xv. isn't she lovely?

41.5K 7.8K 5K
                                    

"Apakah semua dokumen sudah lengkap? Bagaimana dengan arsip-arsip logistik dan daftar persenjataan?"

Sepasang netra kebiruan itu tampak mengkilau diiringi dengan pergerakan kepala yang terlihat mengangguk tegas. "Semua sudah lengkap, Jenderal."

Semua mata terbelenggu memandang pria tegap bersetelan hitam yang tengah memimpin private briefing dan kelak juga memegang rapat utama. Mengingat Hitler tidak dapat mengikuti pertemuan penting kali ini, Jeffrien tentu menjadi pemimpin rapat yang digadang-gadang mampu mengeksekusi segala rencana.

Tanpa berbasa-basi lagi, Jeffrien beralih melirik pada arloji logam di pergelangan tangan kirinya. Sudah lima belas menit berlalu setelah ia pergi meninggalkan perempuan itu di aula perjamuan makan malam. Sepertinya briefing kali ini akan selesai lebih cepat dari pada apa yang diperkirakannya. Baru saja Jeffrien hendak beranjak dari kursi kayu berpoles kokoh, seorang lelaki muda berjalan dengan cepat memasuki ruangan.

Suasana tiba-tiba terasa lebih menghening dan mencekam di antara seluruh manusia yang berada di dalam ruangan tersebut. Tentu saja, siapa yang tidak mengetahui sifat keperfeksionisan dari seorang Jeffrien von Aler? Tidak ada satu pun yang berani menganggunya di kala pria itu tengah melakukan pertemuan penting seperti saat ini. Memasuki ruang rapat tanpa perizinan darinya terlebih dahulu adalah sebuah kesalahan teramat fatal.

Lelaki muda itu tampak sedikit kalut. Tangannya benar-benar basah akan keringat. Mengingat temperamen Jeffrien yang tak dapat ditebak, lelaki itu tentu merasa gugup setengah mati. Semua mata lantas bergulir terpasang pada mimik yang terpatri pada wajah Jeffrien, berpikir jika pria tersebut akan segera murka. Namun anehnya, Jeffrien tidak terlihat akan langsung memenggal kepala bawahannya yang telah masuk secara tiba-tiba tanpa pemberitahuan sebelumnya.

"M-maafkan saya Jenderal. Ada kejadian yang perlu saya sampaikan kepada Anda." Sersan itu berujar cukup kaku.

Sepasang tangan yang terbalut oleh sarung tangan kulit bernada hitam terangkat ke atas meja. "Katakan keperluanmu."

Sontak Sersan tersebut mengangguk dalam balutan keterkejutan, cukup tidak menyangka jikalau Jeffrien sama sekali tidak terlihat murka dengannya. "Nona Lio sedang dalam kondisi tidak sadarkan diri. Seseorang memasukan obat bius ke dalam vodka yang ia minum, Jenderal."

Sesaat, semua mata dapat menangkap ekspresi yang cukup tidak biasa dari Jeffrien. Kendati seperti itu, tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mengembalikan ketenangan di raut wajahnya. Jeffrien hanya bergeming sejenak, membuat seisi ruangan merasa tercekat dalam keheningan yang membingungkan.

Arloji Jeffrien kembali terangkat, bertatap wajah dengan Jeffrien yang sama sekali tidak terlihat kalut. Seharusnya dalam dua jam ke depan, briefing sudah selesai dan perjamuan makan malam bersama rapat utama akan dilaksanakan. Tetapi sepertinya ia harus mengganti urutan jadwal agar dapat meraih dua keuntungan sekaligus.

Jeffrien menaruh perhatian lebih pada para petinggi yang masih berada di posisinya masing-masing. "Rapatnya akan saya percepat."

Sontak seluruh manusia yang berada di ruangan terkesiap dalam sekali pergerakan. Belum pernah sekali pun sebelumnya hal seperti ini terjadi. Rapat akan selalu diadakan tepat sesudah perjamuan makan malam. Namun tiada yang berani membantah atau sekedar bertanya. Jeffrien adalah Jenderal tertinggi di antara mereka semua. Bukan hanya dipercayai langsung oleh Hitler, Jeffrien juga terkenal tak pernah segan-segan melakukan segala cara untuk membuat binasa orang lain. Sudah menjadi rahasia umum jika Jeffrien adalah pemimpin di belakang layar. Seluruh kemenangan Jerman yang dapat teraih sampai saat ini merupakan pengeksekusian langsung terhadap titah-titah jenius Jeffrien. Mereka tentu lebih memilih menggenggam senyap ketimbang melakukan hal berkonsekuensi berat.

ICARUS HAS FALLEN ✓Where stories live. Discover now