Bad Day

28.6K 1.3K 27
                                    

Setelah merayakan kesembuhan Krystal di rumah sakit dengan membagikan kue-kue mungil untuk semua orang, Gabrio pun mengantar Neysa dan putri mereka pulang ke rumah.

"Papa pergi dulu, ya." Gabrio mengelus pipi Krystal sebelum pergi meninggalkan rumah sederhana yang di tempati oleh Neysa selama ini.

"Pa.." panggil Krystal membuat Gabrio menoleh.

"Yes, sweety?" sahut Gabrio.

"Ngan egi," rengek Krystal dengan mata berkaca-kaca. Melihat mata Krystal yang hampir saja menumpahkan air mata, Gabrio menatap ke arah Neysa untuk meminta pertolongan.

"Ki," panggil Neysa membuat Krystal memajukan bibirnya sesenti.

"Papa mau kerja, Ki ga mau papa di pecat, kan?" Neysa mencoba menjelaskan. Gabrio yang mendengar penjelasan Neysa menaikkan alisnya. Alasan macam apa itu?

"Mmm.." Krystal menggelengkan kepala, tak menerima alasan Neysa.

Gabrio memutar otak untuk sesaat. Kemudian dia menunduk mensejajarkan diri dengan putri cantik di hadapannya.

"Ki," panggil Gabrio lembut membuat Krystal memecahkan tangisnya.

"Huaaa..."

Neysa dan Gabrio terkejut mendengar tangis pecah dari bibir mungil Krystal.

"Ney," Gabrio menatap Neysa dengan wajah terkejut. Dia tak menyakiti putri kecil itu, kenapa dia menangis?

"Pergilah, aku akan menenangkannya." Balas Neysa membuat kerutan di dahi Gabrio terlihat. Dia cemas akan putrinya yang masih menangis kencang. Neysa yang melihat itu menghembuskan nafas kasar.

"Pergilah! Dia tidak apa-apa," ucap Neysa membuat Gabrio akhirnya mengangguk.

"Sorry sweety, next time papa will stay with you and your mama." Gabrio menatap Krystal dengan lembut.

"Huaaa..." bukannya tenang, Krystal malah semakin mengencangkan tangisannya.

"Pergilah, Rio!" perintah Neysa dengan kesal karena Gabrio tak kunjung pergi.

Gabrio pun pergi setelah Neysa menyuruhnya.

"Paaaa..." Krystal merengek di saat Gabrio baru ingin memasuki mobil.

"Paaaa..."

"Sorry, sweetheart."

Gabrio masuk ke dalam mobil dan melaju pergi meninggalkan kawasan perumahan Neysa. Neysa dengan sedikit susah pun menggendong Krystal membawa putri cantiknya yang tengah menangis itu ke dalam rumah.

"Papa..." isak Krystal membuat Neysa menghela nafas berat. Dia baru saja bertemua dengan papa nya, tapi sudah seperti ini saat di tinggal.

"Ki," panggil Neysa membuat Krystal menoleh.

"Papa hanya sebentar. Papa kan kerja cari uang untuk Ki dan mama," Neysa mencoba memberi pengertian.

"Kalau papa enggak kerja, nanti papa di pecat. Terus kita mau makan apa? Krystal ga bisa beli mainan lagi, baju baru, sepatu baru, pita.."

"Mama!" seru Krystal menghentikan bualan Neysa. Jelas saja, bagaimana bisa seorang Gabrio Turner di pecat dari pekerjaan nya? Sedangkan perusahaan itu sendiri adalah miliknya.

"Ya, sayang?" sahut Neysa dengan wajah polosnya.

"Papa ta ama, tan(Papa ga lama, kan)?" Krystal menatap penuh harap.

"Iya, sayang. Papa enggak lama," balas Neysa dengan senyum lebar. Semoga,

"Baiklah. Ki sekarang tidur, sudah malam." Ucap Neysa membuat pemilik wajah sembab itu mengangguk.

Hamil Tanpa Suami |\| TAMATWhere stories live. Discover now