Masa Orientasi Pacar

8.8K 1K 10
                                    

Aku dan Andi tiba lebih dulu di Bhineka coffee, di Sanur. Pukul setengah 6 sore, saat kami tiba warung ini masih sepi. Coffee shop dengan design warung kopi sederhana tapi cozy. Andi mengedarkan pandangannya meneliti isi warung kopi ini.

"Kayak lagi di warung kopi yang naik kelas." Andi berjalan di belakangku. "Pesan kopinya harus ke dalem?"

"Iya, tapi nanti makanan sama minumannya dianter."

"Kalian duduk diluar nggak apa-apa? Di dalem dingin."

"Kita biasa duduk diluar kalau disini."

"Nggak masalah sama asap rokok?"

"Ngambil duduk agak pojokan sih." Aku menunjuk bangku kosong di pojok sebelah kiri, "Atau kamu duduk disana aja, aku pesenin."

Andi mendorongku ke arah pintu keluar, "Kamu aja yang jaga tempatnya. Biar aku yang pesen." Andi membuka pintu dan mendorongku lagi, "Jangan kamu kira aku nggak tau apa yang ada di kepala kamu ya!"

Aku tersenyum kecut. Sepertinya tidak ada kopi untukku sore ini.

***

Aku menatap ke bagian dalam warung kopi. Sudah lebih dari 15 menit Andi mengobrol dengan entah siapa. Mungkin karena pembawaan Andi yang supel membuatnya mudah mendapatkan teman baru. Posisi Andi membelakangiku tapi aku bisa melihat pembicaraan mereka serius. Si teman sepertinya sedang menjelaskan sesuatu yang menarik perhatian Andi.

Berbarengan dengan datangnya makanan dan minuman yang tadi Andi pesan, Andi menghampiriku. Dia langsung mengambil kopi yang diletakkan waitress dihadapanku.

"Jangan macem-macem nona." Andi langsung menyeduh kopinya.

"Aku nggak suka kopi yang kamu pesan, tenang aja aku nggak minat minta."

Andi memesan kopi Bali.  Kopi hitam tanpa gula. Rasanya pasti pahit.

"Makanya sengaja aku pesen ini biar kamu nggak minta."

Aku menggelengkan kepala, "Kamu pesenin aku teh jahe panas?"

"Iya, biar kamu nggak masuk angin."

"Kamu yang main air, bukan aku. Harusnya kamu yang minum ini." Aku menunjuk gelasku. "Lagian kamu mesen banyak banget sih, siapa yang mau makan?"

Aku memperhatikan makanan yang tersaji di meja. Ada satu porsi nasi jinggo, satu porsi nasi ayam goreng sambal matah dan satu porsi mie goreng sambal matah. Andi juga memesan pisang goreng, singkong goreng dan roti bakar. 

Porsi di warung kopi ini memang tidak terlalu banyak, tapi tadi aku dan kedua temanku sudah merencanakan makan soto di Pasar Sanur.

"Kita sama temen-temen kamu."

"Tetep aja kebanyakan Andi." Gerutuku.

"Duh bawel banget sih kamu!" Andi menjepit bibirku dengan jari telunjuk dan jempolnya. "Untung aku sayang." Tak lama Andi melepas jepitannya di bibirku.

"Sakit!" Gerutuku yang dibalas Andi dengan cengiran khasnya.

"Nyet!" Panggil Nina dengan suara nyaringnya sambil berjalan ke arahku.

"Oiii!" Nina mengambil tempat duduk tepat di depanku. "Mayang mana?"

"Gue langsung dari kantor." Nina mengambil singkong goreng yang ada didepannya, "Loe kemasukan setan? Mesen makanan banyak banget."

"Bukan gue! Noh.." Aku menunjuk Andi yang duduk disebelah kiriku.

"Ehh, belum kenalan udah maen nyomot makanan aja gue." Nina tersenyum lalu membersihkan jarinya yang terkena minyak dengan tissue. 

Insecurity (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang