CHAPTER 1

18.6K 1.1K 44
                                    

Lee Yoora, dia menghela napasnya dengan teramat pasrah, kali ini ia harus berjalan kaki menunu ke rumahnya setelah dirinya mengetahui ia ketinggalan bus di sore ini.

Menurutnya, hari ini merupakan hari yang benar-benar sial untuk dirinya. Apalagi dengan jarak rumah dari halte bus bisa dikatakan cukup jauh.

Tugas yang diberikan oleh wali kelasnya membuat tubuhnya lemas, ditambah disaat ia mengetahui jika dirinya ketinggalan bus untuk pergi ke sekolah. Sudah lelah dengan tugas sekolah, ditambah dengan dirinya yang ketinggalan bus. Sungguh, dirinya sudah merasa tidak kuat untuk sekedar melakukan apa pun kali ini. Kakinya sudah terasa lemas dan tidak bisa berjalan lagi.

"Sial, benar-benar sial." umpatnya sambil menggeram.

Mau tidak mau Yoora harus berjalan kaki lagi—terpaksa—walau kakinya terasa tidak bisa digerakkan lagi. Lagi pula, ini sudah menjelang sore, dan sialnya tidak ada yang bisa ia tumpangi. Ojek online atau taxi? Ponselnya mati. Rasanya Yoora ingin membuang ponselnya, karena seperti tidak ada guna memegangnya sedari tadi—tapi tentu dia tidak akan melakukannya, dia bukanlah orang kaya yang bisa membeli ini-itu dengan cepat.

Gadis itu dengan berat hati melangkahkan kakinya, wajahnya sudah lumayan pucat. Dia terlihat seperti orang sakit, tapi sepertinya memang iya. Bahkan berjalan saja, dia sudah tidak memiliki tenaga. Makan saja belum.

Yoora tidak tinggal bersama dengan kedua orang tuanya, orang tuanya sudah bercerai dan tidak ada yang ingin mengasuh gadis itu, sehingga Yoora tinggal bersama sang Ahjussi. Orang yang tinggal dengan dirinya sekarang, tidak memperlakukan dirinya dengan baik, paman-nya memperlakukan dirinya seolah-olah dirinya adalah seorang pembantu.

Sekarang Yoora berjalan sempoyongan seperti gadis yang tengah mabuk, kepalanya benar-benar pusing sekarang. Yoora ingin memakan sesuatu untuk memperkuat daya tubuhnya—namun lagi-lagi dia selalu mendapat kesialan dalam hidupnya, tidak pernah beruntung—Paman nya tersebut tidak pernah memberinya uang.

Untungnya, dia memiliki sahabat yang luar biada baiknya, sahabatnya yang sering mentraktir dirinya untuk makan, keberadaan sahabatnya sudah menjadi tanda syukur bagi Yoora sebab masih ada orang yang peduli terhadap dirinya.

"Hei ... kau tidak apa?" Yoora melihat ke arah seseorang yang mengajak dirinya berbicara, matanya terlihat sayu dan juga memerah. Yoora menatap sekilas seseorang yang mengajaknya berbicara, dia tidak bisa melihat wajah orang tersebut karena penglihatannya sudah mulai kabur, dan ia tidak sadar jika dirinya mulai terjatuh dan sebentar lagi akan tergeletak di tanah.

Orang yang mengajaknya berbicara tersebut terkejut dengan Yoora yang jatuh pingsan di depannya, ia langsung berjongkok dan menepuk-nepuk pipi gadis tersebut. "Hei! Hei! Aduh, kenapa pingsan begini?" Pria itu panik, namun karena dia tidak bisa berpikir karena terlanjur panik, dia dengan segera membopong tubuh Yoora. Dia membawa gadis itu ke rumahnya yang jaraknya lumayan dekat dari halte ini.

Pria itu bernama Jimin—dia sebenarnya tidak nyaman membawa gadis ini ke rumahnya. Bukan apa. Mereka tidak saling mengenal namun dia dengan berani membawa Yoora ke rumahnya.

Sampai di rumah, Jimin membawa gadis itu ke dalam kamar tamu. Dirinya keluar, tidak ingin berada di dalam kamar tersebut karena takutnya ketika Yoora bangun, dia dituduh melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.

Jimin keluar dari kamar, 3 jam dia menggunakan waktunya untuk mandi serta membuat makanan. Saat sudah menyiapkan semuanya, dia kembali ke kamar tamu untuk melihat Yoora sambil membawa segelas air dan obat. Jimin tahu jika orang sehabis pingsan pasti akan merasa pusing, dan untungnya dia memiliki obat yang dibutuhkan.

