About Arven | 05

4.8K 467 43
                                    

Suara sendok dan piring saling beradu menghasilkan melodi di pagi hari. Arven dan Gahran tengah sarapan di meja makan, tak ada satupun yang berbicara sejak tadi. Hanya melodi piring dan detakan jam yang menghiasi.

Hingga akhirnya Gahran membuka suara. "Lo ngapain aja kemarin? Sampe malemnya kambuh."

Arven diam sejenak, menelan nasi yang sudah ia kunyah. "Gue nggak ngelakuin hal berat kemarin. Cuman tidur aja," sahut Arven dengan nada biasa, ia tidak ingin Gahran curiga bahwa dirinya bekerja kemarin sore.

"Terus kenapa kemarin malem lo kambuh? Tumben."

"Mungkin udah parah." Arven berujar santai, membuat Gahran mendecak kesal.

"Nanti gue nggak kerja, mau nemenin lo di rumah."

Arven menatap Gahran yang tengah meneguk air putih, jadi nanti sore ia tidak dapat bekerja lagi, lantaran Gahran terlalu kepo dengan apa yang ia lakukan di rumah. "Iya deh, Kakak tampannya Arven."

Gahran tersenyum tipis, untung Adiknya tidak mengeluarkan protes sedikitpun. Itu yang membuat hati Gahran sedikit menghangat, jadi nanti sore setelah pulang dari sekolah, ia bisa menemani Arven sampai besok pagi.

°°°

Arven berjalan santai memasuki sekolah, sedikit menyenggol lengan Velin ketika melihat gadis itu tengah menunggu umpan di depan gerbang.

"Apaan sih, jing?" Velin menatap sinis ke arah Arven yang sengaja menyenggol lengannya.

Tawa Arven yang merdu menghiasi pagi ini, ia berujar meremehkan ke arah Velin. "Nggak dapet umpan, ya? Ututu kasiaann, gue udah rajin sekarang, nggak telat lagi."

Velin mendecak sebal, ia mengarahkan kedua tangannya ke depan wajah Arven, ingin mencakar wajah anak itu. "Diem lo dugong! Mau gue cakar muka lo, hah?!"

"Ayo sini cakar! Gue punya jurus princess, nanti aja lo mati sendiri." Arven menggulung lengan seragamnya ke atas, berkacak pinggang menatap Velin yang tengah menantang dirinya.

Gahran yang sedang bersenda gurau dengan temannya tiba-tiba tertarik dengan sang Adik, ia segera menarik baju anak itu lalu merangkul pundaknya. "Berantem mulu lo sama cewek."

"Apaan sih main tarik-tarik! Nggak sopan tau!" Arven membersihkan bajunya yang merupakan bekas dari tarikan Gahran. Mendengus pelan kala Gahran mengganggu aksi pertarungannya tadi.

Gahran terkekeh, ia masih merangkul pundak Arven sembari berjalan memasuki kelas X, ia ingin mengantar Arven terlebih dahulu dan memastikan Adiknya itu aman di dalam kelas.

"Kalo ada apa-apa telpon gue, okay?" Gahran menoel pipi Arven sebelum pergi dari kelasnya, membuat Arven cemberut dan berakhir Gahran yang tertawa. Senang rasanya dapat menyentuh pipi Arven yang terasa lembut dan empuk.

Gahran melangkah pergi ke kantin. Melakukan aktivitas biasa seperti nongkrong dan bersenda gurau bersama teman lainnya, ia tidak terlalu fokus terhadap pelajaran, karena terasa sedikit membosankan dan membuatnya ngantuk. Lebih baik menenangkan diri di kantin bersama teman-temannya.

°°°

Arven terlihat berpikir, mendecak beberapa kali sembari melihat isi ranselnya. Menggenggam erat botol kecil tempat obatnya berada, tidak ada banyak, ia hitung masih tersisa enam. Membuat Arven berpikir sedaritadi.

About ArvenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang