11

2.5K 343 40
                                    

***

Lagi-lagi di hari Senin ini Jiyong bertemu dengan Lisa. Tapi kali ini bukan pertemuan yang tidak disengaja, dijam sembilan malam, Jiyong sengaja datang ke rumah Lisa untuk mengambil kembali kartu debitnya. "Ternyata lebih parah dari dugaanku," ucap Lisa melaporkan apa yang ia ketahui pada Jiyong setelah ia mempersilakan Jiyong masuk dan duduk di rumahnya. "Air yang di siram ke wajah Jisoo eonni bukan air biasa, tapi kopi yang baru saja dibuat. Jadi ada luka di wajah Jisoo eonni. Tapi lukanya sudah diobati dan tidak akan berbekas. Jisoo eonni juga bilang kalau dia tidak akan memperpanjang masalah ini, dia senang karena kartumu," tambah Lisa yang sekarang mengembalikan kartu debit Jiyong.

Jiyong menganggukan kepalanya, ia sudah dengar cerita itu langsung dari Jisoo di telepon saat perjalan pulang tadi. Jiyong juga sudah meminta maaf pada Jisoo atas sikap Yoona dan untungnya masa lalu diantara mereka membuat Jisoo bersedia memaafkan Jiyong. Alasan Jisoo dan Jiyong putus karena kesalahan Jisoo, dan kali ini Jisoo bisa menebus kesalahannya waktu itu dengan memaafkan sikap Yoona padanya– walaupun Jisoo tetap memakai delapan digit uang di kartu debit Jiyong untuk menghibur diri sendiri.

"Tapi oppa, boleh aku bertanya?" tanya Lisa yang sekarang duduk di sofa, bersebelahan dengan Jiyong. "Aku penasaran, apa kesalahan Jisoo eonni padamu? Tadi saat kutanya apa dia akan melaporkan masalah ini, karena masalah ini termasuk kekerasan– kalau menurutku– dia bilang dia tidak akan melaporkannya karena dia juga pernah melakukan kesalahan besar padamu,"

"Kenapa kau tidak bertanya langsung padanya apa kesalahannya?"

"Sudah," jawab Lisa. "Tapi Jisoo eonni tidak mau menjawab,"

"Apa alasan kami putus?"

"Seingatku karena perselingkuhan, oppa berselingkuh?" jawab Lisa.

"Aku tidak pernah menduakan gadis yang ku cintai,"

"Tapi Jisoo eonni bilang- Jisoo eonni berbohong? Bukan oppa yang berselingkuh tapi dia? Lalu kenapa oppa diam saja?" tanya Lisa dan Jiyong menolak untuk menjawab pertanyaan itu. Walaupun dengan diamnya Jiyong, Lisa bisa langsung tahu kalau ucapannya itu benar. "Wah... MSG memang hebat," gumam Lisa sembari memperhatikan Jiyong yang terlihat sangat tertekan di sebelahnya. "Oppa masih mencintai Jisoo?" tanya Lisa, menebak alasan Jiyong terlihat begitu murung di sebelahnya.

Jiyong menggelengkan kepalanya. Ia tidak sedang memikirkan Jisoo sekarang, ia justru sedang memikirkan dirinya sendiri. Kalau dipikir-pikir, hidup Jiyong sekarang sangatlah menyedihkan. Ia menikah dengan gadis yang tidak ia cintai, ia punya mertua usil yang selalu ikut campur, punya orangtua yang sama sekali tidak pernah menanyakan kabar maupun keinginannya dan sekarang ia tahu kalau gadis yang ia nikahi ternyata menyeramkan. Jiyong tidak yakin, ia bisa menahan diri sampai kapan. Jiyong jadi ragu, ia bisa bertahan sesuai rencananya atau tidak– bercerai di bulan-bulan kesepuluh pernikahannya.

"Apa menurutmu aku seperti pria murahan?" tanya Jiyong di sela-sela keheningan mereka. Padahal Lisa menunggu Jiyong menjawab pertanyaannya, tapi pria itu justru balas bertanya padanya. Dengan pertanyaan tidak terduga pula.

"Ya?"

"Apa aku tampak murahan? Apa aku seburuk itu? Seperti anjing peliharaan keluarga Im Yoona yang kaya raya itu?" tanya Jiyong sekali lagi. Pertanyaannya kali ini membuat Lisa sadar kalau ia tidak bisa mencairkan suasana disana dengan sebuah candaan.

