Panah Cinta

2.6K 70 3
                                    

   Hai, semua ini fanfic pertamaku, ya. Aku suka Mahabharata dan mau melihat adegan cinta Arjuna dan Srikandi, tapi sayangnya di versi Indianya, tidak ada adegajan cinta diantara keduanya. Daripada bete, mendingan aku buat fanfic saja. Kisah cinta ARJUNA dan SRIKANDI versiku.

  Sejak Pandawa menikah dengan Drupadi, Srikandi merasa sedih, ia kira Drupadi akan menjadi sahabatnya di istana, tapi Drupadi harus pergi untuk mengurusi para suaminya, Drupadi punya tugas sebagai istri Pandawa. Bagaimana dengan Srikandi? Jangan tanyakan itu pada Srikandi, dia hanya punya satu tugas, membunuh Bisma. Tapi Srikandi tahu ia selalu hidup dalam kesepian, sebagai wanita tapi berpakaian pria. Jangan tanyakan Drestadyumna, adiknya Srikandi. Drestadyumna tak peduli pada apapun, ia hanya menuruti perintah untuk membunuh Guru Drona.
   Srikandi menghela nafas, angin sepoi-sepoi menyapu wajahnya, jika saja Srikandi berpakaian seperti wanita pada umumnya, ia adalah gadis yang cantik, bukan hanya Drupadi saja yang cantik.
  "Putri Srikandi?" Ujar seorang pelayan, "Para Pandawa dan istri mereka, Drupadi mengunjungi Kampilya." Srikandi senang, ia bisa bertemu saudara-saudara iparnya dan adiknya,Drupadi.

   Srikandi berjalan ke ruang aula. Drupadi sudah menunggu kakaknya itu. "Kak Srikandi!" Drupadi tersenyum bahagia, ia memeluk kakaknya itu. "Kak Srikandi, aku merindukanmu dan kak Drestadyumna." Ujar Drupadi sambil sedikit menangis dengan bahagia. Srikandi ingin menangis tapi ia selalu tegar sebagai seorang wanita pejuang.
  "Drupadi, dimanakah Arjuna dan Pandawa lainnya?" Tanya Srikandi ketika ia sadar hanya mereka dan beberapa pelayan perempuan diruangan itu.
  "Eh..mereka sedang berbincang dengan Drupada.." Jawab Drupadi.
  "Oh, ternyata begitu." Srikandi tersenyum. Drupadi memperhatikan Srikandi, kebetulan baju Srikandi agak kotor sehabis berlatih perang.
   "Kak, bajunya kotor sekali. Sebaiknya kakak ganti baju sana, ayo, nanti ayah marah melihat baju kotor kakak saat menemui para Pandawa." Drupadi memaksakan Srikandi. Srikandi sendiri bingung, dia hanya suka memakai baju macam ini, baju seperti laki-laki. Tapi sepertinya Drupadi tahu pikiran Srinkandi. "Ayo, kak, aku yang pilihkan baju." Drupadi tersenyum, Drupadi kan biasa berdandan. Drupadi memanggil beberapa pelayan untuk membantunya merias Srikandi.
   Srikandi merasa bingung, tapi Drupadi tetap memaksakan kakaknya yang tomboi itu. "Ayolah, Kak!" Drupadi memaksa Srikandi duduk dibangku riasan.

   Drupadi mengelap tanah-tanah yang masih menempel di pipi Srikandi. Srikandi bingung melihat Drupadi. Drupadi mencuci rambut kakaknya itu, Drupadi mengambil perhiasan-perhiasan indah, Drupadi menyisir rambut Srikandi yang agak kusut itu. Drupadi mendandani Srikandi dengan sempurna. Drupadi tak lupa memoles sedikit riasan pada wajah Srikandi. Srikandi memakai kain sari yang mempercantik penampilannya. Srikandi melihat dirinya dikaca, sungguh berbeda dari biasanya, bukan seorang ksatria yang ada didepan kaca, namun seorang tuan putri yang luar biasa cantik.
  "Tuh, kan, kakak bahkan jadi lebih cantik dibandingkan aku!" Drupadi berpura-pura bersikap marah, Srikandi tertawa, "Yang benar saja, Drupadi adalah wanita tercantik di Arya."
  "Kalau aku wanita tercantik di Arya, Srikandi wanita tercantik di dunia!" Drupadi tersenyum sambil tertawa. Mereka adalah saudari yang akur.
  Seorang pelayan datang, "Permisi, Dewi Srikandi dan Dewi Drupadi, kalian dipanggil Raja Drupada." Drupadi melonjak dengan senang, "Ayo, kak!"
   Srikandi tergagap, bagaimana orang-orang melihatnya berpakaian dan berdandan bak putri ini? Dia memang putri tapi, dia tak terbiasa berpakaian layaknya putri. Tapi tak ada waktu untuk berganti baju lagi, dan nanti Drupadi marah. Srikandi harus menghadapinya!

Kisah SrikandiWhere stories live. Discover now