Chapter 41

684 64 1
                                    

Sean memangku kedua tangannya sembari menatap air mancur di hadapannya. Ia tidak tahu harus bagaimana sekarang. Semuanya seperti serba salah. Belum lagi ia merasa begitu tidak berguna meskipun telah mendapatkan sebuah kekuatan dari ayahnya.

Seharusnya Sean mampu melindungi Elena dalam situasi genting seperti tadi. Sean benar-benar menggerutuki kebodohannya.

Ia pun mengacak rambutnya lagi dan pandangan matanya jatuh pada rerumputan lembab yang diinjaknya. Lalu memukul-mukul keras kepalanya terus menerus.

James benar! Ia benar-benar tidak pantas ada di dekat Elena. Mungkin menjauh adalah hal yang paling tepat. Sean hanya akan membahayakan Elena jika ia terus berdekatan dengannya.

“Jangan putus asa,” seru seseorang berdiri di sampingnya.

Sean menoleh mendapati seorang gadis dengan gaun biru gelapnya lalu duduk di sebelahnya. Ia hanya terdiam memandang gadis tersebut yang tatapannya lurus ke depan. Sean menebak jika gadis yang lancang duduk di sebelahnya ini adalah seorang putri.

“Kau terlihat mengkhawatirkan keadaan Rose,” katanya. Sean masih terdiam karena tidak tahu harus mengatakan apa.

“Apakah kau seorang pangeran?” tanyanya dengan tatapan menyelidik.

Sean masih tetap bungkam. Ia tidak tahu siapa putri yang ada di sampingnya ini. Seenaknya menyelanya dan ikut campur. Tapi setidaknya putri ini tidak terlihat jahat atau ingin macam-macam, hanya menanyakan sesuatu yang sewajarnya.

“Tidak,” balas Sean.

“Aku memperhatikanmu saat kelelawar-kelelawar itu datang, kau sama sekali tidak melakukan penyerangan atau mengeluarkan kekuatanmu. Kau hanya berlari dan menarik Rose dari Pangeran Edward, berusaha untuk menyelamatkannya tapi gagal karena Rose yang berbalik menyelamatkanmu,” terangnya sembari menarik sudut bibirnya.

Sean tidak percaya gadis di sampingnya ini mengatakan semua kejadian itu dengan tapat.

“Bagaimana kau bisa memperhatikanku sejelas itu sementara semua orang panik?” tanya Sean mengeryit.

“Aku tidak panik, justru kakakku yang panik melindungiku.” Dia tertawa kecil, sementara Sean bingung. Lalu gadis itu menatapnya. “Apakah kau direkrut Pangeran Alexander untuk menjadi pelayannya? Aku lihat kau selalu mendampinginya.”

Sean semakin tidak mengerti. “Mengapa kau memperhatikan sesuatu yang tidak penting?” tanyanya.

“Aku hanya memiliki sepasang penglihatan, tapi aku bisa membagi pandanganku untuk semua orang yang aku lihat,” terangnya.

“Lalu mengapa kau datang padaku?” tanya Sean mulai curiga.

“Aku ingin memberitahu sesuatu,” balasnya lalu menyandarkan punggungnya di sandaran bangku yang mereka duduki.

“Apa?”

“Jika kau mencintai seseorang, cintailah dia semampumu. Jangan menyerah terhadapnya, hanya karena menganggap dirimu tidak berguna.” Gadis itu tersenyum santai, pandangannya masih lurus ke depan.

Sean terdiam sembari termenung. Apa yang dikatakannya ada benarnya juga. Sean bisa melindungi Elena semampunya —dengan caranya sendiri. Tidak peduli dirinya lemah atau kuat. Karena tekadlah yang membuat dirinya bisa melakukan apapun untuk orang yang dicintainya.

ROSE DEATH ✔Where stories live. Discover now