12. He likes me

260 35 0
                                    

Disinilah aku berada, di kota yang penuh hiruk pikuk.

Aku berjalan di belakang Bayu yang sedang menelpon dengan seseorang yang tak ku kenal.

Sepertinya masalah di kantor yang dimaksud sangat pelik karena daritadi Bayu tak henti - henti berdecak kesal.

Langkah Bayu terhenti dan ia memegangi kepalanya sambil meringis.

"Pak, kenapa?" Tanyaku khawatir.

Sepertinya Bayu sedang sakit, dapat ku lihat wajahnya pucat serta ringisan keluar dari bibirnya.

"Bapak sakit?"

"Saya sedikit pusing." Katanya.

"Kalau begitu Bapak istirahat aja dulu di hotel Pak, pekerjaan ini biar saya saja yang urus sampai kondisi Bapak mendingan." Tawarku.

Bayu menggelang.

"Kantor sedang perlu saya Shen, saya gak bisa lepas tangan gitu aja."

Aku diam, berpikir cara yang efektif.

"Kalau begitu kita cari tempat makan saja dulu Pak, Bapak harus makan kemudian minum obat. Kebetulan di tas saya selalu bawa persediaan obat - obat yang mungkin diperlukan."

Bayu langsung menyetujuinya.

"Saya memang tidak salah pilih partner." Katanya sambil berlalu menuju parkiran.

Aneh, aku bahkan sudah mulai terbiasa dengan sikapnya kali ini. Jantungku tidak lagi berdetak cepat seperti sebelum - sebelumnya.

Itu bagus bukan? Jadi aku tidak akan merasa terus bersalah kepada Adit karena jantungku berdetak setiap kali berdekatan dengan Bayu.

Jujur saja, rasa bersalah kerap kali muncul saat hatiku malah merasa bahagia dengan kehadiran Bayu.

Aku seperti berhianat kepada Adit, aku layaknya gadis jahat.

Dan kini aku sangat senang mengetahui bahwa itu tak lagi terjadi, kehadiran Adit memang benar - benar membawa dampak yang baik untukku.

Mobil yang kami tumpangi akhirnya berhenti di sebuah tempat makan yang terlihat sederhana namun elegan.

Kami memilih duduk di meja yang dekat dengan jendela.

Kemudian pelayan datang dan kami memilih makanan masing - masing.

"Shen.."

Aku yang sedang melihat - lihat design tempat makan ini menoleh kearah Bayu.

"Iya Pak?"

"Bisa gak kamu jangan panggil saya Bapak kalau sedang berdua?"

Astaga ada apa dengan bos ku ini? Kenapa tingkahnya makin aneh.

"Aduh gak enak Pak, Bapak kan atasan saya." Kataku sopan.

"Saya gak setua itu kamu panggil Bapak."

Aku terkekeh dengan terpaksa demi mencairkan suasana yang entah kapan mulai terasa canggung.

"Iya nanti saya usahakan Pak."

Dia terbahak.

"Tuhkan panggil Bapak lagi."

Aku hanya menyengir.

"Kamu lucu Shen." Katanya tiba - tiba.

"A..apa Pak?" Asli ini kayaknya ada yang salah dari pendengaranku.

"Kamu lucu, kamu juga baik. Saya jadi menyesal." Katanya.

Aku tak tahu harus menjawab apa, aku sangat tahu apa maksud dari kalimat Bayu tadi.

Tapi kenapa? Kenapa harus sekarang?

Untung saja pelayan segera menghantarkan pesanan kami dengan cepat, sehingga aku bisa terbebas dari suasana yang mencekam ini.

Tapi sayang sekali, suasana mencekam itu kembali datang saat kami sudah selesai makan dan duduk di dalam mobil.

"Saya rasa saya suka sama kamu Shen. I have no idea, sejak kejadian waktu itu saya jadi terus kepikiran kamu dan lihat kamu yang menjauh itu bikin saya uring - uringan."

Ya Tuhan, kenapa ini harus terjadi padaku?

Jika saja Bayu mengatakan ini saat aku masih menyukainya dan belum ada Adit yang selalu ada di sisiku, aku pasti akan menjadi gadis yang paling bahagia karena cintaku tidak sepihak.

Tapi ini?

Demi Tuhan, bayangan Adit yang tersenyum tiba - tiba melintas di kepalaku.

"Pak jangan gini." Kataku.

"Maaf." Balasnya.

Kemudian tak ada lagi percakapan yang terjadi dan pekerjaan yang menumpuk cukup membuat intensitas bertemu dengan Bayu menjadi berkurang.

Satu hal yang aku inginkan, aku ingin segera pulang.

To be continued..

Weather the StormTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang