DR 11. Lagi-Lagi Dia

2.6K 301 42
                                    

"Membuat sang hati jatuh, mudah. Tapi bagaimana cara agar tidak merasakan sakit? Yang namanya jatuh, sakitkan?"

-Detak Rasa-

"Assalamualaikum," ucap Kinan dan Rafka bersamaan ketika masuk kedalam rumah.

"Waalaikumsalam," ucap Mamanya yang terdengar dari ruang makan.

"Loh Na? Tumben pulang malam?" tanya Mama ketika Kinan dan Rafka berjalan menuju ruang makan.

Kinan hanya tersenyum, "Papa belum pulang Ma?" tanya Kinan mengalihkan.

"Belum, bentar lagi nyampe," ucap Mamanya lalu di angguki oleh Kinan.

"Kinan ke atas dulu Ma, silahkan duduk Tamu," ucap Kinan pada Mamanya lalu beralih pada Rafka sambil mengeluarkan kursi ketika lelaki itu hanya berdiri didekat meja makan.

Rafka mengangguk, sedangkan mamanya hanya menggelengkan kepala dengan tingkah Kinan.

Setelah bersih-bersih, Kinanpun turun ikut bergabung di ruang makan menunggu kepulangan Papa. Disana telah ada Mamanya, Nasya dan Rafka yang tampak asik berbincang.

Kinan berniat untuk kembali ke atas, dan akan turun ketika Papa sudah pulang saja, namun tertahan ketika Mamanya tiba-tiba memanggil untuk ikut bergabung di meja makan. Mau tak mau, Kinan melangkah turun dan memilih tempat duduk yang tidak berdekatan dan tidak berhadapan dengan Rafka.

"Tumben pulang malam Na?" tanya Mamanya menatap Kinan

"Iya Ma, tadi banyak pelanggan jadi bantuin bentar," ucap Kinan lalu menunduk, berharap Mamanya tidak kembali mengungkit kejadian yang baru saja terjadi.

"Masih aja ke kafe Na? Kan Papa sudah bilang buat fokus kuliah aja dulu," ucap Mamanya.

"Gak papa Ma, nanti Kinan bagi-bagi waktu biar keduanya tetap jalan," ucap Kinan.

"Kalaupun kamu gak kesana, itu kafe tetap jalan kok Na. Kan ada pegawai kamu, lagian Mama yakin pegawai kamu baik-baik kok. Bakal tetap aman walau kamu gak disana," ucap Mamanya lagi.

Kinan hanya bisa tersenyum, bagaimanapun juga dengan cara ke kafe lah dia bisa menikmati waktunya.

"Loh Na? Kamu udah pulang? Mobil kamu mana?" tanya Papa yang tiba-tiba membuat jantung Kinan berpacu dengan cepat.

"Mobil Kinan? Bukannya ada di garasi?" tanya Mama menanggapi ucapan Papa.

"Gak ada, Papa kira Kinan belum pulang," ucap Papa lalu langsung bergabung di meja makan.

Mama menyiapkan makanan untuk Papa.

"Mobil kamu mana Na?" tanya Papa kembali.

Kinan menoleh pada Papanya yang menunggu jawaban, lalu menoleh pada Rafka sekilas, lelaki itu hanya diam menatap Kinan.

Nasya yang duduk disamping Kinan menggenggam ujung baju Kinan, ikut merasakan apa yang kini dirasakan kakaknya itu.

"Itu mobil Kinan di bengkel Om, besok rencananya Rafka ngantar Kinan buat jemput," timpal Rafka ketika Kinan tak kunjung menjawab. Kebiasaan gadis itu ketika berada di bawah tekanan, kehilangan kata-kata dan berujung diam.

"Oh, di bengkel. Kirain kenapa," ucap Papanya begitu saja.

Oh, hanya itu? Tidak ada pertanyaan lain? Kenapa dirinya selalu over thinking terhadap suatu masalah, seperti tadi ketika memutuskan untuk menelepon Abangnya Hanah, dia perlu memutar otaknya untuk menyiapkan kata-kata, padahal bisa saja dia langsung menelepon dengan menanyakan keberadaan mobilnya. Dan sekarang, Papa hanya menanyakan dimana mobilnya, tapi Kinan malah memikirkan jawaban pertanyaan lain yang mungkin akan di tanyakan, padahal Papanya tidak menanyakan itu.

Detak Rasa [END]Where stories live. Discover now