temen Om nanti di jemput di kantor loh?" Kak Jano berusaha membujuk.

"ENGGAK BOLEEEH!" teriak Nino.

"Eh nggak apa-apa Kak, gue bisa balik sendiri kok," sela gue.

"Gue anter habis nganter Nino ya? Gak enak, gue yang ngajak, gue gue yang nelantarin."

Gue akhirnya nurut.

"Nino," panggil Kak Jano.

"Ya Om?"

"Temen Om dikasih candy dong," pinta Kak Jano pada keponakannya itu.

Astaga! Jadi permen yang dimaksud itu permen punya anak TK ini? Gue kira bakalan dibeliin buat gue.

Gue melirik penasaran ke belakang. Di belakang, anak kecil itu sibuk mengeluarkan segala macam permen, cokelat dan snack.

Ini anak di sekolah nyambi jualan? Banyak bener?

"Kak," panggilku pelan. "Kok dia bawa segitu banyak?"

Kak Jano tertawa pelan. "Iya, dia nyambil buka warung keliling gitu, Shar. Buat nambah uang jajan."

Oh...

Ketika Nino memberi gue beberapa permen, gue langsung memberinya selembar uang lima puluh ribuan karena tidak punya uang yang lebih kecil.

Namun Kak Jano malah tertawa. "Ya ampun, mau aja gue bohongin." Dia tertawa renyah. "Enggak, dia nggak buka warung, Shar."

Aku berdecak pelan.

"Nino, uangnya balikin ke kakaknya ya."

"Nggak mau!"

"Ambil aja, nggak apa-apa kok," kata gue kemudian.

Senior [1] : Finding Mr. RightWhere stories live. Discover now