Pengeran Kutub

29 5 0
                                    

Sore ini Lily ada jadwal ikut kegiatan ekstrakurikuler melukis, dengan satai ia berjalan dikoridor sekolah untuk menemukan kelas melukis. Selama tiga menit ia berjalan tentram, damai, dan santai disepanjang koridor sekolah sampai teman satu-satunya yang gila dan stres datang. Menurut kalian siapa temen Lily? Yap! Benar sekali, Fia. Toh siapa lagi temennya si Lily yang sabar bin teladan menghadapi sifat jutaknya si Lily.

Tapi gimana engga sabar? Lily temen nya si Fia dari SD hingga sekarang. Maklum lah kalo hanya Fia yang paling sabar menghadapi Lily.

"Dorrr!!!" pekik Fia mengagetkan Lily dari belakang.

Fia menyamakan berjalannya disamping Lily.

"Ly lo batu yah?" celetuk Fia ngasal.

"Nggak"

"Tadi pagi gue kagetin lo biasa aja, barusan gue kagetin, lo ngga respon. Gue jadi ragu kalo lo manusia Ly!"

Plakk!!

Langkah mereka berdua berhenti.  Dengan sangat kuat Lily menjitak kepala teman gilanya ini. Nggak habis pikir, temannya sejak kecil bisa berasumsi kalau dia bukan manusia.

"Kalo gue ngga manusia, gua ngga bakal jadi temen lo!" sinis Lily lalu berjalan kembali. Kali ini ia percepat takut mbak nya monyet dibelakangnya mengejarnya lagi.

Fia mengelus kepalanya yang habis dijitak sahabat batu nya itu. Sambil merintih kesakitan.

"Tuh anak kek nya emang batu deh, jitak pala gue sakit amet njirr, padahal cuman jitak pake tangan?" dumel Fia kaya orang gila. Emang gila yak?

"Eh Ly! Tungguin gue dong! Dasar batu!" teriak Fia tak terima ditinggalkan oleh Lily.

Fia mencoba menyamakan posisi jalannya. Dan berjalan berdua dengan Lily untuk menuju kelas melukis.

****

"Ngapain lo ikut masuk?" selidik Lily menangkapi sahabat petakilannya ikut masuk ke kelas melukis.

Saat ini mereka berdua sudah dikelas melukis, menunggu kehadiran guru melukis.

Dengan bangga Fia menyengir tak berdosa. Memperlihatkan gigi-gigi putihnya.

"Gue mau ketemu pangeran batu." jawab Fia jujur. Memang tujuannya Fia ikut Lily ke kelas melukis buat ketemu pangeran batunya. Cantik-cantik kok genit yah guys?

"Dia nggak ikut!" balas Lily ketus.

"Loh dia ikut Ly! Dia juga jago kok melukisnya!" kekeh Fia.

Lily memutar kedua bola matanya malas. Bingung harus berkata apalagi untuk menjelaskan jika Manusia kutub itu nggak ikut ekstra melukis.

"Kalo dia ikut? Kenapa selama tiga bulan gue ikutan kelas melukis, kok dia ngga ada?" cerca Lily. Dannnn wow guys. Sepanjang part pertama, pertama kali ini, Lily bicara lebih dari sepuluh kata! Itupun masih masang muke datar.

Untuk sesaat Fia terdiam, berpikir alasan apa yang pas untuk diberikan kepada Lily. Karena Lily itu ngga gampang percaya ama omongan seseorang. Termasuk sahabatnya dari kecil itu.

"Tapi gue serius Ly! Gue nggak boong! Kak Diaz emang ikut kelas melukis!!" jelas Fia.

"Terserah!"

Detik berikutnya Lily membuka resleting tasnya, dan mulai mengeluarkan satu persau peralatan melukisnya. Sementara Fia sibuk mengutek-ngutek benda pipih ditangannya. Selesai mengeluarkan alat lukis, Lily mulai melannutkan lukisan yang semalem tak terselesaikan. Hanya dua gadis itu yang berada dikelas melukis. Mereka berdua sibuk dengan aktifitas mereka sendiri-sendiri. Fia sibuk men-scroll aplikasi instragramnya melihat siapa saja yang nge-follow dia untuk hari ini, maklum guys anak cantik mah banyak followers, ya ngga?

Dua gadis itu sibuk dengan dunianya masing-masing. Hingga tak sadar jika guru melukisnya sudah datang.

"Assalamualaikum.." salam salam Pak Rosi selaku guru melukis saat ia masuk kedalam kelas melukis.

"Wa'alaikumsalam.." jawab Lily dan Fia kompak.

"Muridnya cuman dua?" tanya Pak Rosi tak percaya akan apa yang dilihatnya. Memang yang ikut kegiatan ekstrakurikuler melukis hanya sedikit, maximal yang ikut pun cuman delapan, itu dari kelas X sampai kelas XII, dan delapan siswa itu terdiri dari tiga cewek dan lima cowok. Tapi yang biasa masuk sih cuman lima orang, tiga cewek dan dua cowok.

"Maaf Pak saya bukan muridnya juga, cuman mau ketemu pangeran kutub aja hehe." jawab Fia memperlihatkan gigi putihnya.

Pak Rosi mengerutkan keningnya, tenda bingung.

"Pangeran kutub? Siapa?" bingung Pak Rosi.

"Itu loh Pak, Kak Diaz, ganteng-ganteng tapi kan kayak es kutub utara hehe." ujar Fia tak lupa senyum tak berdosa nya ia perlihatkan.

Pak Rosi hanya tertawa pelan, menanggapi sifat dari Fia. Detik selanjutnya ia mengeluarkan semua alat lukis nya dari tas.

"Gue udah bilang dia ngga pernah ikut!" tegas Lily secara terang-terangan mengusir Fia untuk segera pergi dari kelas melukis.

Fia melirik Lily tajam, pertanda tak suka.

"Lo ngusir gue!" sinis Fia tak terima diusir.

"Nggak!"

Baru beberapa detik tatapan Fia tajam, kini tatapannya sudah menjadi tatapan manis. Aneh kan? Jadi ragu juga kalo Fia manusia.

"Tapi nggak papa kalo nggak ada pangeran kutub, guru melukisnya juga ganten, pantesan lo betah ikutan melukis." ujar Fia ngasal sambil menatap Pak Rosi yang sedang sibuk mengeluarkan alat lukisan nya. Tak lupa dengan senyum manis berseri-seri.

Selesai mengeluarkan alat lukis, Pak Rosi menatap Fia dengan bingung. Keningnya berlapis dan alisnya menyatu. Pertanda makin bingung, mendapat tatapan manis dari Fia.

"Fia, kenapa kamu tatap saya seperti itu?" heran Pak Rosi.

Mendengar suara sekaligus pertanyaan Pak Rosi dengan sahabatnya disamping. Lily mengalihkan pandangannya kesamping menatap sang teman gilanya yang sedang senyum-senyum ngga jelas.

"Soalnya bapak ganteng." jawab Fia ngawur.

Pak Rosi hanya geleng-geleng kepala mendatapi sikap Fia yang aneh. Emang dasarnya Pak Rosi tampan, tapi dia baru kali ini dapet gombalan plus ujaran seperti itu. Karena dia di SMA Salafie juga cuman jadi guru melukis yag datang disetiap hari senin saja.

"Ya Allah punya dosa apa gue punya temen kek lo!" celetuk Lily.

"Ciiihhh, gue yang harus nanya, dosa gue sebesar apa, sampe punya temen sejutek kek lo!" balas Fia lebih tak terima.

"Udah-udah, jangan berantem mulu." kera Pak Rosi.

"Fi kalo kamu kesini hanya ingin ketemu sama Diaz, kalo gitu hari ini kamu beruntung." imbuh Pak Rosi lagi.

"Maksudnya?" beo Lily tak mengerti akan ucapan gurunya.

"Nanti Diaz masuk kelas melukis." jelas Pak Rosi singkat.

"YEAYY!!!" teriak Fia kek tarsan di hutan. Sambil berdiri lagi.

"Tuh kan gue bilang juga apa Ly? Dia ikut ekstra melukis kan? Lo sih ngga pernah percaya sama gue!" sambung Fia mengejek Lily.

"Ya emang kenyataanya die ngga pernah masuk!"

"Lo nya aja yang ngga pernah liat!"

"Udah ngga usah berantem lagi! Memang Lily ngga pernah lihat Diaz masuk, karena Diaz kalo masuk cuman beberapa bulan sekali." perjelas Pak Rosi lagi sekigus melerai Fia dan Lily berantem.

Fia tersenyum kemenagan. Dia puas sudah mengaahkan sahabat juteknga itu. Sementara Lily melanjutkan melukisnya yang sempat tertunda. Ia tak peduli dengan teman disampingnya. Yang sibuk mengejek nya.

"Assalamualaikum!" suara seorang cowok yang berdiri diambang pintu.

****

Pada pnsaran ya siapa tuh cowok? Kira-kira memang Diaz ato bukan yah? Hanya waktu lah yang bisa menjawab. Baca cerita aku yang lain yah,
Jangan lupa vote and komen, dan bantu share. Love yu tu so muchhh

Follow ig @laliya_pubeom

See you next time...

Cuek vs JutekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang