Part 52

4.9K 277 41
                                    

"Kenapa memperhatikanku seperti itu Zahra?" pertanyaan Mas Jaya menyadarkanku karena terlalu memperhatikannya.

"Enggak ada apa-apa Mas, aku senang aja lihatin kamu" Jawabku lalu mengalihkan pandangan kekaca yang meperlihatkan ruangan lain, ruangan yang dulu pernah aku tempati.

"Ika nggak ada Mas? Itu Sekretaris baru ya? " Tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Dia lagi ketemu klien. Iya dia sekretaris baru, karena Ika sering keluar kota" Mas Jaya lalu mendekatiku, dan menutup kaca tersebut dengan tirai.

Dihempaskan tubuhnya diatas sofa, mejatuhkan kepalanya dipangkuanku.
Diambilnya tanganku dan diletakkan dikepalanya.

"Pijitin sebentar kepalaku Zahra, rasanya sedikit pusing" Ucapnya sambil membuka dasi yang dia pakai.

Ku usap beberapa kali rambutnya, dan mulai kupijit kening Mas Jaya, dan dia menutup mata. Satu tanganku diraih Mas Jaya, dan diletakkan didadanya.

"Zahraaaa, seburuk apapun kelakuanku dimasa lalu, apakah kamu bisa menerima dan memaafkanku?" Ucapnya dengan lembut.

"Entalahlah, aku hanya ingin rumah tangga ini dibina atas rasa kejujuran" Jawabku lirih.

"Zahraaa, aku menikahimu bukan untuk membuatmu menangis dan menanggung beban hidupku dimasa lalu, aku ingin mengubur dalam-dalam dan membuang jauh kehidupan masa laluku" Lalu mas Jaya bangun dari posisinya dan duduk menghadapku.

"Aku sangat mencintaimu Zahra, dan Queen butuh kamu, dan Rindupun membutuhkanmu" disaat di menyebut nama Rindu, dia menundukkan kepalanya.

"Jangan-jangan selain Rindu juga ada yang lain, begitu menjijikkannya dirimu Massss" ku tatap wajah Mas Jaya dengan pandangan jengah.

"Pantas saja kau begitu tenang dan tidak terburu-buru menodaiku diawal-awal pernikahan, ternyata kau ahli dibidangnya"

Mendengar ucapanku dia mengangkat kepala, serta menyatukan alisnya dan tersenyum licik.

"Maksudmu?" Tanya Mas Jaya.

"Nggak usah belagak pilon, nggak usah seperti kura-kura dalam perahu, kau terkadang begitu tenang, tapi sebenarnya menghanyutkan"

Disaat aku ingin berdiri, Mas Jaya menarikku untuk duduk dipangkuannya.

"Mau kemana? Rindu kita jemput sore saja, aku masih ingin berdua denganmu" dikecupnya pipiku.

"Tuan Heru Sanjaya, apakah pertemuan kita kembali di kantor ini, haruskah di isi dengan acara begini? sampai kapan kau berhenti melecehkanku di kantor ini?" Ucapku sambil menari kerah kemejanya.

"Apakah kau tidak merindukanku Zahra?" Tanya Mas Jaya dengan mengeratkan pelukannya dipinggangku

"Kalau istrimu tau bagaimana?"

" Dia tidak akan tau, kalau kamu tidak memberi tau, aku hanya ingin memelukmu, kita sudah lama tidak bertemu, kalau kau sudah pulang aku tidak bisa lagi memiliki dirimu" di ciumnya pipiku dengan rasa gemes.

"Pak, pada saat istrimu mengetahui perbuatan mesummu di pentri waktu itu, apakah istrimu tidak memarahimu?" kumainkan jari telunjukku menyusuri wajahnya.

"Dia tidak marah sayang, tapi aku disiksa secara batin dan lahir, bukan secara lahir batin ya, tapi dibalik"

"Kalau dia tau, kau seperti ini dengan mantan sekretarismu, bagaimana yaa.."

"Kau menggemaskan sekali Zahra, disini kau jauh lebih nakal dari pada di Desa, aku pikir suasana perkebunan menjadikanmu lebih romatis dari pada di Kota, tapi malah sebaliknya"

SUAMIKUWhere stories live. Discover now