Part 32

11.9K 346 0
                                    

Ketika mama dan papa Devian telah berjalan keluar, Devian menarik tangan Kanaya sebelum Kanaya ikut keluar dari ruang rawatnya.

"Devian, kamu harus istirahat seperti yang mama kamu bilang"

Kanaya mengatakannya dengan pelan.

"Sebentar aja Nay... Aku mau mengatakan sesuatu"

Kanaya tersenyum dan menjawab Devian dengan lembut.

"Yaudah, kamu mau bilang apa?"

"Aku minta maaf karena keluarga aku pernah memanfaatkan kamu. Tapi aku tulus mencintai kamu Kanaya... Aku tidak pernah bersandiwara. Apa kamu percaya sama aku..."

Kanaya melepaskan tangan Devian lalu tersenyum.

"Aku percaya sama kamu Devian. Aku tahu kamu tidak pernah berniat memanfaatkan aku dan kamu tulus sama aku. Aku juga sudah memaafkan mama papa"

"Serius Nay??!!"

"Iya Devian. Kalau belum, gak mungkin aku ada disini kan hehe"

"Hmm lalu... Apa kamu tetap akan menceraikan aku?"

Devian menunggu jawaban Kanaya dengan harap-harap cemas.

"Jadi gak yaa"

"Nay..."

Devian menatap Kanaya dengan sedih.

"Hehe gak dong Devian, aku rasa aku gak bisa hidup tanpa kamu"

Kanaya tersenyum jahil lalu mencium pipi Devian.

Kemudian Kanaya segera membalikkan badan dan keluar dari ruang rawat meninggalkan Devian yang bengong.

Devian masih dalam keadaan bengong sampai suster datang dan menyuntikkan obat pada infusnya.

Devian tersadar dan mulai membaringkan tubuh lalu tertidur.

"Sayang... Bangun yuk, kamu harus makan"

Kanaya membangunkan Devian dengan mengusap pipinya.

Devian langsung terbangun mendengar Kanaya yang memanggilnya dengan sebutan 'sayang'.

"Boleh kamu ulang gak Nay?"

"Ulang apa?"

Kanaya mengernyitkan dahi.

"Tadi kamu manggil aku apa?"

Kanaya langsung memahami yang dimaksud oleh Devian, ia menjadi tersipu.

"Gak bilang apa-apa tuh. Udah yuk makan, keburu dingin buburnya"

"Bohong kamu. Ayo bilang dulu, aku gak mau makan kalau kamu gak bilang"

Devian berpura-pura merajuk.

"Apaan sih Vi, kayak bocah deh"

Kanaya menyipitkan matanya pada Devian dan menggelengkan kepala.

"Biarin"

Devian membuang muka.

Kanaya menghela nafas.

"Ayo makan sayang"

Devian tersenyum sumringah.

"Oke sayang"

Devian langsung mencium kening Kanaya.

Kanaya tersipu dan langsung menyuapkan bubur ke dalam mulut Devian.

Seminggu masa pemulihan, akhirnya dokter memperbolehkan Devian untuk kembali ke rumah. Ia akhirnya pulang bersama Kanaya dan anak mereka ke rumah Kanaya.

Sesampainya di rumah, Devian langsung memeluk Kanaya bersama anak mereka yang di gendong oleh Kanaya.

"Terima kasih banyak Nay, kamu mau percaya sama aku dan maafin mama papa, bahkan mau menerima aku kembali. Aku sangat bahagia Nay..."

"Huaa...huaaa...."

Alexander tiba-tiba menangis.

Devian langsung melepaskan pelukan mereka dan mengusap pipi anaknya.

"Ehh anak papa marah ya gak di sebut haha... makasih ya nak sudah lahir ke dunia ini dan membawa kebahagiaan untuk mama dan papa"

"Ihh liat Vi! Langsung senyum, pinter banget sih"

Kanaya antusias melihat anaknya yang tersenyum manis.

"Iyaa lucu banget!"

