17.

135 19 14
                                    

"Eunsang! Ayo bangun! Nanti kau tidak sempat sarapan loh"

Eunsang yang tadinya tengah menyelami alam mimpi, membuka matanya perlahan—Menyesuaikan cahaya yang menyinari matanya—, lalu melihat Doyoung yang menyender di kusen pintu.

"Nah, ayo bangun, kita sarapan bersama, Wooseok telah membuatkan sarapan untuk kita"

Eunsang tersenyum tipis dan mengangguk, lalu beranjak dari kasur dan turun ke lantai bawah—Tepat nya meja makan—, dan sarapan bersama.

Mereka menghabiskan sarapan diselingi perbincangan ringan, dari aktivitas Eunsang dan Wooseok di sekolah yang sama, dan Doyoung di sekolahnya sendiri.

"Eunsang, kau yakin tidak mau diantar olehku?"

Yang ditanya mengangguk meyakinkan—Sambil mengunyah roti.

"Tidak apa kok, aku masih ada cukup uang untuk naik bus, rumah mu ini juga tidak terlalu jauh dari rumah ku, jadi biayanya kecil"

Doyoung memperhatikan Eunsang dengan intens lagi seperti tadi malam.

"Eunsang, kau tidak menyembunyikan apapun dari kami kan?"

Eunsang sedikit menegang, sementara Wooseok melirik Doyoung dengan perasaan bingung.

"Tidak kok, aku serius"

Eunsang membuat tanda peace dan tersenyum manis untuk meyakinkan Doyoung.

"Heum, ya sudah"

Doyoung kembali melanjutkan aktivitasnya—Memakan nasi goreng—, sementara Wooseok bergumam.

"Dasar aneh"

"Kalau mau menjelekkan diriku, jangan keras keras, dasar bodoh"

Wooseok membanting pisau rotinya, Doyoung tersenyum menang dan Eunsang tertawa geli.

"Kau mau pulang sehabis kau menyelesaikan sarapan ini dan mandi?"

Tanya Wooseok, Eunsang mengangguk.

"Tidak enak lama lama disini, takut merepotkan dirimu kak"

Wooseok mengibaskan tangan nya, namun dia memegang pisau roti, membuatnya terlihat seperti ber ancang ancang untuk membunuh Eunsang.

Eunsang menelan kasar ludahnya dan meremat celana nya, bodoh, kenapa ingatan buruk itu harus datang sekarang?

"Taruh dulu pisau nya! Kau menakutkan, Kim Psikopat Wooseok"

Wooseok yang tak terima dengan ledekan Doyoung pun mengarahkan pisaunya pada Doyoung.

Mereka tak tahu bahwa candaan mereka, membuat Eunsang ditarik ke masa kelam nya.

"Ini hanya pisau roti bodoh!"

"Ibu tolong jauhkan pisaunya! Eunsang takut melihatnya!"

"Kau tidak ingin melihatnya? Baiklah, akan kubuat kau tidak bernyawa dengan pisau ini, dengan begitu kau tidak melihat pisau tajam ini lagi kan?"

"KUMOHON JAUHKAN PISAUNYA!"

Wooseok dan Doyoung yang tengah saling menyubit pipi satu sama lain terkejut melihat Eunsang berteriak dan membanting kursi.

Nafas Eunsang terengah engah, keringat nya bercucuran, padahal AC diruangan ini sudah dinyalakan.

"Eunsang? Kau baik baik saja?"

Wooseok dan Doyoung menghampiri Eunsang yang hampir terjatuh, lalu mereka menuntun Eunsang ke arah sofa.

"Hei, apa kau memiliki trauma dengan benda tajam?"

can you hear me, mother? | Lee Eunsang (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang