3: Demi senyuman itu

3.2K 502 48
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

. . . . .

Perdebatan sengit sudah dimulai sejak setengah jam yang lalu. Setelah acara pemakaman selesai, semua masing-masing kepala keluarga berkumpul untuk membicarakan tentang hak asuh Taehyung.

Jungkook kembali memojokan diri, melihat dengan pandangan malas kearah kerumunan saudara-saudaranya.

Kebanyakan dari mereka memiliki alasan yang sama. Entah itu karena mereka sudah mempunyai banyak tanggungan, dan banyak alasan lainnya yang intinya mereka tidak mau menerima Taehyung karena sama saja menambah beban biaya hidup mereka.

“Jieun, kenapa tidak kau saja yang mengasuh anak itu?” usul anak tertua dari Kakek Jeon.

“Betul, lagipula anakmu sudah tidak tinggal disini kan? Siapa namanya? Jungkook ya?” seruan lain berasa dari istri pamannya.

Merasa namanya disebut Jungkook merasa harus bergabung dalam perdebatan yang tidak ada ujungnya itu.

“Ibu tidak akan mengasuh anak itu,” tolak Jungkook dengan suara tegas.

Menatap satu-satu mata saudaranya yang balik menatapnya dengan tatapan terkejut. Mungkin saking jarangnya Jungkook mengikuti acara keluarga jadi banyak yang kaget melihat bocah yang dulunya pemalu berubah menjadi pria dewasa dan tampan.

“Kau Jungkook?”

Jungkook tersenyum sopan.  “Ya Paman, ini aku, Jeon Jungkook,” tegasnya memperkenalkan diri.

“Aku sedikit terganggu saat namaku disebut dalam perdebatan kalian …, memang benar ibuku tidak ada tanggungan lagi, karena aku sudah dewasa. Benar sekali,” ucapnya.

Jungkook mendudukan dirinya disamping Sang paman yang mengusulkan ibunya sebagai pengasuh untuk Taehyung.

“Tapi … apa kalian tidak malu?” tanyanya dengan sebelah alis yang terangkat angkuh.  “Perekonomian kalian lebih besar dibanding ibu dan ayahku yang hanya berkebun dan menjahit demi mencari sesuap nasi.”

Kalimat demi kalimat yang dikeluarkan dari belah bibir Jungkook membuat satu persatu kepala disana tertunduk menahan malu, terkecuali keponakan kecilnya yang masih berumur lima tahun.

Dengan keras Jungkook mendengus, benar-benar sebal dengan orang sukses berjiwa sombong seperti pemilik dari kepala-kepala yang tertunduk di depannya.

“Biar aku saja yang mengasuh anak itu─”

“Jung!” sentak ibunya yang tersirat penuh penolakan atas keputusan anaknya.

“Bu, mereka semua tidak bisa diharapkan,” sindir Jungkook.

Anak tertua Kakek Jeon merasa tidak terima dengan sindiran Jungkook. Merasa direndahkan dengan orang yang belum sesukses dirinya.

“Jaga mulutmu Jungkook! Kau masih terlalu muda untuk berbicara seperti itu!” geramnya dengan mata melotot kesal.

Istri dari pria lanjut usia itu berusaha menenangkan suaminya yang mulai tersulut emosi. Banyak dari mereka yang mulai menatap Jungkook dengan tatapan beragam arti.

“Kalau kau berani berbicara seperti itu pada suamiku, bukankah kau siap merawat anak tidak jelas itu huh?”

Jungkook berdiri sambil menepuk-nepuk debu di celana bahannya. Menatap ibu dan ayahnya secara bergantian, tatapan penuh keyakinan atas keputusan yang ia cetuskan sebelumnya.

“Bukannya aku sudah bilang dengan cukup jelas?”

“Ah … satu lagi, bibi. Tolong jangan menyebut Taehyung dengan sebutan anak tidak jelas itu dia masih mempunyai nama,” tuturnya dengan nada mengejek yang tak dapat disembunyikan.

