Chapter 05

2.7K 380 58
                                    

Paginya di Moby Dick.

Teriakan salah satu kru membangun kan hampir semua awak kapal, semua segera menuju sumber teriakan. "Ada apa--?!" tanya Marco-san. Semua mata termasuk milikku membatu seketika ketika melihat tubuh kaku bersimbah darah di depan kami.

Kaki ku terasa berat, membuatku menduduk kan tubuh ku. "THATCH!!" teriak Marco-san dan Ace-san hampir bersamaan. Air mataku berlinang. Aku masih tak percaya dengan apa yang ku lihat. Marco-san langsung melakukan pertolongan pertama, namun sayang. Thatch-san sudah tidak bernyawa.

"Siapa yang melakukan ini?!" emosi menggebu gebu di tunjukan oleh Ace-san. Aku tidak pernah melihat Ace-san semarah ini.

Menurut pengakuan kru yang berteriak tadi, dia sudah menemukan Thatch-san dengan keadaan seperti itu. Setelah yang lain menenangkan Ace-san, kami pun memakam kan Thatch-san.

Setelah di selidiki ternyata pelakunya adalah Marshall D. Teach. Teach adalah anggota divisi ke-2 yang di pimpin oleh Ace-san. Dia di beri julukan kurohige. Bukan hanya membunuh Thatch-san, dia juga mencuri buah iblis yang Thatch-san dapatkan kemarin.

Kali ini emosi Ace-san tak terkendali "si kurangajar itu! Akan ku bunuh dia!". "Ace tenang kan diri mu!" Marco-san menahan Ace-san yang berusaha mengejar Teach. "Dia sudah mengotori nama baik oyaji! Aku adalah komandan dia, akan ku bawa kepalanya kemari!".

"Biarkan dia pergi". Seru oyaji tiba tiba. "oyaji" protes Marco-san. "Ace-san, kumohon jangan pergi" bujuk ku. "Komandan macam apa aku yang tidak bisa mengurus anggota nya sendiri" Balasnya.

Aku harus berkata apa untuk menahan nya. Kekuatan yang akan di hadapi Ace-san belum di ketahui. Aku punya firasat buruk tentang ini. Tapi, "biarkan saja dia pergi" ucap oyaji lagi.

Ace-san mengemasi barang nya dan mulai pergi menggunakan rakit modifikasi miliknya.

Kami hanya bisa melihat kepergian Ace-san. Aku harap Ace-san akan baik baik saja.

Kekhawatiran ku tergambar jelas hingga Marco-san menyadarinya "dia akan baik baik saja, Ace pasti akan menghukum orang itu". Walau Marco-san berkata seperti itu, aku sangat yakin dia pasti juga khawatir pada Ace-san.

Beberapa hari setelah Ace-san pergi, salah satu kru bajak laut Akagami no Shanks mengantar kan sepucuk surat untuk oyaji.

"Shanks, sudah lama tidak mendengar namanya. Jadi, ini surat dari Akagami?" tanya oyaji "iya, kelihatannya itu sangat penting. Oleh karena itu dia menyuruhku mengantarkannya agar aman". Jelas si pengantar surat.

Tanpa membacanya terlebih dahulu, oyaji merobek surat itu hingga menjadi potongan kecil.

"A-apa yang kau lakukan?!". Oyaji berdecit "dia mengirim surat yang menyebalkan. Sejak kapan bocah itu menjadi orang yang sangat penting?" ucap oyaji.

"Tu-tunggu! Okashira bilang ini surat yang sangat penting! Kita sedang membicarakan Akagami loh! Apa kau tidak tau?!"

"Aku Shirohige!" balas oyaji angkuh. "Aku bisa menebak isi surat itu. Pasti tentang Ace dan Kurohige. Jika Akagami ingin berbicara denganku lebih baik dia membawa sake yang enak dan datang sendiri kesini."

"Jika kau sudah mengerti, pergilah cepat. Aku tak ingin berbicara dengan cecunguk sepertimu".

Setelah oyaji mengatakan itu. Si pengantar surat itu pun segera pergi. Aku dan Marco-san hanya melihat dari kejauhan. "Dia bodoh sekali berbicara begitu ke oyaji. Apa dia tidak tau kalau oyaji adalah manusia terkuat dibumi?" keluh ku.

