31. Seharusnya Percaya

800 48 0
                                    

"Dory, bisa kita bicara sebentar?"

Dory menoleh ke arah Mirna yang sudah berdiri di samping bangkunya. "Mau bicara apa, Mir?"

"Jangan di sini, kita cari tempat di luar saja, yuk, Dor."

Sejenak Dory terdiam, seperti berpikir. "Maaf, ya, Mir, tapi saya harus segera pulang, soalnya bareng sama Fea, takutnya kalau dia menunggu kelamaan," tolak Dory.

"Oh, ya udah.. kalau begitu besok saja, Dor," ucap Mirna. Raut kecewa jelas tergurat pada wajahnya.

"Kalau begitu saya duluan, Mir." Dory bergegas keluar kelas yang mulai sepi, meninggalkan Mirna yang menatapnya dengan nanar.

Ia segera menyusul Fea yang tengah berada di ruang guru. Setelah jam pelajaran terakhir usai tadi gadis itu diminta oleh Bu Aida untuk membawakan buku tugas milik teman-teman sekelas ke ruang guru.

Keduanya berpapasan di koridor, lalu berjalan beriringan menuju tempat parkir, tangan keduanya terlihat saling mengait erat dengan senyum yang tak lepas menghiasi bibir masing-masing. Sepasang mata menatap iri ke arah keduanya.

Kenapa bukan aku yang tangannya kamu genggam erat seperti itu, Dor, batinnya sedih. Setetes air mata jatuh membasahi pipinya.

***

Siang itu, begitu bel istirahat berbunyi aku bergegas melesat menuju toilet karena tiba-tiba perutku terasa mulas. Dan setelah selesai, aku kembali ke kelas untuk mengajak Dory ke kantin, tapi sesampainya di sana dia sudah tidak berada di bangkunya.

Ke mana, Dory? Tumben nggak nungguin aku dulu, sih, batinku.

"Gas, lihat Dory nggak?"

Bagas yang barusan masuk kelas menggeleng, lalu berkata, "Tadi sih keluar bareng sama Mirna. Tapi nggak tahu ke mana."

Mendengar jawaban dari Bagas membuatku merasa kesal. Mirna lagi, Mirna lagi! Nggak bisa apa jauh-jauh dari Dory, gerutuku dalam hati. Tanpa berkata lagi aku meninggalkan Bagas, mencari di mana Mirna dan Dory berada.

Tanpa harus mencari lama, akhirnya aku menemukan mereka tengah duduk berdua di bangku taman belakang sekolah. Seketika hatiku terbakar cemburu, tanpa sadar tanganku mengepal. Namun saat berniat hendak menghampiri keduanya, tiba-tiba langkahku terhenti ketika melihat Dory bangkit, lantas meninggalkan Mirna begitu saja. Buru-buru aku menyingkir, berlindung di balik pohon akasia yang tumbuh di taman tersebut supaya Dory tidak melihatku. Aku tidak mau dia tahu kalo aku melihatnya sedang berduaan dengan Mirna.

Setelah memastikan Dory benar-benar telah jauh dari tempat itu, aku keluar dari persembunyian dan kembali menengok ke bangku yang diduduki oleh Dory dan Mirna tadi, dan mendapati gadis itu masih duduk di sana, bahunya terguncang. Apakah ia menangis? Kenapa?

Berbagai pertanyaan silih berganti muncul dalam benakku, hingga terbawa sampai saat Dory telah mengantarkanku pulang.

Motor bebeknya berhenti tepat di depan gerbang rumahku. "Mampir dulu, Dor."

Dory menggeleng. "Lain kali saja, Fe. Saya langsung pulang saja, ya."

"Oh, ya udah," balasku. Tapi baru saja Dory hendak berlalu, aku menahannya. "Tunggu, Dor."

"Kenapa, Fe?" Dory urung melajukan motornya.

