BAB 8

26 1 0
                                    

Pagi menjelang siang, seperti biasa Sherina mondar mandir koridor fakultasnya. Mood-nya sedang tidak bagus karena hasil tugas dari Bu Ghina ditolak mentah-mentah belum lagi mendapatkan omelan nan sarkas dari mulut dosennya itu. Kini ia berjalan lesu menuju kelas berikutnya sambil menenteng gulungan kertas hasil tugas Bu Ghina, matanya hanya menatap sepatu coklatnya kini ia tidak tahu lagi harus diapakan tugasnya.

'BRUK!'

Sherina terjatuh bersamaan dengan gulungan kertasnya yang seketika terbuka, memperlihatkan lukisannya. Seseorang mengambil gulungan itu sambil menjulurkan tangannya hendak membantu Sherina berdiri tapi ditolak, Sherina memasang muka malas lalu berdiri sendiri.

"Gila lo, ya!" seru Sherina "sini kertas gue, lain kali liat-liat kek kalo jalan." Ucapnya begitu kasar sambil merebut kertas miliknya dari tangan orang itu.

"Aku niat bantuin loh tadi, kamunya ora mau yowes."

"Hish, minggir, Gus."

"Mau ke kelas, kan? Bareng ya."

Sherina hanya menatap Agus malas, kemudian jalan mendahuluinya. Bukan karena tidak ingin berbicara dengan Agus melainkan Sherina ditatap oleh orang-orang disekitarnya, gosip mengenai Jinyoung dengan dirinya sudah terdengar hingga telinga Sherina, sehingga mood-nya jadi makin tidak bagus.

Setibanya dikelas, mereka disambut sorakan dari teman-temannya karena Agus masuk bersamaan dengan Sherina. Kelas sudah ramai tapi Pak Andre belum masuk.

"Weh kok iso barengan ki?" tanya Dinda begitu Sherina duduk disampingnya.

"Berisik ah! Gue lagi nggak mau ngomong, ya."

Dinda hanya bergidik ngeri karena dibentaknya dia, kemudian menggeser bangkunya sedikit lebih jauh.

*****

Kini langit sudah berubah menjadi warna jingga, mengartikan waktu malam akan segera muncul. Tapi Sherina belum pulang, ia masih duduk dibangku taman fakultas seni rupa. Wajahnya murung tidak semangat, ia kemudian menengadah memandang langit.

"Ish, langit hari ini nggak sebagus kemarin!" ucapnya kembali menunduk menatap kedua sepatu coklatnya yang ia mainkan naik dan turun, sedetik kemudian air matanya jatuh. Jatuh kembali hingga mengenai celana hijau toskanya.

Sherina terisak, ketika hendak menghapus air matanya. Sekotak tisu berukuran kecil muncul didepan wajahnya. Sherina terkejut kemudian mengangkat kepalanya, menatap laki-laki didepannya tersebut. Kenapa disaat seperti ini bisa bertemu dia?

"Ambil, nih."

Sherina menurut, membuka bungkusnya dan mengambil satu lembar tisu tersebut. Menghapus air matanya, kemudian menyenderkan badannya pada bangku taman. Orang yang disampingnya tidak mengatakan apapun, tapi ikut duduk disampingnya sambil meminum soda kalengan.

"Mak—"

"Aku tunggu diparkiran motor." Laki-laki itu berdiri, membuang sampah bekas minumnya itu ketempat sampah.

Sherina terdiam tidak mengikuti, menatap bahu lebar milik laki-laki itu.

"Bego banget! Bisa-bisanya nangis depan, Jinyoung!!!!" teriaknya frustasi, dijambaknya rambut kecoklatan itu.

Sherina sudah sampai di parkiran motor, terlihat Jinyoung tengah berdiri dipintu masuknya. Kemudian ia menghampirinya, tersisa lima motor disana termasuk motor Sherina.

"Kamu aku anter pulang, ya, pakai motor tapi." Ucap Sherina begitu sampai depan Jinyoung mencoba tersenyum karena menahan malu akibat menangis didepannya tadi "ah ini, makasih." Sherina mengembalikan tisu milik Jinyoung.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 24, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SENJAWhere stories live. Discover now