Rosella

Chapter One

Seorang guru berkaca-mata tampak anggun saat mengutarakan ilmunya terhadap para muridnya yang sedari tadi setia mendengarkan ucapan berbalut ilmu tersebut di kelas XII IPA 3. Guru cantik pemilik nama Claudia Caramellianz seketika menghentikan pemaparannya saat seorang gadis berseragam rapih terjatuh tepat di ambang pintu kelas. Secepat kilat Bu Claudia melihat ke arah gadis itu, para siswa dan siswi pun demikian. Gadis itu tak menyadari bahwa dirinya tengah dititik fokuskan oleh seisi kelas saat dirinya tengah mengenakan kaca-matanya yang terlepas seketika. Kini gadis itu tampak bangkit dengan kaca-mata yang melindungi kedua matanya lantas terdiam saat ia memandang seisi kelas yang tengah menatap lekat dirinya, dengan mengerutkan kening gadis itu pun bertanya.

"Maaf, apakah ada yang salah dariku?" Pertanyaan itu berhasil membuyarkan tatapan mereka, termasuk Bu Claudia. Kemudian gadis itu berjalan menghampiri guru tersebut.

"Apakah kamu siswi baru?" Bisik Bu Claudia tepat di daun telinga gadis itu yang kini telah berada di sampingnya, bisikan tersebut hanya disambut anggukan gadis itu. Setelah itu Bu Claudia pun langsung mengumumkan pada para muridnya yang tengah bertanya-tanya mengenai gadis yang kini telah berada di hadapan mereka, Bu Claudia ingin mereka tahu bahwa gadis yang di sampingnya itu adalah siswi baru.

"Baiklah anak-anakku sekalian, di samping ibu adalah siswi baru yang akan menjadi penghuni kelas XII IPA 3" ungkap Bu Claudia yang direspon berbagai macam responan penghuni kelas tersebut.

"Silakan perkenalkan dirimu Nak!" sambung Bu Claudia pada siswi baru itu. Dengan anggukan disertai senyuman, gadis tersebut mulai mengenalkan dirinya sambil mengedarkan pandangan dengan tatapan lembut dan senyuman madu.

"Hmm... perkenalkan! Namaku Rose, Rosella Isabella Anastasia. Aku terlahir dari keluarga sederhana yang terpaksa pindah ke sekolah ini karena suatu hal yang tak kalian ketahui. Kuharap... kalian bisa berteman baik denganku, mungkin hanya ini yang kusampaikan. Sekian, terima kasih!" kejernihan suara Rose berhasil menghipnotis para penghuni kelas.

"Ibu harap, kalian bisa berteman baik dengannya. Rose, duduklah di kursi samping Vico!" Titah Bu Claudia sambil menunjuk kursi yang berada di baris ke tujuh bagian utara kelas, Rose mengagguk lantas berjalan menuju kursi yang akan ia hinggapi selama di kelas barunya itu. Saat berjalan menuju kursi tersebut, beberapa siswi menatap sinis dirinya lantas ia balas dengan senyuman mistis.

"Apakah senyuman itu abadi? Tentunya tidak! Tunggulah diriku saat waktu telah bertitah..." batin Rose bergumam saat senyum mistisnya itu masih terutara pada beberapa siswi tersebut. Rose tersenyum saat kursi perdana di sekolah barunya telah terbit di kelopak mata. Senyum itu pudar seketika saat ia menatap seseorang yang akan menjadi teman sekursinya itu.

"Apakah dia...?" batin Rose bertanya sekilas, saat dirinya tak sengaja melihat cincin permata biru yang menghinggapi jari manis siswa bernama Vico.

"Tidak mungkin!" batinnya membantah, lantas menyapa Vico yang tengah menatap kosong ke arah papan tulis yang belum tergores sepidol hitam sama-sekali. Rose kecewa, saat sapaannya tak diacuhkan oleh siswa tampan tersebut. Karena kecewa, siswi baru itu lebih memilih duduk saja tanpa menatap Vico kembali.

Rose terkejut saat seseorang melempar secarik kertas yang telah diremas, secepat kilat ia langsung mengedarkan pandangan ke sekeliling untuk mengetahui pelempar kertas itu, hingga kelopak matanya tertuju pada seorang siswi berambut panjang sekaligus mengenakan kaca-mata yang hinggap di kursi sampingnya, siswi tersebut mengisyaratkan agar Rose segera membaca tulisan yang tersirat di gumpalan kertas itu, karena paham akan isyarat tersebut, ia pun mengagguk lantas langsung menyingkap gumpalan kertas itu. Setelah tersingkap, satu kalimat terbit di kelopak matanya sehingga bibir mungil Rose bergerak mengikuti arah kelopak matanya yang tengah mengarahkan.