Chapter 6: Kebohongan lebih bisa dipercaya daripada kebenaran!

294 21 0
                                    

----0000----

Meskipun hari-hari pergi ke caffe untuk bimbingan belajar selama berhari-hari telah berlalu, tetapi aku masih dapat mengingat tekanan yang dialamai P'Keng hari itu dengan sangat baik. Stres P'Keng adalah titik balik di mana aku memutuskan untuk mencoba tidak mengetahui apa yang mulut orang katakan atau bahkan mendengarnya.

Karena efek dari terlalu memperhatikan orang lain, itu membuat orang yang dekat dengan ku begitu frustrasi sehingga aku merasa bersalah. Tetapi usaha ku tidak pernah sampai pada titik antisipasi ketika mendengar ucapan dari orang lain seperti tidak mendengar apa-apa.

Sebagai contoh hari ini, ketika sekelompok orang mendekati ku kemeja marmer yang sedang aku duduki untuk menulis laporan dengan Pramote.

"Khun"

"Iya?"

"Apakah kamu gay seperti apa yang mereka katakan?"

"Hah?"

"Aku tidak ingin bertanya atau ingin tahu tentang masalah pribadimu sama sekali. Tapi ada banyak orang yang memintaku untuk bertanya padamu karena mereka memintaku sebagai perantara. Mereka mungkin melihat bahwa kita berada di kelas yang sama jadi mereka datang kepadaku, jadi aku disodorkan dengan pertanyaan dan memutuskan untuk bertanya. Kau mungkin mengerti aku, kan? "

"Iya"

"Jadi, aku ingin mengajukan pertanyaan lain, orang itu ingin tahu seberapa dekat kau dengan P'Keng, tapi kau juga tetap ingin kesepian dan tidak berbicara dengan orang lain sampai mendapatkannya karena kau ingin terlihat maskulin. Sampai kau dekatnya dan kau diam-diam tahu dari awal bahwa P'Keng adalah seorang gay, kan? "

"Tidak"

"Tidak? Tentang mengetahui bahwa P'Keng adalah gay atau mengatakan bahwa kau tidak dekat dengannya?"

"Tidak untuk keduanya dan kami dekat tapi tidak seperti itu"

"Benarkah? "

"Benar, aku dekat dengannya sama seperti hubungan senior dan junior."

"Jadi, kau gay?"

"Tidak"

"Jika kau bukan gay, bagaimana bisa dekat dengan seseorang yang gay?"

"Dan bagaimana kau tahu kalau dia gay?"

"Jangan menjawab dengan pertanyaan."

Dan pada akhirnya, pertanyaan ini kembali kepadaku sekali lagi, tentang apakah kami berdua kekasih atau apakah aku gay. Sebenarnya, semua pertanyaan ini telah dijawab oleh Pramote berkali-kali. Jadi aku mulai tidak yakin apakah mereka benar-benar menginginkan jawaban dari ku atau mereka hanya mencoba membuatku memberikan jawaban seperti yang ingin mereka dengar.

Ceritanya adalah bahwa mereka akan menganggap aku sebagai gay, dan bahwa aku mengejar pria. Jika kau bertanya apakah itu masalah bagiku? Jika selama itu tidak mempengaruhi kuliah dan teman-temanku, itu tidak akan menjadi masalah bagi ku sama sekali.

Tapi kali ini aku khawatir karena itu mungkin berdampak langsung pada P'Keng, yang merupakan perwakilan universitas. Oleh karena itu, bahkan jika aku bosan atau jengkel mereka masih menjadikan aku target bagi mereka yang berjalan masuk dan menanyakan hal-hal yang menurut mereka berhak mereka lakukan, dan aku tetap duduk. Aku mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan ini tanpa melarikan diri. Karena aku ingin mereka mengetahui kebenaran dan berhenti berbicara tentang hal-hal yang tidak benar. Jika semakin banyak aku melarikan diri, semakin aku banyak berpikir.

"Aku sudah menjawabnya."

Kelompok yang mendekatiku untuk bertanya memutuskan untuk pergi setelah tidak mendapatkan jawaban yang mereka inginkan. Begitu mereka pergi aku menutup mata, menutup buku catatan karena walaupun berusaha dengan tekun untuk melanjutkan tapi aku tidak bisa.

The EffectDonde viven las historias. Descúbrelo ahora