Jawaban Logika

12.6K 695 0
                                    

'Jika berpikir religius. Maka semua tidak perlu ilmu. Karena Tuhanlah pengatur ini itu. Termasuk sayang yang tak terbalaskan'

Manda

+++






Memijit pelipisnya. Bukan stres lagi. Tapi malu. Bagaimana nggk! Biawak medan dekatnya lagi ngebacot heboh. Satu kelompok bareng Bia. Haduh. Kenapa harus!!

"Emang gitu. Kau tidak bisa merubah takdir tuhan" Jangan lupakan ekspresi galak tidak terimanya.

"Kita berbicara tentang ilmu Bia. Bukan masalah logika atau agama" Teman yang lain menyela.

"Kenapa kita harus ribet bahas masalah ilmu. Jika kita toh tau siapa pengatur dunia ini"

Sungguh Nada juga nggk habis pikir. Bia itu cerdas. Kelewat cerdas ngeluarin logikanya. Yang malah jadi nggk masuk akal.

Sang dosen tidak bisa menahan tawanya. Membiarkan perdebatan ini berlanjut. Cukup menghibur, dengan lawan menyerbu tak segan si gadis Medan yang tak gentar mundur walau perolehan suara kalah telak. Salut Bi.

Beda dangan Nada dan anggota kelompok lainnya. Mereka dari tadi mendengus kesal. Nggk ada yang ikut memberi jawaban.

"Iya tapi bedain. Kita bahas ilmu. Semua orang tau penciptanya siapa. Tapi ayolah! Kita tau takdir dari Allah. Lo itu Bi_Argh"

Anggi, salah satu lawan debat Bia. Tak tahan lagi. Dia menggaruk kasar rambutnya frustasi. Nada ikutan jadi ketawa melihatnya. Begitu juga dengan pacarnya, Gama yang sedari tadi juga ikut beragumen dengan Bia. Menambah keseruan dengan canda menyertai perdebatan.

"Pertanyaannya kan gini kan. Kenapa bulan bisa mengelilingi matahari?" Ulang Bia.

"Iyaaa kenapa mesti kau ribet mikir. Jika kau tau tuhan yang mengaturnya"

Sangatlah menawan jawabaanmu Bia-wak Medan. Mimik mukanya juga super santai, mengatakan bahwa inilah jawaban yang sebenarnya.

Sekarang mata Bia memincing pada setiap orang yang tidak terima pemikirannya "Atau kalian komunis, tetesan nenek moyang para penjajah. Tidak kalian percaya tuhan, sang penciptan dan pengatur semua yang ada di bumi dan apa yang ada di langit, dialah Tuhan yang menciptakan sunatullah, mengatur alam semesta ini. Cukup imani Tuhanlah yang menciptakannya. Tuhan pengatur segala. Tidak perlu kata-kata atau pemikiran ilmiah manusia. Karena sesungguhnya atuh, hanya Tuhanlah yang merencanakan segela. Tuhanlah yang mengatur sebegitu indah dunia dan alam semesta begitu juga menciptakan manusia secantik Bia"

"Shit!"

"Fantastis Lo bi"

"Terus aja Bi. Terus"

"Terlalu hebat Lo bi"

"Allahuakbar"

"Santet orang dapat pahala kagak"

"Tobat ges tobat"

"Obat nyamuk enak tuh bi"

"Jadi makin lope-lope sama bebep Bia"

Gelak tawa terdengar. Dosen pun tak mampu nggk ikut terpingkal.

Lihat di sana. Bia-wak betina itu berpose mengarahkan tangan ke atas. Oh jangan ketinggalan, tutupan mata dan ekspresi menghayati. Buset bi! Fantastis dan puitis. Menyentuh sanubari hingga keluar dalam bentuk emosi.

Prok, prok, prok, prok

Sang dosen memimpin tepuk tangan, hingga kelas terasa meriah memberikan tepuk kagum dengan ketangguhan dan kepintaran Bia.

Memang benar kan! Mengapa harus mencari rumus segitunya. Jika kita beriman, bahwa Tuhan lah yang mengatur semua sebegitu indahnya.

Bia nyengir, menggaruk belakang kepalanya. Malu sendiri dia "Makasih. Makasih" Tapi bukan Bia namanya jika nggk buat kagum, baik positif maupun negatif. Sekarang saja, udah kayak artis nunduk untuk memberi hormat.

"Uh sungguh ibu senang dengan tekad Bia. Begitu menyentuh hati ibu. Sampai ibu mau pipis rasanya" Sambutan sang dosen tak luput dari tawanya "Menginspirasi ibu sekali kau Bi. Ya udah jawaban ilmiah yang ingin kalian dengar, nanti cari dari gugel aja. Ibu nggk bisa berkata-kata dengan jawaban Bia"

Cengiran Bia makin lebar ketika dengan bangga dosen mengelus rambutnya.

"Berikan tepuk tangan sekali lagi untuk Bia Megantari dan kelompok dua"

Tepuk tangan kembali dipersembahkan. Ketua anggota kelompok menutup persentasi yang berakhir meriah itu.

Nada sendiri mendudukkan kembali bokongnya pada bangku diantara Gigih dan Gama.

Kebetulan sekali. Gigih yang baru saja akan menyodorkan air mineral yang dia ambil dalam tas, mengurung niat. Ketika Nada dengan santainya meminum minuman yang lebih menyejukkan yang disodorkan Gama kepada cewek itu. Bukan dia merasa bagaimana, dia hanya kurang cepat kan.

Untuk mengalihkan suasana, Gigih minum sendiri air putih di tangannya. Mengalihkan perhatian dari Gama dan Nada yang ntah bahas apa sampai kembali tertawa.

Kurang percaya diri, itulah Gigih. Hingga sampai sekarang, perasaan itu dia buat makin berakar makin dalam tanpa di perlihatkan kepada siapa pun.

Ingin, dari dulu dia ingin ungkapin ke Nada. Tapi lagi-lagi, keberanian itu yang sulit ada. Dan berakhir dengan memiliki si tomboy hanya halusinasi. Sampai dia merasa yakin, takdir dia dengan Nada hanyalah teman. Nggk akan pernah lebih dari sebatas itu.







✓✓✓

Tinggalkan jejak!!!
Vote and coment!!!

Update terus, empat hari berturut-turut. Soalnya, nggk sabar banget publikasi part yang menurut aku menguras perasaan;)

Dan aku bingung mau buat kepsennya bagian tuhan atau bagian Gigih, jadi ya udah aku sambung aja. Dan juga setiap aku buat kata-kata pasti secara sepontan pas mau publikasi. Jadi yah begitulah kadang aku buat nggk nyambung, Besok aja kita ubah, tahap revisi.

Oke,,,,



MANDA (Completed)Where stories live. Discover now