5. Order

5.4K 564 113
                                    

.

.

.

AUTHOR POV

Perpustakaan yang beberapa saat lalu begitu sepi kini nampak sendu dengan warna jingga oleh datangnya senja.

Beberapa saat yang lalu, mereka masih berada di tengah keramaian ibukota, menggunakan sihir teleportasi dan mendarat kembali ke ruangan yang siang tadi mereka tinggalkan. Yang berubah dari tempat ini mungkin hanyalah cemilan mereka yang telah dibereskan bersama dengan hilangnya catatan kecil yang sang Putri tinggalkan untuk maid kesayangannya.

Lucas menoleh pada Athanasia yang masih merangkulkan tangan mungilnya pada lengan kanannya. Gadis itu menatap pemandangan sore yang terlihat dari jendela yang besar. Gaun berwarna peach yang ia berikan melambai pelan oleh angin yang berhembus. Sudah berapa menit mereka berdiri di hadapan jendela ini? Semenit? Dua menit?

Yah, walaupun kakinya mulai pegal tapi Lucas merasa tidak keberatan kalau yang berdiri di sampingnya adalah Athanasia. Justru diam-diam dia merasa senang karena gadis itu masih enggak melepaskan rangkulan tangannya.

"Menurutmu kapan Papa akan mendapat kabar tentang kekacauan yang kau buat?" tanya gadis itu tanpa menoleh padanya.

"Kurasa malam ini." Jawabnya singkat. Tapi entahlah, sepertinya kalau itu menyangkut tentang Athanasia maka berita itu akan datang lebih cepat.

Entah seperti apa kemurkaan kaisar itu nanti, toh Lucas tidak begitu peduli.

Puk!

Lucas merasakan sesuatu yang berat bersandar pada pundaknya. Rambut indah keemasan nampak berantakan oleh angin yang bertiup, menggelitik penciumannya dengan aroma bunga yang lembut.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya pemuda itu setelah berusaha menenangkan jantungnya yang berdetak sedikit lebih cepat. Namun hingga beberapa saat dia tidak mendapat jawaban.

"Athanasia? Ooiii.." Panggilnya menoleh pada gadis yang menundukkan wajahnya.

"Ck, bisa tidak sih kau diam sebentar? Jangan merusak suasana" gerutu gadis itu lagi.

Suasana? Memangnya suasana seperti apa yang dia rusak sekarang? Lucas kan tidak melakukan apapun.

Penyihir itu pun memilih diam dan membiarkan keheningan kembali menghampiri mereka, menunggu gadis itu untuk mulai bercerita.

"Tadi itu, pertama kalinya aku merasakannya." Gumam sang putri pelan.

"Apanya? Kalau kau jatuh cinta padaku?"

DUK!

"Akh!"

Lucsa meringis menahan rasa sakit dari kaki yang diinjak dari hak sepatu yang tidak seberapa tinggi itu. Baru saja Athanasia mau mengulanginya sekali lagi, Lucas dengan cepat langsung membuat gadis itu melayang dengan sihirnya dan mendudukkannya di kusen jendela yang tidak seberapa tinggi. Dia tidak akan membiarkan kakinya menjadi korban lagi.

Athanasia mendongak menatap Lucas dengan kesal, tapi Lucas tidak mungkin melewatkan rona merah yang menghiasi wajahnya.

"Bukan itu!" Bentaknya. Ia mungkin berusaha terlihat marah, tapi di mata Lucas Athanasia terlihat sangat lucu.

Pemuda itu terkekeh pelan, "baiklah-baiklah, jadi apanya yang pertama?" Tanyanya seraya menurunkan pandangannya agar sejajar dengan mata biru itu.

Athanasia membuang napas pelan, menyadari tidak ada gunanya meladeni kejahilan Lucas.

"Itu pertama kalinya aku memberikan perintah. Seumur hidup, yang kulakukan adalah meminta."

Lucas menatap bingung, "pertama kali? Padahal kau seorang putri?"

PRINCESS DIARY [SIBAP] NEW VERWhere stories live. Discover now