ii. the chosen one

72.6K 11.2K 3.7K
                                    

Bendungan bulir mata baru saja tumpah; berasal dari seorang gadis muda yang duduk seorang diri dekat semen tegel dingin ujung barak, barangkali berdoa kepada Tuhan sudah lelah untuk ia lakukan. Dua lutut tertekuk menyanggah dagunya seiring isak tangis mati-matian terdengar ditahan, Lana memperhatikan semua itu sedari tadi. Meski Lana tidak mengerti mengapa gadis tersebut tidak bergabung dengan yang lainnya di ranjang kayu dua tingkat tanpa alas, Lana tetap memandangi si gadis saksama. Separuh alasan yang ia sadari karena kasihan, selebihnya akibat menyesal sebab Lana tahu tidak ada cara untuk menghentikan tangisan itu.

Kurang lebih tiga belas menit berjalan dengan adegan sama, Lana akhirnya memutuskan mengalihkan mata; melihat ruang barak kumuh tak terurus. Dari ujung sampai ke ujung hanya terpenuhi ranjang susun kayu keras tanpa furnitur tambahan. Sesungguhnya pun tidak cukup untuk menampung luapan manusia yang dimasukan ke dalamnya sehingga membuat para tahanan harus tertidur dengan keadaan berdesak-desak.

Dua bentangan waktu ditemani rembulan berlalu. Jika malam ini diikutsertakan, ia sudah menghabiskan waktu terduduk di atas ranjang susun bagian bawah selama dua malam. Kala rembulan muncul kembali kini, Lana memilih tidak terlelap meski itu adalah jalan tercepat demi menahan lapar berteman haus yang terus meronta-ronta. Semangkuk sup—yang berukuran sebesar telapak tangan—berisi dua potongan kentang kecil semalam menjadi santapan terakhir pengganjal perut sampai sekarang.

Mual. Wanita itu mulai merasa mual mencium aroma pengap yang bergaduh bersama peluh dan luka busuk tatkala perut kian tercekik. Semua jendela tertutup rapat, menyulut sesak agar bergelegak ke puncak. Bahkan sebagian besar dilapisi kayu agar cahaya mentari tidak menelusup diam-diam. Setelah menerka-nerka selama beberapa detik, ia tahu bahwasanya ada seseorang di antara mereka memiliki luka menganga yang terinfeksi namun tak mampu berbuat apa-apa.

Dinding kayu barak sudah begitu lapuk, menjadi santapan sedap bagi serangga-serangga yang hinggap mampir. Walau penuh nan sempit, nyatanya barak kecil tersebut tidak gaduh berisik. Nyaris seluruh insani bermuram durja, mungkin berharap bila akan datang saatnya pembebasan hadir; membuka gerbang hingga hari-hari damai kembali memeluk lalu berbisik hai kawan inilah sebuah akhir.

Netra Lana menyorot piyama bergaris yang kini tengah ia kenakan. Salah satu dari sekian banyak simbol seorang tahanan kamp konsentrasi Nazi. Kusut, lusuh, dan tidak menarik. Dilengkapi dengan sepasang alas kaki klompen yang tidak terlalu memadai jika harus bekerja mencangkul tanah atau mengangkat baru bara demi kepentingan pabrik amunisi perang.

Keningnya kini berkerut memikirkan satu hal. Lana cukup terkejut mendapati bahwa para tahanan perempuan yang memasuki area kamp kemarin benar-benar tidak disentuh secuil pun, sesuai seperti gumaman salah seorang serdadu Nazi yang silam. Mereka hanya dikurung dalam satu ruang barak kecil tanpa diperintah melakukan sesuatu. Tapi tidak ada yang lebih buruk ketimbang harus bertatap muka dengan seorang Jenderal SS Nazi, Lana sama sekali tak merasa senang walau karena pria itu semua perempuan di sini ditahan sementara dari kerasnya kehidupan selama mendekap dalam kamp konsentrasi.

Bibir tergigit pelan sembari alis berkerut, sampai detik ini, Lana tak mendapatkan sebuah jawaban atas mengapa Jenderal Jeffrien hendak mengambil seorang perempuan dari kamp konsentrasi. Ingin dijadikan budak? Atau penghangat ranjang? Bukankah seharusnya menurut edaran rumor, Jenderal Jeffrien dapat memilih perempuan mana saja semudah menjentikan jemari? Ah, tidak. Lana tidak ingin menduga-duga lebih lanjut lagi. Apa pun jawabannya, ia perlu memikirkan cara agar tidak menarik perhatian pria yang kerap diagung-agungkan tersebut.

Persetan akan segala hal, Lana tidak ingin berurusan dengan sesosok bengis tanpa hati.

Bisik-bisik pelan di depan pintu ruang barak terdengar begitu jelas ketika dinding kayu yang melapisi tertelan oleh sunyinya malam, menarik atensi Lana berkumpul menjadi satu bagian dan terpaku mendengar segala isi perbincangan dua sipir perempuan di luar sana.

ICARUS HAS FALLEN ✓Where stories live. Discover now