"Hey! Kamu sibuk?" Tanyaku ketika Andi menjawab telepon.
"Bukannya kamu yang sibuk?" Jawab Andi. Melempar bola.
Sudah 2 minggu aku dan Andi tidak bertemu apalagi kencan. Kedatangan Boss kali ini benar-benar bencana. Selama dua minggu ini akupun tidak mendapatkan libur. Setiap hari, hampir 2 minggu ini, aku selalu pulang diatas jam 10 malam. Selama 2 minggu ini juga perlakuan Boss berbeda kepadaku. Boss selalu minta ditemani dinner. Lain halnya dengan weekend, aku harus menemaninya keliling mall di Jakarta. Saat-saat seperti ini aku merindukan sang 'kekasih' Boss, biasanya sang 'kekasih' yang selalu menemaninya. Ahhh,, apa Boss udah putus sama sang 'kekasih' baru? Sial, kenapa putus disaat aku punya pacar. Pacar yang sekarang merajuk karena kami tidak bertemu selama 2 minggu.
"Aku pulang sore hari ini. Dinner yuk!" Ajakku. Andi masih diam. "Aku kerja di apartemen Boss hari ini. Jadi aku bisa ke kantor kamu." Aku memberitahu posisiku.
"Kamu ngantor di apartemen Boss?" Aku bisa merasakan perubahan nada bicara Andi.
"Iya."
"Sejak kapan?"
"Dari dua hari yang lalu."
"Kantorku bubaran jam 6. Aku nggak janji bisa on time."
"Aku nunggu di Starbucks bawah." Andi langsung menutup sambungan telepon tanpa menjawab terlebih dahulu.
Aku melihat pantulan wajahku di cermin toilet. Raut lelah tercetak jelas di wajahku. Aku membasuh wajahku, berharap bisa sedikit saja menghilangkan lelah. Ketukan pintu disusul suara Boss membuatku segera menyelesaikan urusanku di toilet. Ya, aku menelepon Andi di dalam toilet.
Aku keluar dari toilet dan mendapati Boss sudah duduk di ruang tamu. Menyadari kedatanganku Boss mengalihkan pandangannya dari HP ke arahku.
"Kamu nggak mau ikut aja? Dinner sama Reza doang kok. Deket dari sini, di Bisttecca." Boss sudah selesai siap-siap. Dia mengganti Polo T-shirt dengan jas biru. Boss tampak gagah!
"Nggak Pak. Makasih. Saya mau istirahat aja. Dari kemarin pulang malam terus." Sindirku.
"Bener? Kamu nggak mau ketemu Reza? Udah lama kamu nggak ketemu Reza."
Reza adalah sahabat Boss yang bekerja di kepolisian. Aku juga mengenalnya, cukup akrab.
"Bener Pak. Saya mau tidur lebih cepat."
Boss berdiri, "Ya sudah, nanti Pak Budi drop saya dulu abis itu antar kamu pulang."
Gawat kalau Pak Budi, driver Boss, mengantarku. Pak Budi tidak bisa dipercaya, dia akan bilang pada Boss kalau aku nggak pulang ke kost.
"Nggak usah diantar Pak, saya pulang sendiri aja."Tolakku mulai panik.
"Kenapa? Kamu nggak langsung pulang ke kost?"
"Saya mau ke PP dulu, mau ke supermarket." Aku mengemasi barang-barangku, Tas dan laptop.
Boss menatapku lama, "Kayaknya apa yang dibilang Miko bener." Boss bermonolog sendiri.
"Miko?"
"Kamu sudah punya pasangan sekarang." Dari nada bicara Boss, aku tau ini pernyataan bukan pertanyaan
Sial Miko! Gendut sialan! Kenapa dia harus memberitahu Boss? Ini urusan pribadiku!
"Jadi bener ya?" Selidiknya.
Aku diam. Binggung harus menjawab apa. Aku tidak ingin urusan pribadi dicampur adukkan dalam pekerjaan. Aku yang paling tahu bagaimana sifat Boss. Boss akan terus mendesakku sampai dia mendapatkan jawaban yang pasti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Insecurity (TAMAT)
ChickLit"Now, tell me how can i love someone who didn't love herself?" Aku terdiam. "Kamu dan pikiran kamu itu yang harus diperbaiki." Dia menambahkan.