Ketika Jimin masuk ke dalam kamar, dia menemukan Yoora yang masih pingsan di dalam. Apa memang selama itu orang pingsan? Pikir Jimin.

Disaat yang sama, Yoora pun membuka matanya perlahan, ia merasa kepalanya benar-benar terasa sakit, seperti habis dipukul. Ketika gadis itu membuka matanya, ia menatap langit-langit kamar tersebut dan—tunggu, ia sadar, ini bukan kamarnya.

Lalu sekarang dia berada di mana?

Yoora terdiam sejenak untuk memperhatikan isi kamar, dan ya ... ia membulatkan matanya disaat ia benar-benar sudah sadar dan mengetahui jika dirinya bukan berada di kamarnya. Ia di rumah orang lain. Karena jika di kamar paman nya, ia tahu bagaimana bentuk kamar beliau.

Perempuan itu akhirnya memilih untuk bangkit dari tidurnya dan segera duduk, ia melihat ke arah sekeliling kamar dengan raut wajah yang tampak sangat bingung, dan tiba-tiba pandangannya itu menuju ke seorang pria yang sedang tersenyum padanya. Pria yang dari tadi memperhatikannya.

Baik, sekarang Yoora semakin ketakutkan karena terdapat pria yang sedang berdiri menatap ke arahnya sambil tersenyum. Dia dengan segera melihat ke arah tubuhnya. Baik-baik saja, tidak ada yang terasa sakit, pakaiannya masih utuh, tidak berantakan.

"Jadi ... kau sudah bangun?" tanya pria itu dengan suara lembut, sepertinya ia tahu jika Yoora masih ketakutan di sini. "Bagaimana keadaanmu? Kau baik-baik saja? Kau tadi pingsan di jalanan, karena aku panik jadinya aku membawamu ke rumahku. Kau tenang saja, aku tidak melakukan apa pun padamu. Aku baru datang kemari sekitar 5 menit lalu untuk mengecek keadaanmu."

Ternyata pria di depannya ini lumayan cerewet ya. Tapi, untuk sekarang Yoora tidak peduli. Karena yang ia khawatirkan sekarang adalah nasib hidupnya ke depannya ketika pria tampan ini mengatakan dirinya pingsan.

"P-Pingsan? Aku pingsan?"

Pria itu mengangguk pelan lalu berjalan ke arah Yoora sambil membawa segelas air dan juga obat. "Minum obat ini agar kau cepat pulih." ucapnya, Yoora dengan senang hati menerima obat itu dan meminumnya. Walau ragu, dia tetap meminumnya—karena pria di depannya ini terlihat baik, sih. Jadi, Yoora mau-mau saja meminum obat yang diberikan oleh pria di depannya.

"Ah ya, aku lupa memperkenalkan diri, maaf. Namaku Park Jimin, usia ku duapuluh enam tahun." Yoora hampir saja menyemburkan air yang berada dimulutnya setelah mendengar ucapan Jimin. Duapuluh enam tahun? Yoora terkejut mendengarnya, jadi, sekarang ia bersama dengan paman tua? Oh astaga, kenapa hidupnya dikelilingi dengan pria yang tua?

"Kenapa wajahmu seperti itu? Kau ... terkejut, ya?" Yoora mengangguk cepat, membenarkan perkataan Jimin. Ini bahaya. Dia tidak ingin bersama pria tua, dia takut, jangan sampai pria ini seperti pamannya yang berada di rumah. Mengerikan. Yoora tidak sanggup untuk melayani keduanya jika Jimin memiliki sifat yang sama dengan pamannya di rumah.

"Terima kasih telah menolong ku, tapi aku ingin pulang, Ahjussi."

"Kau yakin akan pulang malam-malam seperti ini, Lee Yoora?" Yoora mengerutkan keningnya heran, dari mana pria itu mengetahui namanya? "Aku melihat dari kartu identitas yang kau pakai, kau ingin pulang malam-malam seperti ini?" Yoora baru sadar jika hari sudah malam, dia melihat ke arah jam tangannya, sudah pukul 9 malam, yang benar saja? "Menginap saja di rumahku, percayalah, aku tidak akan melakukan hal-hal yang aneh padamu."

***

13-12-2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


13-12-2020

JIMIN AHJUSSI ✓  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang