52

1.2K 197 23
                                    

Up dipercepat buat yg sudah menunggu siap2 jg ya bentar lagi FF Choise bakal abis. Semoga suka ya- Author.

.
.
.
.

Jeno terbangun dari tidurnya saat merasakan tenggorakannya terasa begitu kering. Dengan malas ia bangun dari tidurnya dan berjalan menuju ke dapur. Dengan mata masih setengah tertutup, ia mencoba melihat jam di dinding dan waktu menunjukkan pukul tiga pagi.

Dengan langkah gontai, Jeno menggapai lemari es dan meminum air putih dingin yang berada disana. Setelah merasa lebih nyaman, Jeno kembali berjalan menuju ke Kamarnya yang berada di lantai dua. Langkahnya terhenti sejenak melihat sebuah cahaya dari arah ruang keluarga. Biasanya jika baru jam segini hampir seluruh lampu rumah masih gelap tapi kenapa seperti ada lampu yang menyala.

"Omma pasti lupa mematikan lampu" kata Jeno lalu berjalan menuju ke Ruang Keluarga.

Matanya tersentak kaget saat melihat Jeongyeon yang sedang sibuk dengan banyak kertas didepannya.

"Jeongyeon Noona..." panggil Jeno bingung melihat keberadaan Jeongyeon pagi-pagi begini.

"Apa yang kau lakukan pagi-pagi begini??" Tanya Jeno cepat.

"Jeno??? Kau sudah bangun??" Kata Jeongyeon kaget.

"Apa yang kau lakukan??" Tanya Jeongyeon gugup.

"Aku terbangun karena sedikit kepanasan dan haus..." kata Jeno menunjuk dapur sebentar.

"Jeongyeon Noona sendiri sedang apa?" Tanya Jeno melihat beberapa kertas yang berserakan didepan Jeongyeon.

Dengan gerakan cepat, Jeongyeon langsung merapikan semua kertas-kertas yang ada didepannya. Dan memasukkannya asal ke tas yang berada disampingnya.

"Bukan apa-apa... ini hanya menghitung keuangan Kedai" kata Jeongyeon langsung bangkit berdiri dari duduknya.

"Noona akan tidur... kau juga kembalilah tidur Jeno..."

"Selamat malam.." kata Jeongyeon berlari masuk ke kamarnya.

Jeno terdiam sejenak. Lalu ia pun juga kembali masuk ke kamarnya. Matanya kembali terasa begitu berat saat ini.

.....

Jimin pun turun ke ruang makan setelah siap dengan pakaian kerjanya. Disana ia dapat melihat kedua orang tuanya dan adiknya yang sedang berbincang kecil.

"Selamat pagi Jimin..." sapa Sang Ayah pada anak sulungnya.

"Selamat pagi Appa..." Kata Jimin langsung duduk di kursinya.

"Dimana Jeongyeon??" Tanya Jimin cepat.

"Jeongyeon... dia tadi berangkat pagi-pagi sekali... katanya harus mengurus keperluan Kedai" Kata Minji memberikan roti selai kepada anak sulungnya.

"Tentang Jeongyeon...." Kata Jaemyung menghentikan makannya.

"Appa tidak peduli... kalian mau menerima Jeongyeon atau tidak..."

"Jeongyeon akan tinggal disini terus selamanyaa..." Kata Jaemyung pada kedua anaknya.

"Appa dan Omma akan mengangkat Jeongyeon menjadi anak kami..." Kata Jaemyung membuat Jimin kaget bukan main.

"Ini lebih baik daripada menikahkan Jeongyeon dan Jimin tanpa rasa cinta... Appa dan Omma hanya takut kalian akan saling bertengkar dan nantinya akan bercerai..." Kata Jaemyung lagi kali ini menatap anak sulungnya.

"Appa sudah membicarakannya pada Jeongyeon dan Jeongyeon menyetujui semua keputusan Appa" tambah Jaemyung lagi cepat.

"Jeno akan memiliki kakak perempuan dan Jimin akan memiliki adik perempu...."

"TIDAK!!" Kata Jimin tegas.

"Aku tidak setuju" Kata Jimin lagi langsung bangkit berdiri dan berjalan keluar dari rumahnya.

"PARK JIMIN!! kau mau kemana??" Teriak sang Ibu tak digubris oleh sang Anak.

