Bab 1

49 3 0
                                    

"Permisi! Awas! Awas!" seru Sherina yang sedang membawa tumpukan buku sambil berlari dan berseru, menyuruh orang-orang didepannya itu menyingkir dari hadapannya "aku telat! Minggir semua!" serunya lagi yang tergopoh-gopoh, Sherina membawa gulungan-gulungan kertas serta buku-buku tebal, ia mahasiswi di Universitas khusus seni, mengambil seni lukis sebagai jurusannya. Kini ia tengah melewati keramaian koridor fakultasnya sambil berlari-lari kecil untuk segera masuk ke kelas, ini adalah hari pertamanya kuliah setelah liburan 3 bulan lamanya. Sherina merupakan mahasiswa tingkat dua dan ia merupakan mahasiswa rantau aslinya berasal dari Bandung tapi sudah lama tinggal di Jakarta jadi logatnya tidak terlihat sunda melainkan betawi, kini ia bukan mahasiswa baru lagi. Tapi tetap saja belum ada yang dibawah tingkatnya.

Sherina mengetuk pintu kelas dua kali, berharap-harap cemas dosennya tidak marah padanya karena ia telah terlambat 30 menit, padahal diberi toleransi keterlambatan hanya 15 menit. Kini jantungnya berdegub kencang "semoga aja dosennya nggak ada! Kalau nggak boleh masuk kan sia-sia banget aku bangun pagi gini!" ocehnya sambil mengecek jam tangannya. Tidak lama pintunya terbuka dan berdiri lah disana bapak dosen yang berpakaian rapih menatap Sherina dari atas hingga bawah "mati aku! Lupa kalau pak Andre yang ngajar! Sial, auto nggak boleh masuk lah ini mah!" Sherina cuman bisa menatap kemeja yang dipakai Pak Andre ini tanpa berani menatap wajah Pak Andre.

"Sherina..." ucap Pak Andre masih tenang "kenapa kamu telat?"

Sherina masih menunduk "anu pak... kesiangan."

"Ya udah, karena masih awal masuk perkuliahan, bapak izinkan masuk."

"Makasih, pak!" Sherina langsung mengangkat pandangannya dan masuk ke dalam kelas. Kelas berlangsung selama kurang lebih 2 jam.

*****

Hari ini Sherina hanya masuk satu mata kuliah, sisanya kosong. Tapi kekosongan itu digunakan Sherina untuk mengerjakan tugas-tugas yang menumpuk diawal semester baru ini, tidak disangka Pak Andre memberikan hukuman pada Sherina sehingga tugasnya bertumpuk dua kali lipat. Sherina hanya pasrah, ia keluar kelas dengan muka kusut. Kesal sebenarnya tapi tidak bisa protes, kalau protes bisa ditambah tugasnya. Kini ia tengah duduk di depan fakultas seni rupa sendirian. Rambutnya yang sebahu itu terbang mengikuti alur angin, matanya menatap parkiran motor yang tidak jauh dari pandangannya. Sherina bingung mau pulang atau tinggal di kampus untuk sebentar hingga nanti jam makan siang.

"Dor!"

"Anjir! Kaget gue woy!" teriak Sherina sambil memukul lengan Dinda yang tertawa lepas karena melihat temannya itu terkejut.

"Kenapa, sih? Galau mikirin tugas, Pak Andre?" Dinda ikut duduk disamping Sherina "makanya jangan telat kenapa, sih?"

"haish! Bukan itu, Din." Jawab Sherina tanpa menatap Dinda disampingnya, rambutnya masih berhembus mengikuti pelannya angin "gue kepengen kuliah di Korea, Din."

Dinda yang mendengar jawaban itu awalnya diam sejenak mencerna kata-kata Sherina kemudian tertawa "hahaha, anjir, kamu aja masih suka telat gitu dateng ke kampus, mau kuliah di Korea? Mau nyusulin oppa-oppa di hape mu itu, tah?"

Sherina hanya terdiam, masih memikirkan sesuatu kemudian menatap Dinda dengan senyuman aneh di wajahnya "Din! Kalau gue ganti jurusan, gimana?"

Dinda tiba-tiba tersedak "Sher, kamu itu waras nggak sih? Buat apa? Mau pindah jurusan apalagi?"

"Ilmu Komunikasi? Hubungan Internasional? Yang bisa bawa gue ke Korea, lah, Dindaaa!"

"Nggak perlu ganti! Kamu kan suka ngelukis mau ganti jurusan kaya gitu? Malah kalah saingan kamunya, tahu?" Dinda mencubit lengan Sherina pelan "aku bilangin ya, kamu nggak perlu pindah jurusan, ikutin aja apa yang kamu suka, di perdalam dulu aja ilmu ngelukis mu yang luar biasa itu. Kalau yakin pasti ada tuh jalan-jalan ke Korea."

Sherina mendengus "bukan jalan-jalan aja, Dinda!" serunya kemudian berdiri "gue itu mau tinggal, kerja, nikah sama Park Jinyoung. Lo kan tau gue ngefans banget sama—"

"Stop, stop! Iya aku tau, wes cerito berapa kali sampe bosen! Mending kalau kamu mau pindah, pindah aja kuliah di Universitas seni di Korea, bukanya ada? Disana bagus loh!"

Wajah Sherina langsung bersinar matanya yang bulat berwarna sedikit coklat itu langsung tersenyum lebar menatap Dinda "AH! Bener banget, gue bilang sama orangtua gue dulu! Bye Dinda, gue balik duluan ya!"

"ehh—hish!"

*****

Sesampainya Sherina di kost, ia langsung menaruh gulungan-gulungan kertas dan buku-bukunya itu diatas meja belajarnya kemudian mengambil ponselnya untuk menelpon Ibunya. Pikiran yang tadinya ingin mengerjakan tugas jadi lenyap begitu mendengar usulan Dinda untuk pindah universitas ke Korea. Apa bakal boleh?

"tapi, Ma, kan belom juga dicoba masa udah nggak ngebolehin aja sih?"

Tuuuuut...

Sherina menghembuskan napas melalui mulut panjang, menyederkan badanya pada tembok diatas tempat tidurnya. Sherina tiba-tiba jadi tidak semangat untuk melakukan apa-apa karena jawaban telpon dari Ibunya tadi, kini ia cuma bisa menatap tumpukan kertas dan serta canvas dibawah meja belajarnya tempat Sherina menggambar, kalau di rumah Sherina biasa melukis menggunakan standing. Tapi karena kosnya kecil dan bingung mau ditaruh dimana nantinya jadi ia cuman pakai meja belajar yang lumayan besar untuk menggambar berukuran besar.

"jadi males mau ngapa-ngapain!" Sherina akhirnya menjatuhkan badanya pada kasur dan menatap langit-langit kamarnya "buka twitter deh, siapa tahu ada info cogan ku pengen ke sini"

Keseruan Sherinna memainkan twitter, tiba-tiba pintu kamarnya diketok kasar oleh seseorang. Sherina yang merasa terganggu akhirnya dengan kesal membanting ponselnya di kasur dan misah-misuh sendiri karena orang yang mengetok pintu kasar.

"iya bentar, sih! Nggak usah ngegas bisa gak!" ucapnya sambil membuka pintu kamarnya, wajahnya seketika jadi makin tidak bersemangat karena yang datang itu adalah Dinda temannya yang tadi siang ditinggalnya di kampus "ah! Gua kira siapa, sue!"

Dinda cuma menunjukkan deretan giginya, tanpa dosa kemudian masuk dan langsung merebahkan badannya dikasur milik Sherina tanpa minta perizinan dahulu dari pemiliknya.

"eh itu aku bawain es coklat, aku udah tahu nih kamu pasti lagi nggak mood." tebak Dinda "pasti nggak dibolehin, kan? Hahaha ketebak banget!"

Sherina membuang wajahnya, perasaannya yang tadinya sudah hampir membaik kini jadi tidak enak kembali. Kenapa Ibunya tidak mengizinkannya? Padahal belum dicoba sama sekali. Dengan lesu Sherina mengambil es coklat diatas meja dan menyeruputnya sambil duduk dikursi besi berwarna merah muda.

"ah gila sih, kenapa ya ibu gue nggak ngebolehin? Dicoba juga belum, kan ngeselin!" omel Sherina kembali.

Dinda cuma bisa ketawa melihat Sherina menderita "udah ah, lagian ngga kaya balikin telapak tangan Rin!" Dinda bangun dari duduknya "kamu juga harus ngurusin banyak hal sebelum pergi, kamu sekarang mungkin bilangnya siap, coba kalau dipikir secara mendalam? Kamu nggak kasian sama ibu kamu yang kamu tinggal sendirian?"

"tapi Din, kan masih ada abang gue."

"Bukannya kamu pernah bilang kalau ibu kamu nggak mau kamu jauh-jauh? Kamu keterima disini aja udah jauh, gimana besok kalau di Korea? Berapa tahun kamu nggak pulang?"

"tiap liburan semester lah!"

"hahaha, yakin? Kamu pikir biayanya bakalan kaya dari sini ke Jakarta?"

---------------------

Jadi, apakah Sherina bakalan ke Korea beneran?

Gimana? Apakah seru untuk dilanjutkan?

Thanks for reading, so because you read this FF i also need your votes and your comments! THANK YOU:)

SENJAWhere stories live. Discover now