. . . . .

Jungkook pergi meninggalkan ruangan tempat saudara-saudaranya berkumpul. Langkah kakinya menuju halaman belakang rumah Kakek Jeon, untuk bertemu dengan seseorang.

“Hei, Taehyung,” panggilnya.

Bocah enam tahun itu terkejut dari kegiatan mengorek-ngorek tanah dengan sebatang kayu yang ia temukan. Dengan terburu melempar batang kayu itu ke sembarang arah, lalu menggosok telapak tangan kotornya ke celana bahan hitam yang ia pakai.

Mungkin takut jika Jungkook akan memarahinya karena bermain tanah.

“A─ada apa, Jungkook?” tanyanya yang terdengar seperti gumaman

Jungkook dibuat terkekeh dengan kelakuan Taehyung yang seperti tertangkap basah berbuat hal nakal oleh ayahnya.

Lalu siapa yang Jungkook maksud sebagai ayah disini?

Lupakan.

“Aku lebih tua 17 tahun darimu, bocah,” ucap Jungkook yang merasa terganggu dengan Taehyung yang hanya memnaggil namanya tanpa embel-embel lain.

“Err … lalu aku harus memanggilmu apa?” tanya Taehyung.

“Ayah? Appa? Ah atau Papa saja?” tanya Jungkook, memberikan banyak opsi panggilan pada Taehyung.

Bibir Taehyung maju beberapa centi dan keningnya ikut mengkerut, ekspresi muka menyebalkan penuh arti penolakan yang Jungkook lihat, namun … terlihat menggemaskan sekaligus.

“Emm … tapi kau bukan orangtuaku,” celetuk Taehyung dengan pintarnya membalas Jungkook.

“Ahem, ahem!”   Jungkook pura-pura gatal tenggorokan.

“Ya, karena mulai sekarang aku menjadi orangtuamu,” lanjutnya berucap tegas. Menutupi rasa malu yang entah datang darimana.

Mata Taehyung membulat mendengar ucapan Jungkook, seperti mendapat hadiah di hari ulang tahunnya.

“Benarkah?” tanyanya memastikan.

Jungkook menahan gemas melihat binaran di mata Taehyung. Tanpa banyak bicara ia mengangkat tubuh kecil Taehyung ke dalam gendongannya.

“He─hei! Turunkan aku!”  Taehyung meraung dan meronta dalam gendongan Jungkook.

“Diam saja anak nakal, kau harusnya senang mendapat gendongan perdana dari papamu,” ucap Jungkook yang semakin mengggoda Taehyung dengan menguatkan pelukannya, mendekap tubuh kecil Taehyung yang meronta.

Taehyung akhirnya berhenti meronta, percuma juga tenaga pria yang menggendongnya jauh lebih besar daripada dirinya.

Mungkin nanti dia harus lebih banyak minum susu dan cemilan pagi, supaya tenaganya lebih banyak.

Bocah itu menyandarkan dagunya di pundak Jungkook, tidak bisa dipungkiri pundak orang yang akan menjadi pengasuhnya begitu nyaman. Rasa-rasanya Taehyung akan tertidur jika mereka diam-diam terus seperti ini.

“Tae, coba perlihatkan wajahmu,” pinta Jungkook yang dituruti langsung oleh Taehyung.

“Berikan aku senyumanmu,” pintanya lagi, yang membuat kerutan di kening Taehyung.

“Senyum?”

Jungkook menatap lembut Taehyung. Sejak pertemu merekan di taman, dan sejak Taehyung mengukir senyum kotak manis yang berhasil membuat Jungkook jatuh hati terhapad senyuman itu.

Dia berjanji akan menjaga senyuman itu. Senyuman milik Taehyung.

“Ya, tersenyumlah Taehyung. Teruslah tersenyum, oke?”

Dan senyum itu terukir lagi. Mata Taehyung membentuk bulan sabit karena senyumannya.

“Oke papa!”

. . . . .

ONNIGIRIE

SunflowerWhere stories live. Discover now