"Mm__nggak ada yang mau kamu omongin gitu ke aku?" pancingku.

"Maksud kamu?" Dory balik bertanya dengan ekspresi bingung. Tadinya aku berharap dengan memancingnya, ia akan menceritakan tentang kejadian di taman belakang sekolah tadi bersama Mirna.

"Eng.. nggak, lupain aja. Ya udah, kamu balik, gih. Hati-hati di jalan, ya."

"Iya, Fe. Kamu juga masuk sana, istirahat. Saya balik, ya." Motor bebek Dory pun melaju meninggalkan area perumahanku.

Kenapa kamu nggak mau cerita soal kejadian di taman tadi, Dor? Apa yang kamu sembunyikan dariku?

***

Tadinya aku sudah melupakan kejadian kemarin. Tidak ingin juga menanyakan perihal kejadian itu kepada Dory. Pikirku, ya sudahlah.. hubungan kami saat ini sudah kembali berjalan hangat, dan aku tidak ingin lagi terjadi salah paham hanya karena masalah sepele. Tapi mendadak rasa penasaran kembali menggelitik pikiranku saat siang ini tidak sengaja bertemu dengan Mirna di toilet.

"Tunggu, Mir." Aku menahannya saat gadis itu hendak keluar dari toilet.

"Kenapa, Fe?" Mirna terlihat rikuh.

"Boleh aku nanya sesuatu?" tanyaku. Malas sebenarnya harus berlama-lama berhadapan dengannya. Entahlah, jika teringat bahwa Mirna sering kedapatan berusaha mendekati Dory, rasa kesalku padanya kian memuncak.

"Kemarin kamu sama Dory berduaan di taman belakang sekolah, ada apa?"

Mirna terlihat tersenyum sinis. "Sepertinya nggak semua hal bisa kamu ketahui, Fe. Aku merasa nggak punya kepentingan ngomongin soal itu ke kamu."

Aku menyilangkan tangan ke dada, berani bener ini anak ngomong gitu!

"Jelas aku berhak tahu, Mir. Dory itu pacar aku, dan aku sering melihat kamu sedang berusaha mendekatinya," tandasku dengan tatapan tajam mengarah pada netranya.

"Kalau begitu tanya aja langsung sama Dory. Beres, kan?" Mirna terlihat makin menantangku.

Tahan Fea, tahan.. jangan sampai terpancing emosi dan terjadi hal yang tidak diinginkan. Setengah mati aku berusaha menenangkan diriku sendiri. Aku nggak mau terlihat konyol jika terjadi perkelahian di antara kami di sini.

Akhirnya aku memutuskan untuk pergi saja meninggalkannya, nggak mau lagi memperpanjang urusan dengannya. Daripada hatiku makin dongkol dan emosiku tidak bisa lagi dikendalikan.

Tapi baru saja tanganku hendak membuka handle pintu, Mirna kembali bersuara, "Fe, kamu beruntung memiliki Dory. Harusnya kamu mempercayai dia."

Kalimat yang meluncur dari bibirnya benar-benar menohok hatiku. Kali ini Mirna benar, Dory telah menunjukkan betapa tulusnya ia mencintaiku. Lalu mengapa aku masih saja merasa ketakutan jika ia berdekatan dengan Mirna? Toh, hatinya Dory milikku. Bergegas aku keluar dari toilet, sepanjang koridor menuju kelas jemariku terus mengusap gelang merah pemberian Dory.

Sepertinya aku tidak perlu lagi meragukan kesetiaanmu, Dor. Seperti yang dikatakan oleh Mirna tadi; seharusnya aku bisa mempercayaimu.

Bersambung...

Update..

Mau lihat dong, mana nih vote dari kalian?

Terima kasih ya buat kalian yang masih setia sama Sad Boy.

Gimana untuk part ini? Kurang greget, nggak? Kasih kritik & sarannya, ya, teman-teman..

See you next part
😊😊😊

Sad Boy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang