53

1.2K 203 35
                                    

Jimin pun kembali ke Rumah hampir tengah malam. Hari ini Jimin mendapat masalah dari para Investor Park Company sehingga membuat Jimin harus bekerja lembur hingga tengah malam bahkan menjelang subuh. Jimin terpaksa tak bisa menyempatkan dirinya untuk mampir ke tempat Seok Jin untuk menjemput Jeongyeon. Ia meminta tolong Nayeon mengantar Jeongyeon kembali ke rumahnya. Jimin tak mau Jeongyeon pulang sendirian.

Saat sampai di Rumah pun, Jimin langsung masuk ke Kamarnya dan Istirahat. Hari ini Jimin benar-benar merasakan kelelahan. Langkah Jimin sempat terhenti didepan Kamarnya dan melihat kearah Pintu Kamar Jeongyeon yang tertutup rapat. Sepertinya Jeongyeon sudah tidur, Jimin tidak mau menganggunya. Menurut informasi yang didapatnya lagi dari Sekretaris sekaligus Sahabat yang paling mengenalnya, Jeongyeon sudah lebih baik dari biasanya. Ia benar-benar akan kembali baik. Besok Jimin akan bangun lebih pagi dan langsung menemui Jeongyeon. Ia akan menyelesaikan semuanya.

.....

Keesokan paginya Jimin bangun langsung bersiap untuk pergi ke Kantor. Setelah selesai bersiap, Jimin pun langsung turun menuju ke Ruang makan. Disana ia hanya mendapati Kedua orang tuanya dan adiknya. Jeongyeon tak ada disana. Biasanya perempuan itu akan bangun lebih awal untuk sekedar memasak membuat sarapan untuk kita semua. Tapi entah kenapa hari ini Jeongyeon belum bangun. Apa dia sangat kelelahan kemarin hingga terlambat bangun?

"Omma... Jeongyeon belum bangun?" Tanya Jimin setibanya diruang makan.

"Sepertinya belum... Omma belum melihatnya sejak pagi" balas Minji sambil menyediakan makanan untuk Anak sulungnya.

"Jeno, bangunkan saja Jeongyeon... Jeongyeon pasti belum makan sejak malam" Kata Jaemyung menyuruh anaknya bungsunya yang asik makan.

"Tidak usah.." Kata Jimin menyelak.

"Biar aku saja.." Tambah Jimin lagi langsung bangkit berdiri dan langsung menuju kamar Jeongyeon.

Saat sampai didepan kamar Jeongyeon, Jimin terdiam sejenak. Lalu Ia pun langsung mengetuk pintu kamar Jeongyeon pelan. Lima detik berlalu tapi kunjung tak ada jawaban. Jimin kembali mengetuknya tapi tetap tak ada jawaban.

"Jeongyeon... Aku akan masuk" Kata Jimin memberanikan diri langsung masuk.

Jimin terdiam sejenak saat tak mendapati siapapun diruangan itu.

Kamar Jeongyeon begitu rapi saat ini seperti tak ada yang menepati. Bukan hanya rapi tapi terlihat kosong. Jimin dulu masih sering melihat beberapa barang Jeongyeon yang berceceran di meja rias tapi sekarang sudah tidak ada. Mata Jimin pun seketika berhenti pada sebuah kertas putih yang dilipat dua dan diletakan diatas rak disebelah tempat tidur.

Jimin pun berjalan mendekat dan langsung mengambilnya. Ia membukanya dan melihat sebuah tulisan disana.

Untuk Park Jimin,

Entah sudah berapa banyak kata Terima Kasih yang aku sampaikan padamu. Begitu banyak sekali hal yang sangat kusyukuri sejak bertemu kembali denganmu. Dan aku tidak tahu lagi harus memulai darimana karena aku benar-benar sangat bersyukur dengan perjodohon ini. Tapi semua perkataanmu benar Jimin sejak awal, tidak semua hal dapat dipaksakan dan yang tersakiti akan mundur duluan.

Sebelum Appa pergi, Appa menyerahkan semua pilihan padaku. Dan ini pilihanku, aku menghentikan perjodohan ini dan kamu bisa menikahi wanita yang kau cintai. Itu yang pernah kamu bilang padaku. Mungkin hadiah kecil ini bukan seberapa dari semua yang telah kau lakukan padaku. Tapi aku benar-benar tulus ingin melihatmu berbahagia dengan wanita pilihanmu sendiri Jimin.

Aku juga sangat berterima kasih pada Paman dan Bibi membuka diri untuk mengadopsiku masuk ke Keluarga-mu tapi tolong sampaikan maafku pada mereka karena aku tidak bisa. Terlalu sulit untuk membiasakan hati ini untuk menerima kenyataan pahit tentang sebuah persaudaraan diantara kita. Hati ini belum siap menghadapinya.

CHOISE ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang