~Takdir tak pernah peduli dengan keinginan kita, karena dia bergerak dengan keinginannya sendiri dan saat ia bekerja siapapun bisa terjerat tanpa kecuali.~Menunggu itulah yang saat ini dilakukan oleh Wei Wu Xian, berdiri di hadapan altar menunggu sang mempelai. Setelah mencoba untuk menunda karena rasa khawatir, tetapi tidak bisa. Akhirnya dia memohon pada Zhu Que dan Qiàn Xué untuk mencari tahu keadaan Lan wangji, setidaknya untuk mengurangi rasa khawatir. Namun, keduanya belum kembali.
Dalam pandangan keluarganya Wu Xian sedang gugup dan cemas menunggu mempelainya, padahal dia mencemaskan hal lain.
Pintu ruangan yang dijadikan tempat untuk melaksanakan pernikahan terbuka, menampilkan Lan Xichen menggenggam seorang menggunakan pakaian pengantin, dengan kain tebal menutupi bagian kepala dan wajah yang ketika berhadapan dengan Wu Xian tangan itu langsung diserahkan.
Di altar upacara pernikahan berlangsung cepat, setelah sujud terakhir Wu Xian bermaksud membuka penutup kepala mempelainya, tetapi langsung dicegah oleh oleh dua pelayan yang sebelumnya membantu mengangkat jubah mempelai wanita dan ternyata disetujui oleh yang lain karena hanya boleh dibuka di kamar pengantin.
Selesai dengan upacara pernikahan, semua yang hadir diminta berpindah ke ruang jamuan sebagai tempat perayaan berakhirnya perhelatan pedang dengan baik dan perayaan pernikahan.
Wu Xian merasa familiar dengan tangan digenggamnya terasa dingin seperti Lan Wangji, mungkin karena mereka bersaudara pikirnya. Namun, entah mengapa tangan itu gemetaran bahkan meski Wu Xian sudah mengeratkan genggamannya. Merasa genggamannya mungkin membuat tak nyaman akhirnya Wu Xian melepaskan.
Tepat saat genggaman itu terlepas, muncul sosok yang dikelilingi aura gelap yang pekat menarik sosok sang mempelai. Sosok itu datang bersama pasukan yang membawa senjata, sedangkan orang-orang yang sedang menikmati jamuan. Meski belum mabuk, tetapi dalam keadaan tidak siap. Tentu terkejut ketika ada yang meletakan senjata tepat di urat leher.
"Wei Wu Xian serahkan pedang takdir! Mari bertarung hidup dan mati atau pengantinmu akan menjadi milikku."
Sosok itu adalah Wen Xu yang saat pertandingan menghilang, tetapi kini muncul membuat kekacauan.
"Baik, tapi lepaskan dia kita bertarung di arena pertandingan."
Pertarungan hidup dan mati adalah pertarungan yang dilakukan oleh dua orang, akan selesai jika salah satu mati atau keduanya sepakat untuk menghentikan pertarungan, selama pertarungan berlangsung akan terbentuk segel yang tidak bisa dimasuki oleh orang lain.
"Bawa dia ke bukit kematian, kurung dia di gua sunyi! Jaga dia jangan biarkan ada yang memasuki gua tanpa seizinku."
Wen Xu bukan membebaskan sang pengantin, justru dia menyerahkan pada adiknya Wen Chao.
"Kau ...!"
Wu Xian geram dan juga menyesali kebodohannya, karena dia menyadari yang menjadi pengantinnya. Energi spiritualnya terkunci dan pasti akan sulit untuk membela diri apalagi untuk melawan. Harusnya, ketika selesai upacara pernikahan tadi, dia membuka segel yang mengunci energi spiritual mempelainya. Namun, karena dia mengira itu tradisi seperti halnya larangan membuka penutup wajah hingga dia membiarkan, sungguh bodoh. Dia dan ketidakpekaannya tak menyadari jika sejak awal ada yang tidak beres, bahkan pengantinnya sama sekali tidak mengeluarkan suara sejak memasuki altar pernikahan.Wu Xian akan mengejar Wen Chao, tetapi dihentikan oleh Wen Xu.
"Lawanmu di sini dan itu aku," kata Wen Xu sungguh arogan.
Wen Xu menyeret Wu Xian ke arena pertandingan, membuat pola formasi untuk menyegel pergerakan Wu Xian lalu mengeluarkan pedang dengan aura gelap dan langsung menyerang Wu Xian secara membabi-buta.
Sedangkan di aula jamuan sudah berhasil membalik keadaan, karena kebanyakan adalah ketua sekte dan orang dengan kemampuan kultivasi tinggi, hanya beberapa pelayan yang terbunuh karena pasukan yang datang bersama Wen Xu adalah orang dengan kultivasi rendah, hanya saja ditambah dengan energi Diyu.
