Pai Susu

28 4 8
                                    

"Shoru, lihat aku punya apa!"

Rin datang dari dapur sambil membawa sesuatu. Kedua tangan menjepit pinggiran piring yang penuh dengan pai susu cokelat dan vanila.

Pai susu kesukaan mereka adalah yang isiannya berupa vla tanpa telur. Alasannya sederhana, mereka kapok mencoba pai susu buatan sendiri yang isian krimnya menggunakan campuran telur. Sudah kapok dengan teksur, rasa, dan bau pai dengan resep seperti itu, Rin memodifikasi resepnya sedikit.

"Bagi sini!" teriak Shoru sambil segera menyambar isi piring yang dibawa Rin.

Belum sampai tangan menyentuh pinggiran pai, Rin sudah menarik piring bawaannya ke samping.

Pai itu perlu didinginkan di kulkas agar krim isiannya tidak terlalu cair. Pai itu juga baru matang, pinggirannya masih sedikit panas kalau dipegang dalam jangka lama hanya dengan tangan kosong.

Shoru mendatarkan mata dan bibirnya, membuat mata yang sudah tipis semakin tinggal segaris. Jadi terlihat seperti memejamkan mata.

"Kamu jangan tidur berdiri gara-gara nggak kukasih pai sekarang," gurau Rin sambil terkikik.

Shoru membalas dengan tersenyum sambil merem, lalu mengganti ekspresinya menjadi datar lagi.

"Ada yang bilang pai, Chio jadi terpanggil."

Iya, maskot anak ayam ini datang menghampiri kedua author kita. Memang bentuknya terlihat imut, tapi Shoru tidak setuju kalau bicara soal paruh kecil Chio yang seringkali keluar kalimat mengejek salah satu authornya.

"Kenapa kau ke sini, hah? Kau ngejek aku lagi, kau nanti kunistain lagi, mau?" ancam Shoru.

"Siapa juga yang mau ngejek, Chio cuma mau pai susu buatan Rin, wlee," balas Chio sambil menjulurkan lidah tipis dari paruh.

Sebab malas menggerakkan rahang dan menggetarkan pita suaranya, Shoru menaikkan tangan kanan ke depan wajah, dan menegakkan jari tengah.

Ehem, lupa ngasih tau, jangan baca ini pas puasa bagi kalian yang menjalankan. Buka puasa dulu, baru baca ini part. Oke, ayo lanjut.

"Udah bisa dimakan belum pai-nya?" tanya Chio yang sedang duduk dengan nyaman di atas kepala Rin. Rin sendiri sedang menonton video "Cream Heroes", gelak tawa terdengar saat kucing DunDun--atau yang biasa disingkat dan dipanggil DD--tersangkut dalam sebuah galon mini hingga kesulitan keluar karena ukuran badannya yang terlalu besar.

"Rin, ditanyain tuh sama Chio," panggil Shoru dari arah kamar, ia tengah membenarkan pegangan pop filter-nya.

Rin terpanggil sambil tertawa tidak enak. Ia segera menghampiri kulkas, dan mengambil pai susu yang sudah siap untuk disantap.

"Nih, maaf ya kalian nunggu lama, hehe."

"YOSHAAA, AKHIRNYA BISA MAKAN!" teriak Shoru dari kamar sambil berlari ke arah meja di ruang tengah di mana Rin meletakkan piring berisi pai susu itu.

Chio yang sebelumnya ada di kepala Rin pun turun ke meja. Tentu saja untuk meminta jatahnya.

Rin mengambilkan satu pai susu vanila, dan meletakkannya di atas piring tatakan gelas agar remahannya tak berantakan di atas meja.

Tak perlu waktu lama, dalam sekejap piring itu hanya menyisakan setengah dari jumlah pai awalnya. Kali ini Rin sengaja membuat banyak supaya sisanya bisa dimakan di lain hari.

"Rin, aku ndak tanggung jawab lho kalau nanti kau jadi ...." Shoru menggembungkan kedua pipinya.

Bukan mengejek, Shoru dan Rin memang seperti sedang kerasukan iblis Gluttony begitu mereka menyantap makanan manis. Namun jangan khawatir soal berat badan mereka, mereka punya "hobi yang bisa membakar kalori dengan cepat". Bahkan tanpa melakukan "hobi" mereka itu, khawatir soal berat badan pun rasanya tak perlu. Sepertinya kalau sudah dijelaskan begini, mungkin akan mengerti apa maksudnya.

"Kayak kamu enggak gitu aja," balas Rin sambil tertawa.

"Chio nggak gemuk-gemuk tuh," tuturnya sambil melanjutkan santapan pai-nya.

"Iya lah!" sahut Shoru dan Rin bersamaan.

Cerita Author(s)Where stories live. Discover now