Chapter 38

727 72 3
                                    

Elena memperhatikan pantulan dirinya pada sebuah cermin di dalam kamar besar milik seorang putri, dan kini yang menjadi putri itu adalah dirinya. Tapi itu tetaplah tidak benar, ia hanya berpura-pura. Ia bahkan tidak tahu bagaimana bersikap seperti seorang putri.

Beberapa saat kemudian terlihat seorang pelayan wanita membuka pintu ruangan itu dengan membawa sesuatu di tangannya, lalu diletakannya di atas tempat tidur. Elena masih tidak bergeming atau beranjak dari tempatnya berdiri. Pelayan wanita itu mendekatinya lalu membungkukkan tubuhnya.

“Yang mulia putri, gaun anda telah siap. Anda bisa mengenakannya sekarang, setelah itu saya akan menata rambut anda,” pelayan wanita itu memberitahunya dan Elena menatapnya datar.

“Haruskah?” tanya Elena.

“Tentu saja yang mulia, seorang putri memang sepantasnya memakai gaun di segala keadaan,” balasnya. Bahkan pelayan itu masih menundukan kepalanya.

“Baiklah, tolong bantu aku.”

“Dengan senang hati yang mulia.”

Setelah Elena membersihkan dirinya dan juga mengenakan gaun tanpa lengan dengan motif sederhana namun berkesan anggun tersebut. Kini ia duduk di sebuah kursi rias menghadap sebuah cermin, pelayan wanita itu bersiap mengerjakan tugasnya yaitu menata rambut hitam Elena dengan ahli dan terlihat hati-hati.

“Jika boleh saya ungkapkan, anda terlihat sangat cantik. Nanti malam pangeran-pangeran dari berbagai kerajaan pasti akan memandang anda dengan terkagum-kagum,” ujar pelayan wanita itu sehingga mendapat tatapan tajam dari Elena melalui cermin. Tapi pelayan wanita itu tidak menyadarinya karena sibuk menata rambutnya.

“Kenapa mereka harus datang?” tanya Elena.

“Acara yang diadakan yang mulia ratu bukanlah sekedar pengumuman, tapi juga penyambutan dan perayaan kembalinya yang mulia putri ke negeri ini, tentunya harus mengundang seluruh kerajaan,” terang pelayan wanita itu antusias.

“Apa kau percaya aku kembali?” tanya Elena, namun maksud dari pertanyaan itu adalah kembalinya adik Edward, Rose.

“Yang mulia raja dan ratu termasuk kami semua yang menghuni istana ini percaya pada ramalan yang di katakan oleh tuan Regan, sang ahli astronomi kepercayaan kerajaan ini. Karena ramalannya selalu terbukti benar,” jelasnya. “Dan hari ini ramalan itu kembali terbukti, anda yang tiba-tiba muncul di dalam istana, tepat di kamar anda sendiri,” tambahnya membuat Elena termenung.

“Bagaimana jika aku adalah orang lain?” tanya Elena lagi.

“Mengapa yang mulia berkata seperti itu? Apakah anda tidak percaya bahwa anda kembali berkumpul bersama keluarga kerajaan?” tanyanya.

“Yeah, aku percaya,” balas Elena lalu melihat pelayan wanita itu tersenyum lembut menatapnya melalui cermin. Namun sayangnya Elena enggan untuk membalas senyuman itu.

“Baik, rambut anda sudah terlihat rapi yang mulia.” Pelayan wanita itu menyelesaikan pekerjaannya dengan sangat indah.

“Saya harus segera pergi, permisi yang mulia,” ucap pelayan wanita itu sambil membungkuk lantas berlalu keluar dari kamar itu.

Elena memandang lukisan di kamar itu lalu kembali memandang cermin. Dirinya sangat mirip dengan wanita di lukisan itu. Apalagi sekarang ia mengenakan gaun, menambah kemiripannya.

Elena merasa dirinya adalah cerminan dari Rose hingga ia mempercayai dirinya adalah wanita itu dan terlahir kembali. Mungkinkah itu benar? Rose adalah Elena dan sudah ditakdir untuk ada disini agar membuktikan ramalan itu benar.

Suara pintu yang terbuka lagi membuat Elena menghentikan lamunannya. Dilihatnya Edward masuk dan kembali menutup pintu besar itu. Elena berdiri dari duduknya dan memandang pria itu yang kini tengah terpaku menatapnya.

ROSE DEATH ✔Where stories live. Discover now