23.

86 14 3
                                    

"Hei Wooseok"

Wooseok yang tengah memainkan ponsel mengangkat kepalanya, dan langsung mendekati Seungyoun saat tangan sang pemanggil seakan menyuruh nya mendekati nya.

"Ada apa?" Tanya Wooseok sambil duduk di samping ranjang Seungyoun.

"Bunuh aku"

Wooseok membulatkan matanya, lalu sedikit menampar lengan Seungyoun yang dipasang infus.

"Kau gila?! Bagaimana bisa kau menyuruh ku membunuh mu? Kau temanku! Apa kau tidak melihat Eunsang yang berharap banyak padamu? Dia ingin kau sembuh!"

Seungyoun hanya tersenyum tipis melihat Wooseok yang marah.

"Makanya, aku ingin Eunsang jangan terlalu berharap padaku, dia harus bisa berjalan dengan kakinya sendiri. Ada saatnya, dia tidak perlu digandeng lagi seperti anak bayi"

Wooseok memicingkan matanya saat mendengar kalimat Seungyoun, "Kau muak menjaga Eunsang?"

Seungyoun tertawa kecil, "Tidak begitu teman ku yang bodoh. Aku hanya ingin, dia mandiri, dan melawan ketakutan nya sendiri"

Wooseok bingung, ketakutan apa?

"Apa yang kau bicarakan?"

Seungyoun merubah posisinya dari berbaring menjadi duduk, lalu menceritakan kisah itu.

Ya, kisah Eunsang, dan sang ibu.

Wooseok terkejut bukan main, bagaimana bisa ada ibu yang berlaku seperti itu pada anaknya? Dia tidak pantas dipanggil ibu.

"Wooseok, sekarang kau mengerti kan? Aku hanya ingin, Eunsang berusaha sendiri melawan ketakutan nya, memang disini aku terlihat ingin lepas tangan, tapi bukan itu maksudku"

"Aku hanya ingin, saat dia berani melawan ketakutan nya, dia akan menemukan pelangi yang dia cari"

Wooseok menitikkan air matanya, dia merasa malu pada kakak beradik itu.

Di usia mereka yang harusnya bersenang senang dan menikmati masa muda, malah dihadapi dengan rintangan yang menyakiti mental dan fisik mereka.

"Wooseok, di laci nakas itu, terdapat racun. Masukkan racun itu ke air putih, lalu aku akan meminum nya"

Wooseok menggelengkan kepala nya, "Kau tidak boleh begini Seungyoun, tidak boleh. Apa kau tidak kasihan pada Eunsang?"

Seungyoun tersenyum, "Kau temanku kan? Turuti kemauan ku, atau aku akan membenci mu"

Wooseok menangis kencang, Ya Tuhan, dia sangat dilema.

Akhirnya, dia memilih menuruti kemauan teman nya.

Dia membuka laci nakas urutan kedua, dan dia terkejut saat melihat banyak sachet racun, untuk apa sih sebenarnya rumah sakit menyimpan racun?

Dia mengambil satu, dan menuangkan nya di segelas air putih, dia kembali menitikkan air matanya. Tuhan, rasanya tidak kuat.

Dia memberikan gelas itu pada Seungyoun, Seungyoun pun tersenyum.

"Kim Wooseok, temanku sejak kelas 1 JHS, aku sangat menyayangimu, terima kasih sudah menjadi teman yang setia. Kau lebih mahal daripada harta"

Wooseok menundukkan kepalanya, dan menangis kencang, begini ya rasanya perpisahan?

"Wooseok, jaga Eunsang ya? Anggap lah dia adikmu sendiri. Ini perintah ku padamu"

can you hear me, mother? | Lee Eunsang (END) Where stories live. Discover now