"Oppa ingin minum? Wine? Beer? Whiskey? Aku juga punya vodka," tanya Lisa yang bergegas melarikan diri untuk mengambilkan Jiyong minuman-minumannya. "Bagaimana mungkin G Dragon yang hebat jadi anjing peliharaan keluarga kaya raya. Tidak, aku tidak menganggapmu murahan, oppa tidak seburuk itu. Mungkin keluarga Im Yoona itu tidak cukup kaya untuk mampu membeli TV, mereka tidak tahu sehebat apa menantu mereka, mereka seharusnya bersyukur, dasar tidak tahu terimakasih. Kalau eommaku yang punya menantu sepertimu, dia pasti akan memberikan semua yang kau inginkan," jawab Lisa yang sekarang membuka sebotol whiskey kemudian menuangkannya untuk Jiyong.

Jiyong menerima gelas yang Lisa berikan padanya. Namun pria itu hanya diam dan menatap Lisa dengan tatapan tidak berdaya. Jiyong belum mencicipi whiskey yang Lisa berikan tapi ia sudah merasa mabuk. Di dalam kepalanya sekarang ia sibuk mengagumi betapa cantiknya Lisa. Ini terlalu tiba-tiba, batinnya. Ia tidak mungkin menyukai Lisa hanya karena obrolan ini, masih batinnya. Tapi Jiyong tidak bisa menolak pesonanya. Ketika beberapa detik lalu kekosongannya terasa begitu berat, kini Lisa justru membuatnya berdebar-debar.

"Kau mengasihaniku?" tanya Jiyong, masih menatap Lisa dengan tatapan yang sulit Lisa terima. Matanya berkaca-kaca seolah ia akan menangis disana, tapi ia tidak menangis.

"Tidak," jawab Lisa, yang mengalihkan pandangannya ke layar hitam televisi di depannya. Menatap pantulan bayangan dirinya dan Jiyong yang duduk bersebelahan. "Aku tidak berhak mengasihanimu dan tidak ada alasan bagi oppa untuk dikasihani," ucap Lisa disusul suara tegukan whiskey. Kesunyian yang Jiyong ciptakan disana terasa seperti ungkapan kata-kata yang tanpa Lisa duga justru membuatnya gugup. Lisa menenggak segelas whiskey, tapi karena ia terlalu gugup gadis itu jadi tersedak karenanya.

"Kau sulit dipahami," balas Jiyong, setelah ia selesai menepuk punggung Lisa yang tersedak di sebelahnya. Bahkan setelah adegan tersedak itu, Jiyong tetap tidak bisa berhenti mengagumi kecantikan Lisa. Ada perdebatan besar dalam dada Jiyong sekarang, ia menginginkan Lisa tapi juga tidak ingin mendapatkannya.

"Oppa juga," ucap Lisa sembari mengelap bibir dan wajahnya dengan selembar tisu dari atas meja. "Oppa selalu tampak berkata jujur, tapi sepertinya itu tidak benar. Aku mendengar banyak hal darimu, tapi sepertinya aku tidak mendengar apapun. Sebenarnya itu membuatku kesal, tapi aku jadi ingin tahu lebih banyak. Aku juga merasa kalau oppa sulit dipahami, mungkin Yoona-"

Jiyong tidak membiarkan Lisa melanjutkan kata-katanya. Pria itu mencium Lisa sebelum Lisa sempat melanjutkan kata-katanya. Ia tidak ingin mendengar tentang Yoona lagi malam ini. Ia tidak ingin membicarakan Yoona. Ia ingin bilang kalau ia menginginkan Lisa, tapi kata-kata itu tidak bisa keluar dari mulutnya.

Lisa masih membeku di tempatnya ketika Jiyong menciumnya lalu melepaskan ciuman itu karena tidak menerima balasan apapun. Lisa masih membeku bahkan setelah Jiyong kembali ke posisi awalnya. Jangankan mendorong Jiyong, mengedipkan matanya saja Lisa tidak mampu. Jangankan meneriaki Jiyong, menghela nafas saja Lisa tidak bisa. Jantung gadis itu terpacu begitu cepat.

"Jangan menyalahkanku," ucap Jiyong. Ia baru saja menuangkan segelas whiskey lagi untuk dirinya sendiri. Ia menghabiskan whiskey itu dalam sekali teguk kemudian mengulangi ucapannya. "Jangan menyalahkanku, ini karenamu, kau yang membuatku begini,"

"Kita tidak boleh melakukan ini," gumam Lisa, berbisik setelah akhirnya duri-duri di tenggorokannya melunak. "Kita akan menyesalinya,"

"Aku tidak akan menyesalinya,"

"Tidak, oppa yang akan lebih menyesalinya daripada aku."

***

WetWhere stories live. Discover now