Jimin kesal. Jimin benar-benar kesal. Ia harus bertemu Jeongyeon. Ia harus menemui Jeongyeon saat ini. bagaimana bisa menyetujui keputusan Appa setelah semua yang terjadi. Apa dia gila? Jimin tidak bisa berbohong lagi saat ini. Ia tidak mau Jeongyeon menjadi adiknya. Ia mau Jeongyeon menjadi seseorang yang selalu menemaninya disisa kehidupan kedapannya. Jimin mencintai Jeongyeon. Jimin sudah paham saat ini. Ia benar-benar mengerti semuanya dan kali ini ia benar-benar yakin. Mungkin beberapa hari yang lalu ia masih menganggap semua ini hanya rasa kasihan pada Jeongyeon tapi tidak kali ini. Jika ini semua rasa kasihan, Jimin pasti tidak masalah jika Jeongyeon menjadi adiknya. Tapi tadi dia hampir tak bisa menahan emosinya saat Ayahnya bilang Jeongyeon akan menjadi Adik perempuannya. Hal itu tidak akan pernah terjadi. Ia benar-benar harus bertemu dengan Jeongyeon saat ini.

Saat ini Jimin sudah sampai di Kedai Yoo tapi dari kejauhan Jimin dapat memastikan tidak ada siapapun disana. Lampu Kedai tak ada yang menyala dan tak ada seorang pun disana. Jimin pun mencoba menghubunginya tapi Jeongyeon tak kunjung mengangkatnya. Sebenernya kemana lagi Jeongyeon saat ini? Jimin pun memutuskan pergi ke Kantor karena Seok Jin menelpon sejak tadi pagi.

....

"Kau kemana saja hari ini" Tanya Seok Jin saat pintu ruangan terbuka dan menampakkan pemilik ruangan besar itu.

"Aku sudah menyuruhmu datang tepat waktu karena ada beberapa Dokumen yang harus kau tanda tangan" Kata Seok Jin lagi menyerahkan Dokumennya kepada Jimin.

"Maaf Hyungg... tadi aku mencari Jeongyeon ke Kedai" Kata Jimin mulai mendatangani semua Dokumen yang diberikan sekeretarisnya.

"Jeongyeon?? Ia pergi bersama Nayeon" Kata Seok Jin duduk dikursi didepan meja Jimin.

"bersama Nayeon?" Kata Jimin bingung.

"Tadi sebelum aku berangkat kerja aku sempat berpapasan dengannya..." Kata Seok Jin lagi menambahkan.

"Hyung... Tolong bilang pada Nayeon untuk tidak pergi kemana-mana... Aku akan menjemput Jeongyeon sekarang" Kata Jimin ingin beranjak pergi tapi langkahnya tertahan saat Seok Jin kembali menahannya.

"Biarkan Jeongyeon untuk kali ini..." Kata Seok Jin cepat.

"Kau harus tahu jika ini adalah satu-satunya kesempatan Jeongyeon untuk menenangkan pikirannya dan berbicara sesama wanita" kata Seok Jin lagi menasehati.

"Hyung ada yang harus kubicarakan dengan Jeongyeon.... ini penting" kata Jimin frustasi.

"Kau pun sama disaat ada masalah keluaraga siapa yang kau cari pertama kali?? Itu aku, bukan?? Atau Namjoon atau Yoongi atau si menyebalkan Taehyung yang bahkan tak akan membantu apapun" kata Seok Jin tak peduli dengan perkataan Jimin.

"Mungkin kau memang ingin menjadi orang dimana kau yang paling memahami Jeongyeon, selalu ada bersamanya, menolongnya disaat sulit ataupun senang... Ketahuilah Park Jimin, kau telah menjadi orang seperti itu dimata Jeongyeon" kata Seok Jin lagi panjang lebar dan kali ini membuat Jimin terdiam.

"Hanya saja untuk sekarang biarkan Jeongyeon berbicara dengan sesama wanita bersama Nayeon... Percayalah ini sudah sering aku lewati jika sedang berkelahi dengan Nayeon atau saat Nayeon sedang kesal padaku..." Kata Seok Jin selalu mengingat dimana kejadian Nayeon akan mencari Jeongyeon atau sahabat perempuan lainnya jika sedang ada masalah dengan Seok Jin.

"Semua akan baik-baik saja" Kata Seok Jin menepuk pelan pundak Jimin.

"Kau pasti akan mengerti saat menikah nanti" Kata Seok Jin pamit pergi dari ruangan Jimin.

Jimin menghembuskan napas panjang. Setidaknya Jeongyeon bersama Nayeon, semua pasti akan baik-baik saja, Ya, sebaiknya Jimin memberikan waktu untuk Jeongyeon untuk bercerita pada Sahabatnya itu.

"Aku akan bilang pada Nayeon untuk kembali kerumah Jam tujuh malam... Mampirlah ke rumah sebentar dan Jemputlah Jeongyeon di rumah nanti"Kata Seok Jin sebelum akhirnya benar-benar pergi.

Jimin terdiam. Mungkin ini memang saatnya untuk lebih percaya pada Jeongyeon dan memberiakan waktu untuk Jeongyeon menenangkan pikirannya. Ya, Jimin meyakini dirinya sekali lagi bahwa semuanya akan baik-baik saja setelah ini. Jeongyeon pun sudah berjanji padanya didepan Makam Paman Yoo. Semuanya akan kembali baik-baik saja.

CHOISE ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang