About Arven | 12

4K 428 116
                                    

Diharapkan ketika membaca dengan perasaan badmood. Agar nantinya bertambah badmood. Sekian terima Taehyung 😌

Tandai kalo ada typo, yaps. Hepi riding😚

Danen, Verdo dan Gion kini sedang berada di kamar Arven. Ingin memastikan bahwa anak itu sudah tidur sore, sembari melihat-lihat isi kamar anak Paud. Apakah ada sesuatu barang bagus yang bisa mereka curi, tapi nyatanya tidak. Hanya ada barang-barang biasa dan jam alarm yang bergambar Naruto Academy. Benar-benar anak Paud.

"Gue kira sempit, ternyata luas. Bersih sama rapi lagi, emang dah adeknya si Gahran." Verdo memandang kamar Arven, memang luas dan bersih, bingkai photo tertata rapi dan begitupun dengan buku. Ia jadi betah tinggal di sini.

Danen memicingkan matanya, mendekatkan wajahnya dengan wajah Arven. "Ven, lo udah tidur apa belum?" bisik Danen tepat di telinga Arven, ia tidak mendengar satupun jawaban. Membuatnya yakin jika anak itu sudah tertidur.

"Anjir dah, empuk banget nih pipi. Pengen gue cemil rasanya," ujar Danen sembari menoel gemas pipi Arven. Tidak apa lah menganggu sejenak, toh juga Arven sudah tertidur pulas.

"Heh! Adek orang itu! Lo mau digebuk sampe mati sama si Gahran, hah?! Udah ada aturannya, kan." Verdo berdehem sejenak.

"Pertama, jangan sentuh sedikitpun tubuh Arven, nanti lecet dan ada kuman. Kedua, jangan buat Arven ngambek, karena Arven itu single, kalo ngambek hatinya bisa belah jadi 69 bagian. Ketiga, jangan cuekin Arven, soalnya Arven tuh nggak bisa dicuekin. Dia tuh bukan boneka! Dia butuh perhatian dan kepastian. Bisa nggak sih jangan samain Arven dengan boneka?! Keempat, jangan marahin Arven, soalnya Arven tuh bukan binatang. Kelima, apa ya? Gue lupa."

"Alaah, udah lah njir! Eneg gue lama-lama denger suara lo yang jelek!" Danen memberhentikan Verdo berbicara.

"Emang suara lo udah bagus?!" tanya Verdo sembari melangkah maju. Ingin memulai perdebatan, namun Gion segera menyela.

Gion mendengus tidak suka. "Stop anjir. Ver, cek hp lo. Liat pesannya si Gahran."

Verdo mengangguk, berhenti berdebat dengan Danen. Ia mengambil benda pipih di saku celana. Membuka pesan, kemudian membacanya. "Kalo Arven udah bobok ganteng. Kita masak, habis itu kita kasih Arven makan."

"Arven makan apa? Asi? Milna, atau Promina?" tanya Danen bertubi-tubi, membuat Verdo menatapnya datar.

"Lo beliin Arven susu sono, sama dot nya!" Gion mendorong tubuh Danen untuk ke luar.

Danen berdecak, ia tidak suka ketika tubuhnya didorong secara tidak halus dan tidak ada perasaan cinta. "Arven suka susu apa?"

"Prenagen?"

"Anjir lah! Itu untuk kakek-kakek, Arven kan masih baby."

"Susu prenagen bukannya buat bayi?" Gion menaikkan sebelah alis, ia pernah melihat susu prenagen yang terdapat gambar bayi. Tapi masih dikandungan Ibunya.

Verdo menghela napas, berusaha sabar menghadapi temannya yang sudah mulai tidak waras. "Diem dulu! Gue bacain! Arven itu harus makan makananan empat sehat lima sempurna, jangan pake MSG, semua bahan udah ada di dapur."

"MSG apaan?" tanya Gion penasaran.

"Makanan Sehat Gahran?" Danen menjawab asal. Membuat Gion tertawa pelan dan Verdo malah mendengus tidak suka.

"Bukan! MSG itu, Masako Sasa Gula, keknya. Otak gue rusak soalnya." Verdo kembali membaca pesan di hpnya. Pesan yang tadi sempat dikirim oleh Gahran, banyak sekali hal yang harus mereka lakukan. Membuat mereka harus menggunakan otak kanan untuk berpikir.

About ArvenWhere stories live. Discover now