Sebelas

1.5K 182 4
                                    

Hal pertama kali yang aku rasakan ketika sadar, aku mendengar suara tangisan Bibi dan kedua sepupuku. Dan yang membuatku bingung, aku melihat diriku sendiri terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit.

Ada apa? Apakah aku bermimpi? Tidak, tidak mungkin. Apakah aku sudah mati?

"Bibi! Bibi!" Aku berteriak memanggil Bibiku. Tapi, dia sama sekali tak mendengarku. Padahal aku sudah sekuat tenaga berteriak kencang.

Kulihat Paman yang mengusap-usap punggung Bibi untuk menenangkannya. Keadaan kedua sepupuku pun tak ada bedanya dengan Bibi. Wajah mereka sembab oleh air mata. Aku yakin mereka menyesal atas apa yang mereka lakukan.

"Felix, kenapa kau meninggalkan Bibimu ini? Kau tidak sayang dengan Bibi, hah? Ayo bangun, Nak. Ayo bangun, Bibi akan merawatmu." Bibi berucap disela tangisnya. Membuat kedua sepupuku juga semakin meraung.

"Felix, maafin kitaa...kita janji gak bakal ganggu kamu lagi....Felix, banguuunn...huhuhu." Seungmin mengguncang tubuhku.

"Jeongin janji, jika Felix bangun, Jeongin akan memanggilmu hyung. Ayo, bangun..." Jeongin pun tak kalah sedihnya.

Melihat itu, aku juga menitikkan air mata. Maafkan aku, karena meninggalkan kalian. Ini bukan mauku. Ini kehendak Tuhan. Melihat kalian sadar sudah membuatku senang, berhentilah menangis, aku tidak pernah memiliki dendam dengan kalian. Aku selalu memaafkan apapun sikap kalian padaku.

Bibi, maafkan Felix. Jangan menangis, tolong ikhlaskan Felix. Sekarang Felix tidak sakit lagi, Bibi. Felix sudah sembuh. Felix tidak penyakitan lagi. Jangan seperti itu, kau membuatku tidak tenang. Berhentilah menanhus, kumohon!

"Sudah, Ma! Biarkan Felix tenang di sana. Tidakkah kau merasa lega karena Felix sudah tidak sakit lagi?" Paman masih setia menenangkan Bibi. Paman benar, aku sudah tidak sakit lagi.

"Anak-anak, ikhlaskan hyung kalian. Dia sudah tenang di sana." Paman juga menenangkan Seungmin dan Jeongin.

Bukannya berhenti menangis, kedua sepupuku itu teta meraung kencang.

Akhirnya ragaku di bawa pulang untuk di makamkan. Jisung juga datang. Ia meraung di dekat tubuhku.

"Felix jahat! Kenapa Felix ninggalin Jisung? Jisung kan gak punya sahabat lagi selain Felix? Hiks...Feli...ks...bang..uunn." Ia sesenggukan sambil mengguncang pelan tubuh kakuku itu.

Jisung, maafin Felix. Kau harus ikhlaskan aku karena jika kalian seperti itu, aku malah tidak tenang.

Cukup lama mereka menangis, hingga pada akhirnya Bibi mulai bersuara.

"Felix, Bibi sayang kamu sama dengan Seungmin dan Jeongin. Kamu yang tenang ya di sana. Bibi sudah ikhlas. Lagi pula kamu tidak akan kesaktian dan menderita lagi. Maafin Bibi ya, karena Bibi belum bisa jadi Ibu yang baik buat kamu." Bibi tersenyum getir sambil mengusap rambutku.

"Felix, Jisung juga sudah ikhlas, makasih udah jadi sahabat Jisung. Selamat tinggal, sahabat." Jisung memeluk tubuhku untuk yang terakhir kalinya.

Berbeda dengan kedua sepupuku. Mereka masih sesenggukan, enggan untuk berbicara. Apalagi Jisung yang menatap mereka tajam.

Ragaku dikebumikan. Aku senang, karena banyak anak-anak sekolah yang datang, kecuali Chan cs.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Mian, Felix!✔Where stories live. Discover now