Devian mencium kening anaknya.

Kanaya tersenyum lalu menatap Devian.

"Tapi aku mohon sama kamu, apapun yang terjadi, manis maupun pahit kamu harus cerita sama aku. Aku gak suka kebohongan Devian. Jika memang kamu perlu bantuan, pasti aku bantu dengan senang hati dan tidak akan merasa dimanfaatkan, aku cuma pengen kamu jujur dan terbuka dalam hal apapun. Kamu bisa kan menjanjikan itu?"

Devian tersenyum sambil mengusap kepala istrinya.

"Iya sayang... Aku janji akan selalu jujur dan terbuka dengan kamu dalam hal apapun. Tapi kamu jangan maksain diri untuk selalu bantu aku, disini aku kepala keluarga, aku yang harus selalu ada untuk membantu dan bertanggung jawab atas keluarga kita. Kamu jangan khawatir yaa"

Kanaya tersenyum.

"Tapi selagi aku mampu kenapa gak? Mentang-mentang kamu kepala keluarga, bukan berarti kamu harus menanggung semuanya kan. Semua masalah akan kita diskusikan bersama dan kita harus saling melengkapi"

Devian merasa bangga dengan istrinya yang dulu sangat manja berubah menjadi wanita yang sangat dewasa. Ia lalu mencubit hidung istrinya dengan gemas.

"Haha iya deh sayang, aku akan berusaha sekuat tenaga supaya permasalahan seperti dulu tidak terulang lagi, aku gak mau kamu jadi salah paham dan mengeluarkan uang yang sangat banyak padahal itu bukan tanggung jawab kamu. Sejak kapan sih istri aku yang manja ini jadi dewasa begini"

"Tapi aku istri kamu, sudah jadi kewajiban aku untuk bantu kamu kan. Lagian bagus kan kalau aku jadi dewasa, bukannya cowok suka dengan cewek dewasa"

Kali ini Devian mengacak rambut istrinya dengan gemas, dan dibalas dengan pelototan dari istrinya.

"Gak boleh! Kamu gak boleh terlalu dewasa. Aku mau kamu jadi Kanaya yang manja kayak dulu, karena aku suka manjain kamu hehe"

Kanaya menampilkan wajah cemberutnya.

"Nah! gaya kayak gini lebih cocok buat kamu"

Devian menggosok-gosokkan hidungnya di hidung Kanaya.

Kanaya tersipu malu dan mendorong tubuh Devian perlahan.

"Udah ah, kasian baby Al udah ngantuk nih"

Kanaya mulai berjalan lebih dulu menuju kamarnya dan Devian dulu.

Devian mengikuti Kanaya dari belakang. Ia terkejut melihat kamar mereka yang telah di renovasi dengan menambahkan ruang bayi yang berada tepat di sebelah kamar dan hanya dipisahkan oleh tirai pintu.

Kanaya masuk ke ruang bayi menaruh baby Al yang telah terlelap tidur di dalam box bayi. Lalu Kanaya membalikkan tubuhnya dan masuk ke dalam kamarnya dan Devian. Devian masih mengekori Kanaya di belakangnya.

Kanaya menatap ke arah Devian dan mendapati Devian yang tengah tersenyum sumringah.

"Jadi kita resmi se-kamar lagi? Kamu kembali ke kamar ini kan?"

"Gak"

Kanaya menjawab dengan cepat.

Senyum Devian menghilang.

"Ma... Maksud kamu Nay? Kamu bilang gak akan menceraikan aku... dan kamar baby Al ada di samping kamar ini... Kamu masih mau pisah kamar sama aku?..."

Devian memasang wajah sedih.

"Gak salah lagi hehe"

Kanaya tersenyum jail lalu berlari keluar kamar.

Devian melotot, ia sadar bahwa Kanaya baru saja mengerjainya.

"KANAYA!!! Awas kamu yaa, suami sendiri dikerjain!"

Devian keluar dari kamar dan mengejar Kanaya.

HONESTY (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang