Last Part

13.2K 358 0
                                    

Kanaya menghindari Devian yang ingin menangkapnya. Devian berhasil menangkap lalu memeluk Kanaya dengan erat.

"Kamu bener-bener ya Nay! Aku hampir jantungan tahu gak! Rasanya kamu udah nerbangin aku ke langit terus langsung di jatuhin ke dasar jurang"

"Haha gak apa dong sekali-kali iseng sama suami sendiri"

Kanaya tertawa bahagia karena berhasil mengerjai suaminya.

"Aku hukum kamu ya"

Devian menggeram. Ia memindahkan tangannya ke pipi Kanaya lalu mencium bibir Kanaya hingga Kanaya hampir kehabisan napas. Ketika Kanaya memukul Devian, baru ia melepaskannya.

"Hah..hah..hah... Vii kamu mau bunuh aku ya!"

Kanaya melotot tajam pada Devian.

"Hah...maaf sayang hah...aku rindu ciuman kamu, di rumah sakit selalu ada mama. Di bilang belum mandilah, belum gosok gigi. Sekarang kita udah di rumah gak ada mama, terus aku udah mandi dan gosok gigi juga hehe"

Devian yang juga kehabisan napas, berbicara sambil mengatur napasnya.

Kanaya menampilkan wajah cemberutnya.

"Ya gak main nyosor gitu juga dong, sampai gak bisa napas aku"

"Hehe yaudah kita ulang ya, kali ini lebih lembut deh"

Devian mulai memegang pipi Kanaya lagi tapi langsung ditepis oleh Kanaya.

"Gak gak. Aku ngantuk, mau tidur!"

Kanaya berjalan masuk ke dalam kamarnya dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Devian ikut membaringkan tubuhnya di samping Kanaya. Kanaya langsung membalikkan tubuh membelakangi Devian. Devian langsung memeluk Kanaya dari belakang.

"Sayang... Buat dedek yuk untuk Alexander"

Devian membujuk Kanaya dengan berbisik di telinganya.

Kanaya membalikkan badannya dan menatap Devian garang.

"Kamu gila ya?! Baru keluar dari rumah sakit malah minta yang aneh-aneh"

Devian cengengesan dan mengeratkan pelukannya pada Kanaya.

"Tapi kita kan udah lama gak ngelakuin 'itu'..."

Devian menampilkan wajah memohon.

Kanaya menghela napas.

"Aku kan baru melahirkan seminggu yang lalu Devian, masih belum boleh"

Devian melotot.

"Serius gak boleh?? Sampai kapan??"

Kanaya mengangguk.

"Nanti aku kasih tahu kalau udah boleh"

Devian menatap Kanaya dengan serius.

"Bener ya! Jangan lama- lama"

"Iyaaa"

Kanaya menatap Devian dengan malas.

Devian lalu memeluk istrinya dengan erat dan mencium kepala istrinya dengan lembut.

"Hmm Vi"

Kanaya tiba-tiba memikirkan sesuatu.

"Iya sayang?"

Devian kembali menatap mata istrinya.

"Kamu jadi CEO di perusahaan Santoso lagi ya?"

Kanaya mengusap pipi Devian.

Devian menggelengkan kepala.

"Aku rasa lebih baik aku tetap menjadi direktur di perusahaan Wijaya sayang, apa kata orang nanti aku keluar masuk perusahaan Santoso sesuka hati"

HONESTY (COMPLETED)Where stories live. Discover now