empat tahun mereka

17.2K 835 11
                                    

'Wajar sedih ketika hatimu terasa perih. Nangis pun wajar ketika dirimu sudah tidak mampu tegar'

Manda

+++








"Assalamualaikum"

Seruan salam dijawab tidak kalah semangat oleh mereka. Sasa tersenyum, mengambil duduk dekat Nada.

"Kok nggk pulang dulu?" Tanya Nada, cewek itu telah bercucuran keringat karena baru saja selesai olahraga.

"Males kalo harus balik lagi" Jawab Sasa nyengir.

"Belum makan dong?" Timpal Hana.

Sasa lagi-lagi nyengir "Belum lah kan pulangnya langsung ke sini"

"Tuh kan! Pulang dulu napa tadi. Biar kagak ngerepotin" Cibir Hana.

"Eeee gue juga nggk mau makan kali. Pelit amat sih jadi human" Sewot Sasa nggk terima. Dia dan Hana berubah jadi team yang suka berantam.

"Awas kalo perut Lo bunyi-bunyi. Nggk gue mau kasih makan apa Lo" Hana tak lelah. Masih senang buat adik Gama itu berubah garang.

"Jahannam emang Lo" Semprot Sasa. Dia cemberut mengedarkan kepalanya. Banyak orang-orang sedang olahraga di tempat ini. Iya iya lah kan tempat olahraga.

"Kalian ini kenapa jadi musuh" Nada angkat bicara. Heran, semenjak malam itu keduanya sering banget hubungi dia di Bandung lewat Vidio call bareng-bareng dan yang pasti nanti ribut. Tapi Nada tau semenjak itu mereka dekat.

"Dia yang duluan. Udah tau lebih muda masih aja songong sama yang tua" Hana nggk mau kalah.

"Dasar nenek-nenek" Cibir Sasa menjulurkan lidahnya.

"Setan lo!"

Nada membuang nafas. Yang dua ini benar-benar. Masih dengan adu cek-cok antara Hana dan Sasa. Gigih dateng menghampiri mereka. Cowok itu sudah banjir keringet, baru selesai olahraga juga.

Mereka sudah seperti team atau bahasa gaulnya Cs lah sekarang. Gigih malu sendiri sebenarnya, sendiri laki-laki ikutan team cewek. Apalagi ketika Nada di Bandung dia sering ikut Vidio callan bareng. Gigih kadang risih sendiri. Mau taruh di mana kejantanannya jika orang-orang tau. Tapi nggk apa-apa demi Nada mah Gigih rela. Ea.

"Udah deh kak. Baru pulang sekolah harus debat lagi bareng kakak. Capek buang-buang tenaga" Nyerah Sasa.

Hana menampilkan senyum kemenangannya "Satu kosong. Gue menang kali ini ya" Seringainya.

Berdecak kasar Sasa beralih menatap Nada "Kakak gimana kabarnya?"

Nada mengernyit "Telat kali Sa pertanyaannya. Udah mau berjam-jam ketemu baru nanyak kabar"

Sasa nyengir lagi menggaruk belakang kepala "Iya juga ya"

"Lola sih"

Sasa berdecak, menatap Hana tajam "Nggk usah ikutan ya"

Hana mengedipkan bahu, acuh tak acuh. Hana dengan Sasa mungkin akan menjadi sahabat sejati yang takkan terpisah dan takakkan akur sampai mati.

Tiba-tiba Gigih yang tadinya hanya diam natap ponsel, Bangkit "Nad. Gue balik duluan ya. Nanti gue jamput atau nggk Lo bareng mereka" Suara cemas yang tidak mampu Gigih tutupi buat Nada ingin bertanya "Nanti gue jelasin. Gue pamit duluan ya" Buru-buru Gigih berlenggang pergi dari sana.

"Hati-hati" Peringat Nada yang mungkin tidak di dengar lagi oleh Gigih. Sepertinya cowok itu ada masalah besar. Nggk biasanya dia ninggalin Nada kalo nggk benar-benar penting.

MANDA (Completed)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora