BAB 4

15 3 0
                                    

Sore hari di kota tempat Sherina berkuliah paling enak sambil menikmati senja, soalnya langitnya bagus banget. Kini Sherina dan Dinda sedang berkendara naik motor untuk mencari tempat tongkrongan yang bagus sekalian bisa minum kopi, lagi trend tentang kopi, senja, dan kamu katanya.

Setelah 15 menit cari tempat, kini mereka sudah sampai ditempat yang menurut mereka enak dibuat duduk manis berlama-lama. Selain itu menunya juga terbilang cukup murah dan enak untuk anak kost seperti mereka, Sherina dan Dinda mencari tempat di lantai 2. Ingin melihat senja begitu dekat, selain itu juga sekalian foto-foto cantik ala gaya aestethic.

Setelah Dinda selesai memotret temannya itu, kini giliran Dinda memotret indahnya senja pada hari itu. Sekalian di update di media sosialnya, ya tipe-tipe anak zaman sekarang. Sedangkan Sherina hanya memandang ponselnya melihat aplikasi chatnya terus-menerus seperti menunggu seseorang untuk memberikan pesan teks padanya.

"Jinyoung kapan ya ngabarin gue, lagi?" celetuk Sherina tiba-tiba tanpa melihat Dinda, mata dan jarinya masih sibuk menaik-turunkan layar ponselnya.

"Eh, ya ampun! Jangan berharap banget gitu, Sher, bisa gila kamu lama-lama begini." jawab Dinda.

"Iya deh." Sherina menghembuskan napas sedih, terus tiba-tiba keingat ajakan Miko untuk menemaninya membeli alat gambar "eh iya, gue jadi nemenin Mas Miko, ngga ya?"

Dinda mengangguk, "mending temenin aja, lagian nggak enak tah kalau ditolak?"

"Iya, sih, tapikan tadi dia juga bilang kalau ngga mau ya ngga apa-apa."

'Cling'

Sherina menatap layar ponselnya, ada pesan masuk. Tapi dirinya sudah terlanjur malas, bukan itu yang Sherina inginkan. Akhirnya dirinya menatap matahari yang dikit lagi sudah tidak terlihat. Seperti banyak pikiran yang ada diotaknya saat ini.

Dinda jadi ikut menatap Sherina, "eh! Kenapa?" tanyanya takut-takut kerasukan tugas Pak Andre kumat.

"Kap—"

'Cling'

Sherina langsung melihat layarnya lagi, dan lagi-lagi kesal "si Mas Miko ini maunya apa, ya?" akhirnya ia membuka pesannya.

'Sher? Bisa temenin, nggak?'

'Sherinaaa'

"Udah dibalas aja, sih."

Sherina hanya mendesis, "nanti dia pikir gue ngasih harapan, Din, nggak suka gue kalau dapet gosip kayak gitu lagi."

"Bener deh, mending temenin dia aja. Daripada kamu nungguin pesan dari Jinyoung?"

"Kalau sampe gue digosipin lagi, lo ya yang gue salahin!"

Dinda mengangguk sambil memberikan kedua ibu jarinya.

****

Karena Sherina sudah janji ingin menemani Miko membeli alat, akhirnya nanti siang mereka pergi mencari alat yang diinginkan Miko.

Hari ini pun Sherina hanya ada satu mata kuliah dipagi hari, kemudian memiliki rencana sebelum pergi dengan Miko bersama Dinda dan teman-teman satu angkatanya.

"Eh, Sher, aku nyusul yo mau ketemu bu Ghina dulu aku." Ucap Dinda didepan pintu kelas yang baru saja Dinda dan Sherina isi.

"Oke." Balas Sherina kemudian melambaikan tangannya pada Dinda, "ke kantin dulu, lah, beli cemilan." Kemudian Sherina pergi ke lawan arah yaitu kantin fakultasnya.

Kini Sherina sudah berdiri didepan rak lebar berwarna putih dipenuhi jajanan ringan, Sherina berkeliling memutari rak sampai habis kemudian baru memilih diantaranya. Hari ini Sherina menggunakan kacamata dan rambutnya ia kuncir setengah menyisakan rambut lainnya terurai, dirinya bingung harus memilih makanan yang mana. Sedangkan menurutnya harus ada makanan asin dan manis dalam satu kantung plastik.

Setelah beberapa menit memilih, akhirnya ia mengambil 2 snack asin dan 2 coklat batang berukuran sedang kemudian mengambil 2 botol minuman dingin. Kini tangannya penuh oleh jajannya, karena tangannya yang mungil itu akhirnya Sherina memeluk jajanannya sampai ke meja kasir tapi tanpa sengaja snack nya terjatuh, tangannya berusaha mengambil namun yang terjadi malah jajananya jatuh semua termasuk 2 botol minumnya.

"Haish! Ribet banget, sih!" gerutunya.

Saat sedang mengambil kembali jajananya, ada sepatu putih berada di depan jajanannya. Sherina mendongak, ia terkejut sekaligus malu. Kemudian memberikan senyuman lebar memperlihatkan deretan giginya.

Pemilik sepatu putih itu membantunya mengambil jajananya dan ikut tersenyum manis. Sherina jadi salah tingkah, kemudian mengambil jajananya cepat-cepat.

"Hati-hati makanya, kalau nggak bisa bawa kan bisa pakai keranjang."

"Hehe, nggak kepikiran." Sherina masih menunduk, "tapi... makasih, ya, Jinyoung." Kini Sherina berusaha memberanikan dirinya menatap Jinyoung si pemilik sepatu putih.

"Iya sama-sama."

Kemudian Sherina melewati Jinyoung untuk membayar jajananya.

"Kasirnya ngantri, ngga ya? Ngantri dong." Sherina menengadah, melihat meja kasir yang kosong, tidak ada siapa-siapa.

Ia menghela napas, setelah membayar Sherina berjalan ke luar kantin. Dirinya tidak ingin berharap lebih lagi dengan Jinyoung. Kalau masih disapa berarti Jinyoung masih ingat dirinya. Akhirnya Sherina berjalan santai menuju markas khusus anak lukis berkumpul, hari ini ada rapat angkatan katanya.

--------------

HAI! Apakabar? Semoga kalian semua baik-baik saja. Ini BAB selanjutnyaaaa, terimakasih bagi teman-teman yang sudah menyempatkan waktunya untuk membaca:))

SENJAWhere stories live. Discover now