Bukan Urusan Gue!

43 4 0
                                    

Seorang gadis berlari tergesa-gesa untuk masuk ke kelasnya. Karena jam pun sudah menunjukkan hampir pukul tujuh pagi. Pertanda disetiap sekolah mana saja pasti gerbangnya akan ditutup, bisa dibilang gadis itu telat.

Semakin lama gadis itu berlari semakin cepat, hingga tak melihat akan sosok lelaki yang berjalan santai.

Brukk!!

Hingga akhirnya gadis itu tertabrak dengan cowok yang berjala santai tersebut.

"Au sakit anjirr!" pekik gadis tersebut, sambil terduduk dilantai karena tertabrak oleh seorang lelaki.

Gadis itu mendongakkan kepalanya melihat siapa yang ia tabrak. Sambil mengelus-elus tangannya dan merapikan seragam sekolahnya.

Detik berikutnya gadis itu berdiri, dengan ekspresi terkejut akan apa yang ada didepannya. Mulutnya menganga lebar. Ia tak percaya akan apa yang ada didepannya, cowok yang sangat tampan namun memilih memakai ekspresi datar dan kedua tangan yang dimasukkan ke saku celana. Membuat siapa saja yang melihatnya akan terpesona terlebih kaum hawa. Mulut gadis itu yang menganga, memudar menjadi sebuah senyuman lebar nan manis.

"Kenalin, gue Fia kelas XI IPA 2. Yang cukup terkenal akan kecantikanya." ujar gadis itu dengan pedenya. Tak lupa ia sambil mengulurkan tangan kanannya untuk berkenalan.

Yap! Gadis itu bernama Fira. Gadis cantik, nan petakilan, kelas XI IPA 2. Yang memang memiliki paras cantik. Tapi otaknya geser.

Sementara lelaki yang berada dihadapannya mengkerutkan keningnya, menatapnya bingung, akan Fia yang tiba-tiba minta berkenalan.

Tak ada respon yang diberikan cowok itu. Ia malah melenggang pergi meninggalkan Fia yang masih dalam posisi mengulurkan tangannya.

Fia hanya menoleh kebelakang, menatap sendu kepergian cowok itu.

Diaz El Rizky. Lelaki tampan memiliki hati yang beku. Dan punya banyak penggemar, dan seperti lelaki tampan dan ganteng biasanya. Banyak juga yang suka sama dia. Tapi anehnya sampai sekarang dia masih jomblo. Dia juga pinter, apalagi dibidang IPA. Dia masuk kelas XII IPA 1. Kelas yang menjadi terfavorite menurut siswa maupun siswi SMA Salafie.

"Dede Fira jadi syedih dicuekin sama kaka," gerutu Fia.

"Tapi nggak papa, yang penting bisa ketemu sedekat tadi!" imbuhnya lagi. Kali ini senyumnya mengembang lebar.

Takut nanti bisa telat, akhirnya Fia berjalan menuju kelasnya. Mungkin kurang beberapa menit lagi ia sudah terlambat.

****

"Hoshh hoshh hoh!!" suara nafas Fia yang tak beraturan karena lelah berlari.

Ia duduk di kursi bangkunya dan menatap cewek yang ada disampingnya. Cewek itu tak merasa jika Fia sudah berada disampingnya. Hingga ide konyol pun terlintas di kepala Fia, sang cewek petakilan.

"LILYYY!!!!" teriak Fia tepat ditelinga cewek disampingnya.

Keffara Lui Anandhiti. Biasa dipanggil Lily, padahal namanya Lui bukan Lily. Kok bisa nyasar yah paggilannya? Tapi nggak papalah. Lily, cewek jutek yang memiliki prinsip bodo amatt! Dalam hidupnya. Tak perduli dengan cowok maupun soal percintaan. Banyak yang suka sama dia. Hampir ada empat puluh lima, orang yang suka dan nembak dia. Semua totalan dari dia umur tiga belas tahun yah guys, tepatnya waktu ia masih kelas dua SMP. Dan semua, ditolak secara mentah-mentah, tanpa dicerna dulu. Mungkin nunggu orang yang kelima puluh yang nembak dia, baru dia terima kayaknya dah. Dan beberapa bulan sudah ada lima orang yang nembak dia, total ada empat puluh delapan orang yang nembak dia.

"Ly lo ngga kaget?" selidik Fia mendekatkan kepalanya kewajah Lily yang sibuk membaca novel.

"Nggak!" jawab Lily singkat.

Mendapat respon singkat dari Lily, Fia berdecak pelan. Lalu ia memundur kan kepalanya. Dan mengembalikan senyum lebarnya. Mengingat kejadian pagi ini.

"Ly, lo tau nggak?" basa-basi Fia untuk menceritakan kejadian yang baru ia alami beberapa menit yang lalu.

Lily memutar kepalanya sembilan puluh derajat menghadap temannya yang petakilan ini.

"Tau!" jawab Lily sambil menganggukkan kepalanya beberapa kali.

"Apa?" tanya Fia penuh harap dan memasang wajah berseri-seri.

Untuk sesaat Lily menarik nafas dan menghembuskannya pelan-pelan. Sebelum bersuara lagi.

"Lo tuh kurang lima menit lagi bakalan dimasukin ke kandang macan!" pertegas Lily menyadarkan temannya yang geser ini.

Fia mendesis pelan. Dalam pikirannya ia menduga jika sahabatnya ini mengetahui akan kejadian beberapa menit lalu.

"Iya... Fia salah. Tapi Fia milih masuk kandang macan, yang penting bisa ketemu pangeran batu." ucap Fia memasang wajah berbunga-bunga.

Sementara Lily menatap Fia dengan tatapan seperti jijik. Dan bergidik ngeri mendengar perkataan yang dilontarkan sahabat gila nga itu.

"Ly! Lo tau nggak? Gue tadi habis ketemu pangeran batu! Ya ampunn ganteng bangettt!" cerocos Fia.

"Nggak peduli!"

"Cihh jutek amet sama sahabat sendiri!"

"Bodo!"

"Gue serius Ly. Tadi gue habis ketemu!!"

Lily memutar bola matanya malas. Merasa lelah sendiri menghadapi teman disampingnya ini.

"Gue nggak kenal pangeran lo!" sinis Lily tak peduli.

"Masa lo ngga tau sih? Kak Diaz yang genteng, pinter, jago melukis kayak gitu lo ngga kenal?"

"Kalo nggak?"

Fia berdecak pelan merasakan kesabarannya diuji oleh sahabatnya ini.

"Ly, lo kan ikut ekstrakurikuler melukis kan?" tanya Fia mencoba basa-basi kembali.

"Iya."

"Pass!!" pekik Fia.

"Apanya?"

"Kak Diaz, juga ikutan ekstrakurikuler melukis loh!"

"Bukan urusan gue!" peringat Lily kembali, membuat sahabatnya yang satu ini mencapai puncak emosi.

"Lily! Lo tuh manusia kaga sih? Lo dideketin cowo lo ngehindar, lo ditembak cowok lo tolak. Lo tuh mau lesbi ato gimana?" cerocos Fia sudah kehabisan kesabaran menangani Lily.

Seketika satu kelas hening. Tak ada yag bersuara satu sama sekali. Termasuk mulut Fia yang kaya toak pengumuman sekolah. Hingga akhirnya suara lelaki paruh baya yang memecahkan keheningan.

"Fia apa-apaan kamu ngatai Lily mau lesbi?" suara guru Fia yang sudah masuk kelas tanpa diketui oleh Fia yang sedari tadi sibuk nyerocos sama temen batu nya itu.

Jantung Fia seperti berhenti saat itu juga. Perlahan-lahan Fia memutar kepalanya menghadap guru yang menegurnya.

"Eheheh tadi Fia cuman bercanda kok Pak, ngga beneran." jelas Fia membela dirinya sendiri. Dengan cengir tak berdosanya itu.

"Oke! Lain kali jaga bicaranya." tegur Guru Fia.

Merasa malu, Fia menutup wajahnya dengan tangan kirinya. Dan perlahan ia mengambil buku, lalu ia mengalihkan perhatiannya ke buku yang ada di depannya. Agar tidak menjadi pusat perhatian dikelasnya lagi, karena ulah gilanya.

****

Lup lup lup gess

Part kedua sudah memulai cerita yah, jangan lupa vote and komen nya. Bantu share juga, biar makin semangat up.

Sekian dari saya semoga suka dengan cerita ini. Terimakasih...

Love you so much all

Follow ig author @laliya_pubeom

See you next time...

Cuek vs JutekWhere stories live. Discover now