6. Ary Nilandari, Penulis Idola Semua Kalangan

17 3 3
                                    

Bagi kalian yang punya ring sama dengan foto profil saya, tentu sudah tidak asing dengan sosok yang akan saya bahas dalam artikel ini. Tapi bagi kalian yang tidak sengaja menemukan work ini dan penasaran siapa yang akan saya bahas, yuk mari kita simak!

Ary Nilandari, wanita kelahiran Cirebon ini sudah malang-melintang di dunia perbukuan. Sebelum fokus menulis, beliau pernah menjadi editor dan penerjemah selama satu dekade. Dulu sekali, ketika saya pertama kali mengenal beliau, saya sempat stalking di situs pencarian Google. Tidak banyak artikel yang memuat berita tentang beliau, tetapi cukup membuat saya ngeh terhadap sosoknya. Kesan pertama yang saya tangkap adalah beliau seorang penulis buku anak.

Dilansir sikancil.org, ketika bekerja sebagai editor dan penerjemah di Penerbit Dian Rakyat, beliau bertugas di divisi anak dan remaja.  Kecintaannya terhadap bacaan anak dan remaja tidak memudar seiring bertambahnya usia. Ditambah lagi ketika menjadi seorang ibu, beliau mempunyai hobi mencarikan dan membacakan buku untuk anak-anak. Jadilah beliau menetap di genre ini.

Sudah puluhan buku anak yang diterbitkan, termasuk yang memenangkan penghargaan tingkat nasional dan internasional. Dilansir arynilandari.com, beberapa karya yang memenangi penghargaan nasional antara lain:

1. Juara 1 Sketsa Keagamaan Depag-RI, 2004;
2. Juara 1 LMCR Raya Kultura-Mentholatum Golden Award, 2007.

Di tingkat internasional di antaranya:
1. First Runner-up Scholastic Picture Book Award, 2015, untuk buku Pandu, The Ogoh-Ogoh Maker;
2. Second Place Samsung Kid’s Time Author Award 2015, untuk buku I Know What You Mean;
3. Second Place Samsung Kid’s Time Author Award 2016, untuk buku The Fellowhip of the Pinisi.

Ketiga buku di atas menampilkan sekelumit kekayaan alam, budaya, dan tradisi Indonesia.

Selain itu, dilansir sikancil.org, puluhan buku anak lain yang sudah terbit di antaranya adalah Pertunjukan Besar Barongan Kecil, Rotan Pun Jadi, Dari Batu ke Batu, Ketika DamDam Kehilangan Wajahnya, Aku Ingin Pulang, 365 Kisah Mencerdaskan untuk AnandaNathan Sang Penjelajah Mimpi, dan masih banyak lagi.

Saya belum pernah kepo pada seseorang selain oppa-oppa. Tapi saat itu saya malah kepo sama ibu-ibu. *digampar*
Karena rasa penasaran itulah saya terus mengikuti beliau. Membaca karya-karyanya, juga mengikutinya di media sosial. Sampai ketika beliau mendirikan sebuah komunitas pun saya ikut bergabung. Semakin jauh mengenal beliau, semakin saya yakin bahwa beliau adalah sosok yang patut saya jadikan panutan.

Bunda Ary, begitu sapaan akrabnya, selalu mengedepankan bacaan sehat di setiap karyanya. Beliau pernah berkata entah di mana *maaf ini saya beneran lupa*, bahwa bacaan itu seperti makanan. Kalau sehat, yang baca juga ikutan sehat. Pun sebaliknya. Bacaan sehat bukan berarti karya yang sarat akan nasihat dan penuh ajaran moral, kemudian melupakan aspek fun di dalamnya. Dengan latar belakang penulis buku anak, Bunda Ary selalu mengemas tulisan menjadi bacaan yang fun, sementara pesan moralnya bisa ditangkap pembaca meski disampaikan secara implisit. Melalui blog-nya, beliau mengatakan, "Dalam banyak kasus, anak tidak suka membaca karena dijejali buku-buku yang keliru, yang tidak kompatibel, yang sulit baginya untuk menjalin koneksi. Membaca jadi membosankan dan bahkan traumatis." Beliau melanjutkan, "Karena anak-anak membaca dengan tujuan awal ingin dihibur, bukan untuk diceramahi dan digurui. Saya percaya, anak-anak itu mampu menangkap pesan tersembunyi sekalipun."

Tidak hanya buku anak, belakangan ini Bunda Ary juga menulis novel teenlit, young adult, romance, sampai fantasy. Saya rasa itulah yang membuat beliau disukai oleh semua kalangan, mulai dari anak SD sampai calon emak-emak seperti saya *uhuk*. Meski demikian, sepengamatan saya, Bunda Ary tetap memegang prinsip bahwa bacaan harus tetap fun dan mendidik tanpa menggurui. Maka dari itu bacaan akan menjadi makanan yang sehat untuk jiwa pembacanya. Karena bagaimanapun, sedikit-banyak bacaan akan membawa pengaruh bagi pembacanya. Dilansir guetau.com, Geoff Kaufman, seorang peneliti dari  Ohio State University, dalam Journal of Personality and Social Psychology mengungkapkan bahwa buku bisa memengaruhi kepribadian seseorang yaitu di antaranya sebagai berikut:

1. Identitas Seseorang Bisa Hilang Saat Mendalami Bacaan

Saat seseorang membaca buku, terutama novel fiksi, tanpa sadar ia akan masuk dalam dunia karakter di cerita tersebut. Walaupun sementara, dalam sebuah kondisi tertentu, hilangnya pikiran seseorang yang dimasuki oleh karakter fiksi dapat mengubah perilaku di kehidupan nyata.

2. Pendalaman Karakter dari Bacaan Akan Menyatu dengan Kepribadian

Studi tersebut menemukan bahwa orang akan merasakan emosi, keyakinan, pikiran, dan tanggapan internal menyerupai salah satu tokoh karakter pada dirinya sendiri. Hal ini tanpa disadari menjadi semacam referensi seseorang dalam bersikap sehingga menyatu dalam kepribadiannya.

Kepribadian yang timbul dari sebuah karakter fiksi ini dapat pula terjadi sepanjang waktu. Kondisi ini akan terjadi pada orang yang ingin melupakan identitasnya saat membaca novel. Melalui serangkaian eksperimen, peneliti menyarankan untuk membaca cerita di depan sebuah cermin. “Semakin banyak Anda diingatkan melalui wujud identitas pribadi, semakin kecil kemungkinan Anda tenggelam ke dalam identitas karakter fiksi yang Anda baca,” kata Kaufman.

Berdasarkan poin-poin di atas, dapat disimpulkan bahwa buku fiksi sekalipun pengaruhnya lumayan besar terhadap pembaca. Oleh sebab itu, kebijaksanaan dalam memilih bacaan perlu diperhatikan. Salah-salah, pengaruh buruk bisa saja didapatkan. Barangkali itulah yang mendasari prinsip Bunda Ary tentang bacaan sehat agar berdampak baik bagi pembacanya. Senada dengan pendapat psikolog kognitif asal Kanada, Keith Oatley, yang dilansir bbc.com bahwa fiksi adalah simulator penerbangan akal manusia. Layaknya pilot yang belajar terbang tanpa benar-benar melayang di udara, orang-orang yang membaca fiksi dapat meningkatkan kemampuan sosial mereka setiap kali mereka membaca novel. Sementara itu, di laboratorium Princeton Social Neuroscience, psikolog Diana Tamir telah membuktikan bahwa mereka yang sering membaca fiksi memiliki kognisi sosial yang lebih baik.
Dengan kata lain, mereka lebih mahir menerka apa yang orang lain pikir dan rasakan. Melalui hasil pemindaian otak, ia menemukan bahwa ketika membaca kisah fiksi, terdapat lebih banyak aktivitas pada bagian jaringan otak yang terlibat dalam mensimulasikan apa yang orang lain pikirkan. Dalam penelitian lain ditemukan bahwa pembaca fiksi memiliki empati yang lebih besar.

___________________
Sumber:

http://arynilandari.com/blog/lebih-dekat-dengan-ary-nilandari

http://sikancil.org/ary-nilandary/

https://www.google.com/amp/s/www.bbc.com/indonesia/amp/vert-fut-48754112

https://guetau.com/cinta/kemampuan-komunikasi/buku-bisa-pengaruhi-kepribadianmu-lho.html

p.s. kalau ada kekeliruan, mohon dikoreksi ya.

Do You Know?Where stories live. Discover now