20.

98 12 2
                                    

"Doyoung, Wooseok, bisa kalian jelaskan bagaimana kalian bisa sampai ke rumah Eunsang terlebih dahulu?"

Yang namanya dipanggil menoleh ke arah Joongi, tadinya mereka tengah menghibur Eunsang bersama teman teman nya supaya Eunsang bisa tenang.

"Eum, jadi begini ceritanya tuan.."

Flashback on. . .

Kini, Doyoung dan Wooseok berada di cafe setelah mengantar Eunsang, mereka tengah menikmati americano mereka masing masing.

Wooseok sibuk berbicara, sementara Doyoung malah mengarahkan pandangan nya pada jalanan yang dibatasi kaca jendela.

Wooseok yang merasa kesal karena tidak dihiraukan pun berbuat sesuatu.

Brak!

Seketika, atensi Doyoung—termasuk para pengunjung cafe—tertuju pada Wooseok.

"Apa yang kau lakukan bodoh? Kau tidak sadar kita jadi dilihat seluruh pengunjung?"

Ucap Doyoung sembari menatapnya sinis dan meminum minuman nya.

"Habisnya, saat aku berbicara, kau tidak menghiraukan ku, apa itu bagus?"

Doyoung memutar bola matanya malas, "Ada ada saja"

"Sedang memikirkan apa sih?"

Tanya Wooseok, yang ditanya malah mengacak kasar rambutnya.

"Wooseok, sedari tadi, firasatku tidak enak tentang Eunsang"

Wooseok malah memicingkan matanya heran, "Kenapa jadi Eunsang?"

"Kau tidak lupa kan pembicaraan kita malam kemarin?"

Wooseok berusaha mengingat, lalu mengangguk yakin, "Aku ingat!"

"Nah, itu dia, saat kita mengantarnya pulang tadi, firasatku semakin buruk"

"Wooseok, ayo kita ke rumah Eunsang!"

Uhuk! Uhuk!

Doyoung bingung melihat Wooseok yang malah tersedak, ada apa?

"Kau serius? Kenapa tiba tiba sih?

Ucap Wooseok sembari menepuk pelan dada nya.

"Aku hanya ingin memastikan bahwa Eunsang tidak kenapa napa, aku khawatir, ayolah, ya?"

Wooseok terlihat berpikir, lalu mengangguk.

"Baiklah, tapi hanya sebentar ya? Kau menghabiskan bensin ku"

"Berapa sih bensin mu? Biar aku bayar saja semuanya"

Wooseok terdiam, sial, dia lupa bahwa Doyoung lebih kaya daripadanya.

"Tidak perlu, ya sudah, ayo berangkat sekarang"

Wooseok melangkah membelakangi Doyoung menuju mobil sport itu.

Setelah memasuki mobil itu, Wooseok yang tadinya hendak menjalankan mobilnya menghentikan kegiatan nya karena pertanyaan Doyoung.

"Hei Wooseok, kenapa ada pistol disini?"

Wooseok terlihat berpikir, lalu menjentikkan jarinya.

"Ayahku dulu yang memasukkan, saat aku mendapatkan SIM, ayahku memberikan mobil ini dan menaruh pistol di box mobil itu. Semua mobil diberikan pistol kok"

Doyoung mengernyit bingung, "Untuk apa?"

"Jaga jaga, kejahatan bisa terjadi kapanpun bukan?"

can you hear me, mother? | Lee Eunsang (END) Onde histórias criam vida. Descubra agora