Breakfast

166 31 4
                                    

Eiza turun tangga dengan ragu, biasanya pada jam sepagi ini ia sudah berangkat menuju kantornya. Mempersiapkan bahan ajaran dan makan pagi di kantin kampus, tapi pagi ini berbeda. Sesuai janjinya dengan Tania, ia akan ikut makan pagi bersama penghuni kosan lainnya.

Di dapur, ia hanya menemukan Tania dan Dara sedang menyiapkan makan pagi.

"Selamat pagi." Sapa Eiza kikuk.

"Pagi," Tania balas menyapa sedangkan Dara hanya meliriknya sekilas.

"Ayuk! Kamu bisa potong-potong buah, kan?" Tanya Tania menarik tangan Eiza, menempatkannya di hadapan mangkok berisi apel, pir, dan anggur.

Sebenarnya Eiza bisa memasak, namun ia terlalu takut untuk menginterupsi dan membiarkan orang-orang berpikir bahwa ia tidak bisa. Well, mungkin beberapa minggu ke depan ia akan mulai memperlihatkan kemampuan memasaknya.

"Oh, ya, aku mau bayar soal bahan makanan." Kata Eiza sembari mengupas apel kepada Dara yang sibuk menggoreng telur.

Tapi Dara diam. Tania yang sadar akan hal itu hanya bisa menepuk bahu Dara, "Ra, tiap bulan kamu harus menagih Eiza, ya."

"Iya, Kak." Kata Dara singkat.

"Sehabis mempersi--"

"Nanti malam aja bagaimana?" Dara memotong Eiza.

"Oke. Makasih." Kata Eiza singkat, ia makin merasa tidak nyaman rasanya dengan Dara.

Apalagi semalam, Dara tidak berhenti menatapnya terus-menerus. Gadis itu seakan menilainya dari penampilan dan selalu berakhir dengan helaan napas. Dari pembicaraan yang terjadi, sebenarnya Eiza sadar kalau Dara menyimpan hati kepada Vernon.

Eiza pun yakin, penghuni kosan lain pun tahu akan hal itu.

"Wow! Ramai banget! Pada masak apa, nih?" Mingyu turun dari lantai 2, disuguhi pemandangan menarik di dapur.

"Sarapan. Kamu telat bangun, ya? Kita butuh Chef Mingyu, nih." Ujar Tania masih sibuk membuat scrambled egg untuk dirinya sendiri.

"Besok aku yang masak, ya. Ibu Dara siap menemani?"

"Nggak bisa, Mingyu. Besok aku harus ke kantor pagi-pagi."

Mingyu mendengus. "Kenapa kalau aku yang ngajak, selalu ga bisa, sih?"

"Ya, bukan jodoh." Tania menyahut sembari terkekeh pelan.

Eiza ikut tersenyum. Ia tidak bisa ikut nimbrung, apalagi ini soal Dara. Bisa-bisa perempuan itu makin tidak menyukainya.

"Eiza, kamu bisa masak, kan?"

Salah satu alis Eiza terangkat, ia melirik Mingyu yang tengah duduk di depan meja makan menghadap ke arah dapur.

"Seriusan bisa?" Tanya Tania sampai perempuan itu menghentikan kesibukannya.

"Cuma masak air kali." Ujar Dara singkat dan dingin.

Tapi Eiza tidak ambil hati. Gadis itu mengangguk, "ya, for a simple dishes."

"Kannn! Aku suka liat snapgram kamu dulu waktu di Swiss. Kamu, kan suka masak apaa gitu sama temen-temen bule kamu." Jelas Mingyu dibalas anggukan Eiza.

Tania ber'wah' ria. "Kamu pernah tinggal di Swiss?"

"Sekitar 2 tahun aja, Kak."

"Kerja?" Dara ikut nimbrung, nadanya tidak begitu dingin seperti tadi.

Eiza menggeleng. "Aku kuliah di sana. Ekstensi S2."

"Gila! Dosen satu ini emang ga bisa diragukan." Tania memuji dan Eiza salah tingkah sampai ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Kosan 17 [Complete]Where stories live. Discover now