"Anggap saja seperti hiburan" seru Marco-san. Aku mem-pout kan pipi ku "tetap saja dia itu ga sopan" jawab ku tak mau kalah. mendengar itu, Marco-san mengacak acak rambut ku "Mulai keras kepala ya. Belajar dari Ace, 'kan?". Aku hanya membalas nya dengan tawaan dan aku kembali merindukan Ace-san. Aku harap surat dari Akagami berisi kabar baik.

Malam ini banyak sekali hal yang aku pikir kan, membuat ku terjaga. Aku pun memutuskan mencari angin di dek kapal. Malam ini sangat cerah. Langit bertaburkan Bintang. Angin laut menghempaskan rambut hijau ku kesana kemari.

"Kau bisa masuk angin keluar malam dengan pakaian seperti itu".

"Marco-san? Apa yang kau lakukan disini?". "Harusnya aku yang bertanya gitu padamu." Marco-san memakai kan ku bajunya. Lagi. "Sudah 2 baju ku denganmu" seru nya dengan nada usil. "Kau bilang tidak perlu di kembalikan" protes ku dan hanya di balas dengan tawa singkat.

"Oh, itu poster buronan? Milik kakak laki laki mu, 'kan?" tanya Marco-san sambil menunjuk secarik kertas di tanganku. "Iya, kira kira dimana dia sekarang ya?".

"Dia bajak laut Mugiwara, 'kan? Kemungkinan dia tidak di laut yang sama dengan kita". Aku memiringkan kepala ku bingung "kita sekarang ada di dunia baru, Shinsekai. Aku pernah menunjukkan peta dunia padamu, bukan?". Aku mengangguk cepat "dia masih diseberang redline, kalau dia bajak laut tujuan dia pasti ke shinsekai. Dia pasti akan kesini".

"Rasanya, Aku ingin pergi ketempat nya sekarang" ucap ku pelan "jangan lakukan hal ceroboh". Aku mem-pout kan pipiku, lalu tiba tiba sesuatu terlintas di kepala ku. "Oh! Jangan jangan Marco-san mengkhawatirkan ku?"

"Tentu saja aku mengkhawatirkan mu dasar bodoh" teriaknya. "Apa itu tandanya Marco-san menyukai ku?" tanyaku lagi dengan nada kaget yang di buat buat. "A-aku tidak membenci mu atau sebagainya". Jawabnya gagap "kau kan salah satu kru kapal, bagaimana bisa aku membenci mu" sambung nya.

"Sudah ku duga, ternyata benar--". "Berhenti mengusili ku, oi!" ekspresi nya membuatku tak tahan untuk mengusilinya lagi.

"Ah! Wajah Marco-san berubah merah" goda ku.

Marco-san menyudutkan ku di tepi kapal dengan kedua tangannya "sudah ku bilang berhenti". Wajah Marco-san lebih ke merona daripada merah, wajah kami sangat dekat. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya yang beraroma mint. Seketika hening, aku tak tau harus berbicara apa atau bereaksi seperti apa. Jantung ku berdegup lebih cepat dari biasanya. Wajahku perlahan terasa hangat. Apa wajahku juga berubah merah?

Kurasa sudah 5 menit kami di posisi seperti itu, sampai "oh? Oyaji, Marco berusaha meng iya iya kan Nero." teriak Izo-san ketika melihat kami seperti itu. Marco-san langsung tersadar mendengar nya "a-aku tidak melakukan apapun, oi" ucapnya membela diri.

"Oi oi Marco, kalau kau ingin melakukan nya. Cari lah sebuah ruangan" canda Vista-san. "Lihat, Marco sudah melepas baju nya" tambah Izo-san "Kalian salah paham, dan berhentilah bercanda dasar teman tidak ber akhlak". Ucap Marco-san kesal.

Haruta-san menghampiri ku yang masih mencerna apa yang sedang terjadi "apa yang Marco lakukan padamu, Nero?" tanya nya. "Marco-san bilang dia menyukai ku"

"Aku tidak bilang begitu" sanggah nya "tapi, tadi Marco-san bilang khawatir dengan ku". Ucapku polos "khawatir dan suka itu beda"

Semua yang melihat kami hanya tertawa, kata mereka jarang sekali melihat Marco-san salah tingkah. Komandan divisi pertama itu sangat tenang dalam menghadapi apapun. Jadi, mereka sangat menikmati kejadian itu. Dan kami pun tidak menyadari, sesuatu yang buruk sudah menanti kami semua.

To be continued

Beyond the sea [One Piece AU]Where stories live. Discover now