Rupanya kedatangan Wen Xu dan pasukannya hanya bentuk pengalihan, karena tak lama setelah mengalahkan pasukan tersebut datang kabar untuk setiap ketua sekte bahwa ada penyerangan ke setiap sekte. Jika sekte Jin dan sekte Nie berhasil memukul mundur pasukan yang menyerang kediaman mereka, sekte Jiang dikabarkan sempat dimasuki dan pasukan itu mencari sesuatu, tetapi sudah berhasil diusir sebelum mengambil dan merusak apapun, beda halnya dengan sekte Lan yang semua penghuninya berada di Minsan, pasukan Wen yang tidak menemukan barang yang dicarinya membakar kediaman sekte Lan.
🌕🌕🌕🌕🌕🌕🌕🌕🌕🌕🌕🌕🌕
Wu xian segera melakukan perlawanan dan berbalik menyerang. Sebelum tubuhnya dihancurkan oleh serangan tanpa jeda dari Wen Xu, karena sejak awal Wen Xu menyerang menggunakan energi yang besar dan sepertinya pedang di tangannya juga tidak sepenuhnya terkendali, jadi tidak sulit untuk Wu Xian melumpuhkannya. Namun, Wen Xu yang terus melawan akhirnya tewas oleh pedangnya sendiri, Wen Xu tewas bahkan sebelum Wu Xian mengeluarkan pedang takdir.
Pedang milik Wen Xu semakin tidak terkendali, Wu Xian bermaksud menaklukkannya, tetapi dihentikan oleh Xuan Wu (turtle).
"Dahulukan yang lebih penting, segel dan simpan di kantong penyimpanan itu bisa di urus nanti."
Wu Xian pun tersadar mengingat kembali pengantinnya, melakukan apa yang diperintahkan Xuan Wu (🐢) dan segera berlari ke aula jamuan. Beruntung saat dia tiba keadaan sudah terkendali meski wajah para ketua sekte memperlihatkan ada kepanikan lain.
Wu Xian akan menghampiri keluarganya ketika langkahnya dihentikan oleh Lan Xichen.
"Adik Wei."
"Ya,Xichen Ge."
Mereka memang cukup akrab karena sering bertemu, jadi panggilan tersebut sudah tidak canggung."Merepotkan adik Wei untuk menyelamatkan adikku, aku harus kembali ke Gusu untuk melihat keadaan sekte dan juga Wangji."
Wu Xian ingin menolak dia juga mengkhawatirkan Lan wangji, tetapi dia segera tersadar yang disandera adalah pengantinnya akhirnya dia mengangguk pelan.
"Sudah kewajibanku, Xichen Ge tidak perlu khawatir."
"Kalau begitu izin pamit ketua sekte Jiang, tuan Wei."
Memberi hormat pada Jiang Fengmian dan ayah Wu Xian Wei Zhang Ze. Lan Xichen bergegas pergi setelah sebelumnya menepuk pelan pundak Wu Xian.
"A-xian kau terluka."
Yu Ziyuan dan Zhang Ze Sanren bersuara bersamaan."Tidak ibu,bibi tapi sepertinya aku juga pamit untuk menyelamatkan pengantinku."
"Berangkatlah a Xian, apakah kau akan membawa beberapa orang untuk membantumu biar paman panggilkan."
"Tidak perlu paman, jika bersama yang lain akan memakan waktu."
"Baiklah jika itu keputusan mu, segera mengirim tanda jika mendapat kesulitan. Ingatlah jangan membahayakan diri sendiri."
Wei Zhang Ze menasehati putranya."Kami akan kembali ke sekte Jiang, ingat untuk mengirim pesan setelah berhasil menemukan nona Lan. Kau boleh kembali ke sekte Jiang atau langsung ke sekte Nie untuk membahas Masalah yang di timbulkan oleh sekte Wen."
Jiang Fengmian menambahkan, lalu setelahnya dia menuju orang-orang sekte Jiang untuk memberi perintah.Setelah keluarganya membubarkan diri, Wu Xian juga bergegas keluar dari tempat yang sebelumnya dijadikan aula jamuan, tetapi kini berantakan penuh dengan barang pecah dan ada beberapa mayat tergeletak.
Tepat saat kakinya melangkah keluar suara Qiàn Xué menginterupsi menghentikan langkahnya. Qiàn Xué bicara di dalam kepalanya, karena empat makhluk yang bersamanya hanya akan muncul jika Wu Xian sedang sendiri atau hanya saat tertentu dihadapan orang yang sudah di kenalkan oleh Wu Xian. Tak lama Zhu Que juga berbicara, keduanya mengatakan tidak bisa menemukan Lan wangji. Karena tidak bisa merasakan energi spiritual Lan wangji.
Wu Xian membatin gemas juga cemas.
"Sebenarnya dimana dan kemana kau Lan Zhan?"
*Typo adalah bagian dari hidup
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
JERAT TAKDIR
Fanfiction~takdir tak pernah peduli dengan keinginan kita karena dia bergerak dengan keinginannya sendiri dan saat dia bekerja siapapun bisa terjerat tanpa kecuali~ *Wei Wu Xian - seme Lan wangji - uke Nb: ini adalah hasil halu tak termaafkan. Baru belajar...