Part 1

652 148 374
                                    

Tuti yang duduk di pojokan sambil menikmati mi instan dan segelas kopi menemani nya yang tak sendiri. Ya itulah mereka Tuti dan teman-temannya yang sesekali menyelesaikan jam kosong dikantin belakang sekolah yang bersebelahan dengan toilet. Nikmat sekali bercengkrama disini, membuat sensasi tersendiri.

Begitu saja sudah terasa lengkap baginya bisa mengenyangkan perut dan meningkatkan kebahagiaan hidup, walaupun makanan yang Tuti miliki selalu digilir cinta, yaps siapa neh yang suka nyomot-nyomot makanan temen? Seperti halnya Bram, Lia, Ola, Sopi, Rara, dan Abdul yang setidaknya mencicipi makanan yang ada di depan mereka. Gitu deh masa masa putih abu, bekal pas pasan jajan seadanya. Tapi Tuti tidak mengkhawatirkan hal itu sama sekali karena mereka adalah keluarga kedua baginya susah senang bersama haha hihi bersama asal jangan mencintai satu orang sama-sama aja ya, bahaya.

Kumel, dekil, jail, pandangan mayoritas orang terhadap Tuti. Tidak memperdulikan style ala anak kekinian, apalagi pake barang branded yang harganya selangit.

"Lucuuuuu bibir kamu glossy gimana gitu, pake apaan si?"

Nah ini nih terdengar jelas di telinga Tuti obrolan wanita modis yang mulai berkumandang, udah kayak adzan aja bedanya ga pake bismillah dulu.

"Iya nih vin, abis di beliin lipstik arab sama mamaku".

Sederhana memang tapi menggelikan kelakuan duo walang sangit ini setiap harinya, Vina dan Aurel cukup membuat Tuti muak. For your information lipstik arab itu warnanya macem-macem contohnya warna hijau hulk yang kalau dipake di bibir seketika berubah jadi merah.

Aurel terlihat bangga saat memamerkan lipstik arabnya, padahal itu pemberian orang tua. Bahkan Vina yang mendengarnya pun ikut-ikutan ingin membeli dengan uangnya sendiri. Katanya ia akan mengumpulkan uang jajannya selama lima hari demi si cantik lipstik arab.

Terlintas di benak Tuti haruskah ia mengikuti kebiasaan Vina dan Aurel? Tentu saja tidak, masih ada banyak hal yang perlu di pikirkan selain membanggakan pemberian orang tua, dan membeli kebutuhan yang berlebihan. Baginya bersekolah bukan soal pamer kecantikan, tebar pesona ke lawan jenis, dan hal lain yang tidak baik untuk di contoh. Tapi bagaimana ia melanjutkan hidup sebagai siswi yang membanggakan, terutama bagi orang tuanya. Tidak melulu soal belajar giat, menjadi kutu buku, lalu disayangi para guru. Bukan Tuti banget namanya. Just enjoy your live to be the best for everyone.

"Tutttttttt" , terdengar langkah kaki yang tergopoh gopoh ke arah Tuti.
"Rusuh banget si kayak kebelet nikah" ternyata itu Lia si bocil yang paling dekat dengan Tuti.
"Aku gamau kamu tinggalin aku, kalau aku diculik kamu mau apa nebus jaminannya?" Drama pulang sekolah yang dilakukan Lia memang menjengkelkan, untung Tuti sangat menyayanginya.

Mereka berjalan di gang sempit menuju angkutan umum karna sekolah mereka tidak dipinggir jalan, maklum saja kota Cimahi sangat kecil sehingga dipedalaman gang pun ada sekolah.

"Aku suka kamu udah lama dari kita kelas 2 SMA, aku ga tahan kalau harus nunggu lagi, kamu mau ga jadi pacar aku?" Suara malu-malu manjalita terdengar dibelakang Tuti dan Lia. Karna rasa penasaran yang tinggi Lia menoleh, si ratu ghibah ini pasti akan langsung melaporkan apa yang ia lihat pada Tuti. Oh tidak itu Bram yang nembak cewe hits dikelas mereka.

"Mmmm bentar ya aku tiba-tiba mules" seketika Diandra memutar badan dan kembali ke arah sekolah. Nasibmu Bram Braam sudah banyak contoh kasus penolakan masih aja nekat.

***

Sebelum MenuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang